Happy Reading !!
Sowon kembali kesana, ke tempat dimana ia bisa melarikan diri dan memainkan biolanya dengan tenang.
Tidak ada yang mengganggunya, tidak ada yang menghentikannya.
Tempat dimana ia sering datang saat masih kanak-kanak, bedanya sekarang ia sendirian di tempat ini.Di tengah kota metropolitan besar seperti Seoul, ada satu titik no signal yang biasa di datanginya.
Ini sudah seperti markas bagi Sowon dan Yuna, tempat dimana mereka sering menghabiskan waktu untuk memainkan biolanya tanpa gangguan orang lain.
Sampai sejauh ini, tempat persembunyiannya belum diketahui oleh orang lain, selain Sowon, Yuna dan Sungjin, jika lelaki itu ingat."Sudah kuduga, kau datang kesini."
Suara bernada datar yang menyapa telinganya, Sowon tersenyum saat melihat Sungjin berjalan kearahnya.
Sesaat ia pikir jika lelaki itu sudah melupaka semuanya, tapi pikiran itu terhempas begitu saja saat melihat Sungjin berada didepannya.
Hanya senyum kecil yang diberikan lelaki itu padanya, menghampiri Sowon yang barusaja menyelesaikan satu sesi permainannya tanpa penonton."Kupikir, kau tidak ingat tempat ini."
"Aku memang hampir melupakannya." Akunya dengan jujur.
"Ckck, dasar Park Sungjin."
Sowon hanya duduk disana, setelah menyimpan biolanya ke tempat yang aman.
Menunggu apa yang akan dikatakan Sungjin yang sampai datang kemari untuk menyusulnya.
Lelaki itu memang tidak pernah berubah, masih sulit ditebak dengan pemikiran normalnya."Kau membuat semua orang khawatir." Katanya, mendudukkan diri di samping Sowon.
"Aku ? Apa yang aku lakukan ?" Sowon menunjuk dirinya sendiri, hanya merasa bingung tentang perkataan Sungjin padanya, memangnya ia pernah membuat orang lain khawatir ? Sowon tidak yakin.
"Semua orang mencarimu, Kim Sowon. Ckck, dasar bodoh." Sungjin tidak habis pikir dengan kebodohan Sowon yang kadang lebih mendominasi.
Menatap Sungjin dengan senyum tipisnya, Sowon hanya tidak tau harus mengatakan apa.
Sudah berapa lama mereka tidak bicara santai seperti ini ? Sowon tidak tau.
Mendongakkan kepala, mengangkat telapak tangan kanan untuk menggenggam udara kosong diatas kepalanya.
Musim panas sering membuatnya kerepotan, tapi musim dingin jauh lebih menjengkelkan.
Sowon bahkan tidak tau apa yang diinginkannya, manusia memang membingungkan.
Menghela napas dengan mata terpejam, andai saja .... andai saja Choi Yuna masih hidup saat ini, gadis itu pasti menjadi master violin yang hebat, Sowon masih memikirkannya sampai saat ini.
Sungjin meliriknya tanpa ekspresi, hanya diam dan mengamati."Semua orang juga akan mati. Kau tidak harus meratapinya sampai selama ini."
"Kau benar."
Meski Sowon menyetujuinya, bukan berarti lelaki itu harus berkata kejam padanya.
Tapi yah, mengingat siapa yang bicara dengannya, sepertinya Sowon harus maklum dan berpikir jika itu adalah kalimat penghiburan yang paling baik dari seorang Park Sungjin."Ayo pulang. Jika kau tidak mau dibantai kakakmu."
Itu adalah hal konyol, Sowon tau itu.
Mengangguk dengan senyum simpulnya yang mengembang.
Benar. Ia tidak harus terlalu meratapinya, mengingat ada banyak orang yang kini bersamanya.
Choi Yuna pasti akan mengerti.Melirik Sowon yang kini berjalan di sampingnya dengan pikirannya yang entah kemana.
Sungjin menyukainya, meski tidak pernah menunjukkan dengan gamblang mengenai bagaimana ia menyukai Sowon.
Gadis itu muncul tanpa bisa diabaikan olehnya, bukan hanya semata-mata karena mereka adalah teman dari lama.
Dan kedekatan Sowon dengan anak-anak Chaos lain sering membuatnya iri, merasa jika mereka hanya orang asing yang secara kebetulan berada dalam zonasi yang sama.
Sungjin tidak bisa mengatakannya, hanya terlalu pengecut untuk menunjukkan diri didepan Sowon.
Terutama saat melihat kedekatan Sowon dan Jae yang lebih intens belakangan ini.
Apa mereka pacaran ??

KAMU SEDANG MEMBACA
SOWON{to}DAY
FanfictionKim Sowon dan para lelaki tampan yang tergabung dalam kelompok bernama DAY6 atau yang lebih akrab disapa CHAOS.