Suara denting sendok dan garpu terlalu mendominasi ruangan. Semua sibuk dengan sarapan yang mereka dapatkan. Sangat enak masakannya.
"Oma, masakan oma enak banget! Alin suka! Besok bikinin lagi ya oma, Alin mau bawa ini ke sekolah." Ucap Alin dengan sangat antusias melahap jatahnya hingga habis.
"Iya, akan oma bikinkan lagi untuk kalian semua besok. Sekarang sudah jam setengah tujuh. Fathur, kamu dapat kelas jam berapa?" Tanya oma Sambil melahap makanannya dengan nikmat.
"Nanti Fathur ada kelas jam setengah delapan oma, nanti Fathur pergi sekalian nganterin Alin kesekolah." terang Fathur dengan makanan yang sudah habis tak tersisa di piringnya.
"Yasudah, ini sudah jam setengah 7 kalian berangkat sana.. Nanti telat." balas oma dengan senyum yang terukir indah di wajah keriputnya.
Alin telah selesai dengan makanan di piringnya, begitupun Fathur, juga Alingga.
"Yasudah oma, kami semua berangkat dulu ya. Oma baik² di rumah, kalau ada apa² telfon Al aja ya oma.." ucap Alingga sambil menyalimi tangan omanya, di susul oleh kedua adiknya.
"Iya nak, sana.. Nanti terlambat." Ucap oma sambil tersenyum.
"Baiklah, Assalamualaikum oma!" Seru mereka bersamaan sambil satu persatu keluar dari rumah besar itu.
"Waalaikumsalam, hati-hati.." balas oma. "Haish, anak² itu sudah pada besar² semuanya." gumam oma dalam hati.
• • •
"Assalamualaikum Pak, Ada seseorang ingin melamar kerja pak. Sekarang orangnya sedang ada di depan ruangan bapak, boleh saya izinkan masuk tidak pak?" Ucap Daniel, sekertaris Alingga di kantor itu.
"Silahkan." Balas Alingga cuek.
Daniel Langsung keluar dari ruangan dan meminta pelamar itu masuk untuk interview dengan bossnya.
"Assalamualaikum, Permisi pak.." Salam gadis cantik itu seraya menunduk "Saya ingin melamar pekerjaan pak.." ucap gadis itu to the point.
"Baiklah, apa alasan anda ingin bekerja di perusahaan saya?" Tanya Alingga dengan nada dinginnya.
"Saya bekerja disini karna saya ingin membantu keuangan ibu saya untuk berobat.." ucap gadis itu tanpa menatap atasannya.
"kamu sedang bicara dengan siapa? Dengan lantai? Kalau bicara dengan seseorang, tatap orangnya!" Tegas Alingga dengan suara yang naik satu oktaf.
"maaf pak.." Gadis itu segera menaikan kepalanya untuk menatap atasannya. Mata gadis itu membulat sempurna, Tampan.. Satu kata yang mewakili kekaguman wajah atasannya.
"Hm.. Sudah ada pengalaman bekerja sebelumnya?" Tanya Alingga, tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada mata hazel milik gadis itu.
"Sudah pak.." Balas gadis itu.
"Baiklah, kemarikan berkas lamaranmu. Kamu diterima. Namamu siapa?" Tanya Alingga.
"Nama saya Rachel pak, terima kasih! Saya sangat berterima kasih pada bapak. Terima kasih banyak pak!" ucap gadis itu dengan antusias.
"Hm.. Kamu bisa bekerja mulai besok." Balas Alingga dengan malas.
"Baik pak, terima kasih. Wassalamualaikum pak" salam gadis itu dengan bahagia.
"Waalaikumsalam." balas Alingga.
Sesudah itu, ia menelepon Daniel. "Assalamualaikum Niel, saya minta tolong cari informasi tentang Rachel lalu tunjuki apa saja yang harus ia kerjakan besok. Jangan sampai tidak. Laporan tentang Rachel saya tunggu besok." ucap Alingga tanpa mau berbasa basi.