Hari Sial

20 0 0
                                    

*Warning*
Harsh curse words!

Terdengar suara ribut di depan kelas Nara, yang membuat semua mata memperhatikan keluar.

"Bacot lo anjing!" teriakan Gavin menggema di lorong kelas 12. Nara melihat kerah seragam Ridwan, sang ketua OSIS, dicengkram kuat oleh Gavin. Dia memperhatikan sekitar belum ada tanda-tanda guru akan datang ke tempat mereka.

Satu tonjokan, dua tonjokan dilayangkan Gavin dan Ridwan hanya terdiam di tempatnya.

"Rin panggil guru buruan, kayaknya lagi pada rapat" Nara dengan gesit melesat ke luar pintu untuk memisahkan Gavin dan Ridwan.

"Ra!" Karin memanggil Nara mencoba mencegah Nara yang dengan cepatnya berlari ke depan. "Nara bego!" sahabatnya itu hanya mampu menggaruk kepalanya gusar melihat tingkah Nara yang sok jagoan.

"Rio, lo bantuin Nara misahin anak-anak, gue mau ke ruang guru" dengan impulsif Karin menyenggol Rio, anak paling dekat dengan pintu dan berlari ke ruang guru.

Perkelahian Gavin dan Ridwan benar-benar tidak imbang, Ridwan bisa saja pendarahan dilihat dari bagaimana cara Gavin memukul Ridwan. "Gavin! Ridwan! Apa-apaan sih kalian" Nara berteriak di antara Gavin yang tengah memojokkan Ridwan di tembok.

"Woi! Yang lain bantuin pisahin!" Nara berteriak ke anak-anak yang lain dan hanya Rio yang sudah berdiri di sampingnya sekarang.

"Gimana misahinnya Ra?" Rio berbisik kepada Nara, "kan lo cowok harusnya lo ngerti lah" dia pun bingung apa yang harus dia lakukan.

Gavin sudah siap memberikan tonjokannya lagi sampai Nara berteriak,

"Udah, udah! Stop, Gavin! Stop!" nafasnya tidak beraturan. Adrenalinnya mengalir deras, dia belum pernah merasakan emosi yang seperti ini sebelumnya karena hidupnya selama ini lurus.

Nara berhasil mendapatkan perhatian Gavin. Gavin melirik ke arahnya dan langsung menarik pergelangan tangan Nara, membawa Nara entah kemana.

"Eh bego, pelan-pelan dong nariknya" Nara meringis kesakitan mencoba melepaskan cengkraman Gavin yang sebenarnya tidak mungkin karena terlalu kuat. Gavin masih diam saja, sampai dia membawanya ke taman belakang sekolahnya yang jarang dilalui murid lain ketika jam pelajaran berlangsung.

"Sakit bego! Lepas gak?" Nara menghentakkan tangannya dari cengkraman Gavin yang mulai melonggar. Gavin melirik ke arah tangan Nara yang terlepas, melihat pergelangan perempuan itu memerah.

"Tolol!" Gavin mengusap wajahnya penuh frustasi, Nara melirik cepat ke tempat Gavin berdiri meneriaki Gavin kembali "Elo yang tolol!"

"Kenapa ada acara adu tojos segala pagi-pagi gini?" bentak Nara sekali lagi. Demi Tuhan, bahkan Nara sama sekali tidak ingin ikut-ikut masalah orang lain seperti ini. Tapi entah kenapa pagi ini dia sedang dalam mood menghajar orang-orang yang membuat hidupnya tidak tenang.

Gavin menatapnya, hanya menatapnya tanpa menjawab pertanyaan Nara.

"Loh? Gavin kemana?" Karin berlari ke kerumunan yang belum bubar di depan kelasnya bersama Pak Sudar dan Bu Wendah.

"Masuk kelas kalian masing-masing! Bubar semuanya!" perintah Pak Sudar kepada kerumunan yang masih berkumpul di depan kelas 12 IPA 2.

"Gavin ditarik Nara tadi, Rin" Rio membeo dari tempat dia berdiri. Pak Sudar hanya menggelengkan kepalanya sedangkan Bu Wendah sudah siap membawa Ridwan yang sudah babak belur ke UKS.

"Karin kamu coba hubungi Nara, beri tahu dia kalau bapak menunggu Gavin di UKS" seru Pak Sudar yang masih memijat pelipisnya.

"Muke gile itu Gavin, anak perawan dia tarik-tarik"

Rio yang sedari tadi masih terkena shock bergumam di sebelah Karin, "Gue bingung, Rin misahin Gavinnya tadi gimana. Serem banget" Karin hanya mendecak kesal kepada rio yang malah kena shock therapy dari kejadian tadidan mengirim pesan singkat kepada Nara dan Gavin.

Getaran dari ponsel Nara memecah keheningan diantara dia dan Gavin.

Nar ke UKS. Gavin ditunggu Pak Sudar.

