I Need a Coffee.

256 28 10
                                    

26 Maret 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26 Maret 2018

Hari ini sangat melelahkan, bosku yang selalu mencariku dan pekerjaan yang masih menumpuk, padahal besok adalah tanggal terakhir pengumpulan. Seperti mau pecah rasanya kepalaku.

Mungkin aku harus menyelesaikannya hari ini, mau tidak mau. Kalau aku tunda, aku yakin akan semakin menumpuk. Belum lagi promo bulan depan yang belum mencapai persetujuan.

Aku butuh Kopi. Sebaiknya aku bergegas ke Dolcherro cafe sekarang. Dari semua coffee shop di Seoul, aku tak pernah bosan untuk kembali kesana. Tntah mengapa, Dolcherro cafe memang salah satu favoritku. Tempat ini nyaman, kopinya enak, dan aku juga sudah mengenal Yoongi, barista sekaligus pemilik cafe ini.

Sepulang kantor aku duduk manis di cafe itu, membuka laptopku, melanjutkan beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan.

Kalau boleh jujur, hampir tiap malam aku kesana, untuk kerja atau hanya sekedar membeli kopi. Tempat favoritku adalah di pojok sebelah kiri menghadap ke jendela. Dari situ aku bisa melihat keramaian jalan kota Seoul, sambil meneguk ice kopi buatan Yoongi yang tidak pernah mengecewakan. Extra Sugar, Extra ice.

Setelah kuperhatikan, ada seorang pemuda yang duduk berseberangan denganku, dia terlihat familiar.

Sepertinya lelaki ini memang sering datang kemari. Dengan hoodie hitam, atau jaket denim, pensil ditangannya, serta buku kecil dan penghapus. Kira-kira hanya itu yang bisa aku lihat dari jauh.

Dia selalu terasing, seperti memiliki dunianya sendiri. Malam ini aku bekerja sampai cafe hampir tutup, dan pemuda itu masih ada di sana.

Wajahnya masih muda, kira-kira seumuran denganku. Kalau tidak tahu malu, mungkin aku sudah menepuk bahunya mengajaknya berbicara.

Dia tidak berhenti menghapus, menulis lagi, menghapus, menulis lagi, sambil dengan frustasi melayangkan tangan pada rambut tebalnya.

Attractive, bagaimana bisa seseorang menarik perhatian hanya dengan duduk membisu di pojok ruangan?

Aku rasa aku meneguk terlalu banyak kopi dan otakku bekerja sembarangan hari ini.

Lelaki itu belum beranjak, dan aku juga masih menunggu dokumenku menyimpan.

"Kau belum pulang?" Yoongi bertanya sembari membersihkan mesin kopinya.

"Sedang menyimpan data" ujarku.

"Ku lihat kerjamu berat sekali"

"Ah, tidak seberapa, bulan ini memang cukup hectic" bakasku.

"Tenang saja, aku akan menunggu kalian pulang, barulah aku tutup cafe ini"

"Terima kasih Yoongi" aku tersenyum.

Seperti tidak terganggu pemuda itu masih duduk saja, padahal jelas beberapa lampu sudah dimatikan.

"Yoongi" Aku berbisik.

"Ya?"

"Apakah pemuda itu selalu seperti itu?" tanyaku.

"Maksudmu?"

"Lihatlah gerak-geriknya, tentu kau mengerti maksudku kan"

"Memang seperti itu, "
"Namanya Jungkook" ujarnya.
"Dia selalu menjadi customer terakhir yang meninggalkan tempat" ujarnya lagi.

"Ssst, jangan terlalu keras suaramu, nanti dia bisa dengar" aku menepuk bahu Yoongi pelan.

"Dia tuli, " ujar Yoongi.
"Dia selalu membawa satu buku khusus kertas kosong yang dia tulisi untuk berkomunikasi" ujarnya lagi.

"Maaf" jawabku.

"Anak itu cukup menyenangkan" Yoongi menatapnya.

"Benarkah?" tanyaku.

"Ya, tidak sesombong kelihatannya" kata Yoongi lagi.

Aku mengangguk, merapikan kabel laptopku dan memasukannya ke dalam tas. Membuang gelas kopi dan beberapa kertas yang tidak terpakai di meja.

"Sebentar lagi selesai menyimpan"
"Maaf membuatmu menunggu, Yoongi" ujarku.

"Jangan sungkan, lagipula kau ke sini setiap hari. Terima kasih sudah menemaniku hingga toko tutup" Dia tertawa.

"Aku telah membuat hot chocolate beberapa, hanya menghabiskan susu saja. Ambilah satu sebelum pulang" ujarnya.

"Wah Yoongi, kau terlalu baik" ujarku.

"Aku bersungguh-sungguh, ambilah! " Dia menunjuk 3 gelas hot chocolate yang dibungkus kantung plastik dengan rapi.

Aku mengangguk, dan melanjutkan membereskan peralatanku, mematikan laptop dan menyimpan ponsel di tasku.

"Sudah?" tanyanya.

"Sudah, Akhirnya.." Aku menghela napas lega.

"Ya sudah, bawalah ini" Dia menaruh gelas coklat panas itu di depanku.

"Terima kasih banyak Yoongi, aku pulang dulu ya!" Aku mengambil gelas itu dan melambaikan tangan keluar dari Dolcherro cafe.

Dari kaca masih dapat kulihat pemuda itu. Kalau orang tidak tahu, mungkin mereka akan menganggapnya hantu.

-----
Author's Note:
Selamat datang di cerita super pendek ini! Aku akhirnya publish selagi ada ide daripada berlumut di draft 😂.

Kalau ada yang memperhatikan Dolcherro udah aku pake 3x di ceritaku karena itu memang nama yang aku pakai buat tugas kuliah dulu jadi akhirnya aku pake aja buat nama cafe di ceritaku hehe.😂

Handwritten Notes. // JJK Short Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang