Aku akan selalu merasa bersalah kepada alam semesta beserta isinya. Selama aku belum menuntaskan cerita tentangmu, Naff. (Anggap saja namanya memang Naff)
Entah melakukannya membutuhkan energi juga emosi yang luar biasa, atau dikarenakan segala hambatan lain yang ada.
Tapi dengan segala waktu dan keinginanku menyempatkan diri menuliskannya, aku akan berusaha merampungkan. Supaya rasa bersalah ini juga segera rampung.
Untukmu, Naff kesayanganku.
Terima kasih untuk segala kasih dan sayang juga benci dan amarah yang melayang. Dengan kebisaanku yang berusaha aku buat bisa, aku akan menahan diri supaya tidak merindukanmu.Salam sayang,
Arla.🌿🌿🌿
Semua berawal dari keadaan, barangkali kau ingin tahu. Aku dan kesayanganku itu, tidak ada unsur kesengajaan untuk kemudian saling mengenal. Hanya karena suatu hal yang mendorong kita mengeluarkan perbincangan singkat dan sewajarnya saja. Dan berjalanlah hubungan sebagaimana tidak semestinya.
Dia kepadaku, aku kepadanya. Tapi kita tidak kepada siapa-siapa. Bagaimana? paham, tidak? Tidak juga tidak apa-apa.
Dengan cie-cie banyak orang, awalnya aku tidak tergoda. Sama sekali tidak. Tapi seiring berjalannya waktu juga kenekatan Naff untuk mendekatiku, aku luluh. Dengan kepolosan dan keluguannya. Naff memang lucu.
Lucu. Sampai pada suatu waktu kelucuannya nggak bisa dimaklumi lagi.
Buat ulah tanpa sebab. Tanpa api bisa buat asap. Nggak papa, dia cuma pengen udah. Yaudah.
Berhenti di tengah jalan, berakhir tanpa alasan. Mungkin aku atau Naff udah berusaha untuk yang terbaik. Tapi takdirnya yang mungkin kurang bisa diterima dengan baik.
TBC
🌿🌿🌿
Welcome in my new story. Support this story with click star below. Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan menuju Pulang
Short Story(3/3) "Tenang saja, aku ahli dalam hal melupakan." Segala sesak yang akan aku tinggalkan di belakang, dan tak akan ku bawa lagi dalam perjalananku menuju pulang. #1 in isikepala (23/03/2020) #5 in monolog (26/07/2020) #11 in pulang (01/08/2020)