"Ayo" kata Gavin tiba-tiba yang mmendahului langkahnya. "Di mana?" tanya Gavin lagi, "UKS" jawab Nara singkat. Selama perjalanan ke UKS pun dilalui tanpa banyak bicara, ada beberapa mata yang terus mengikut mereka saat berjalan menuju UKS.

Nara berbisik ke Gavin yang masih berjalan lurus ke depan tanpa mempedulikan sekitarnya, sedangkan Nara sudah sangat rishi dengan tatapan-tatapan yang mengikuti mereka, "Fans lo banyak juga ya" celetuk Nara yang kagetnya dibalas dengan senyuman simpul Gavin yang jarang diperlihatkan.

Hanya sepersekian detik.

Dan Nara masih memikirkannya. Sial.

"Gue ikut masuk gak?" tanya Nara saat mereka tiba di ruang UKS, tanpa menjawab sepatah kata pun Gavin menarik Nara masuk ke ruang UKS. Pandangan Nara langsung jatuh kepada Ridwan yang sedang dibantu oleh suster sekolahnya untuk membersihkan luka di bibirnya. Di ruangan yang tidak terlalu besar itu juga terlihat Pak Sudar dan Bu Wendah yang sedang berbincang dengan serius.

Wow Nara tidak pernah sekaget ini. Di hari pertamanya masuk menjadi murid kelas 12 dia tidak menyangka akan disambut sedemikian hebatnya dengan perkalihan antar bocah ini.

"Gavin-" Pak Sudra mempersilakan Gavin duduk duluan lalu pandangan Pak Sudar mengarah ke Nara, "-dan Nara silakan duduk."

Bu Wendah selaku guru BK menjadi media antara Gavin dan Ridwan. "Gavin, kamu sudah mau cerita?" Bu Wendah melayangkan pertanyaan dengan hati-hati kepada Gavin.

Kalimat yang selanjutnya keluar dari mulut Gavin membuat orang-orang di ruangan tersebut melebarkan mata mereka tanpa mereka sadari, "Tanya sama bajingan yang lagi tidur di kasur aja Bu."

"Jaga ucapan kamu Gavin" ancam Pak Sudar yang sudah terlihat lelah, entah karena Gavin merupakan anak pemilik yayasan atau karena hal lainnya.

"Bapak pasti tau kan, siapa anak yang selalu bangga-banggakan di sana itu?"

Tangan Nara reflek memegang sikut Gavin untuk memperingatkan, "Vin-" Gavin menoleh ke arah Nara yang memandangnya penuh peringatan. Gavin yang memang terlalu bebal tetap berdiam diri tanpa menceritakan kejadian yang terjadi.

Pak Sudar membenarkan letak kacamatanya yang menandakan bahwa dia sudah siap mmeberikan wejangan kepada siswa-siswa di hadapannya itu, "Kalian sudah kelas 12, mau sampai kapan rebut kayak anak kecil gini?"

"Maaf, Pak. Saya janji tidak akan mengulanginya" ujar Rio yang berusaha bangun dari kasur, "Yo, udah jangan bangun dulu" Nara bergerak ke Rio yang coba bangun dari ranjangnya, disahut dengan dengusan keras dari Gavin.

"Rio, kamu kan sebentar lagi lengser dari jabatan kamu, tolonglah tinggalkan kesan yang baik ke teman-teman kamu" nasihat Pak Sudar lagi. Pak Sudar melirik ke arah Gavin, menunggu permintaan maaf darinya.

Gavin berdiri dari duduknya bersiap pergi dari tempat itu, "saya gak sudi, pak" kata Gavin yang langsung beranjak pergi.

"Saya panggil orang tua kalian besok, kalau begitu" jelas Pak Sudar sebagai penutupp. Disusul dengan Nara yang langsung mengejar Gavin yang sudah mendahuluinya.

"Nyet!" teriak Nara, yang jelas Gavin tidak akan menengoknya. Nara berjalan mengikuti Gavin sampai dia sadar bahwa dia ada di toilet laki-laki.

"Ya Gusti, kenapa gue masuk sini?" Nara dengan cepat mengambil ancang-ancang keluar dari sana. Sampai Gavin menahan tangannya.

"Jangan pegang-pegang atau gue teriak!" Nara hamper saja berteriak kalau saja Gavin idak melemparkan hoodie ke arahnya.

"Ada merah-merah di rok lo," ujar Gavin yang menunjuk rok sekolah selutut Nara. Nara reflek mengikatkan hoodie Gavin di pinggangnya, dan meringis malu sambil melesat keluar toilet laki-laki menuju sebrang yang merupakan toilet wanita.

Belum ada 10 detik kepala Nara melongok dari dalam toilet wanita, "Gavin, thank you-" Nara meringis malu sambil melanjutkan kalimatnya "Boleh minta tolong beliin softex di koperasi gak?"

Tolong ingatkan Nara, bahwa Senin Kliwon adalah hari sialnya.

High School SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang