Penghuni Kamar No.8

37 3 6
                                    

Pagi-pagi sekali suara speaker dari kamar kos nomor 8, yang berada diujung lorong sudah terdengar nyaring. Lantunan lagu korea yang entah apa judulnya, siapa penyanyinya.. menyapa seluruh penghuni kos dengan lugas.

Penghuni no.8. Kami menyebutnya begitu. Penghuni no.8 sangat menyukai hal-hal yang berbau Korea. Saat aku lewat didepan kamarnya dan pintunya terbuka, pernah kulihat ada poster besar anggota boygroup yang tertempel didindingnya. Ada 3 jika tidak salah lihat. Rutinitasnya setiap pagi sebelum berangkat sekolah selalu sama. Memutar musik korea dengan speaker sekitar 1 jam.

Saat kami bersua di lorong kos, aku tidak akan berani menatapnya atau sekedar menyapanya. Dia senior di kos ini, dan tidak ada yang berani menyapanya duluan, kami selalu tertunduk takut saat bertemu langkah dengannya. Entahalah, dia mempunyai aura yang membuat kami takut. Bukan takut seperti takut pada hantu, tapi rasa takut seperti takut berbuat salah dan tidak siap menerima hukuman dari guru. Raut wajahnya selalu jutek. Dan tampaknya dia juga tipe yang tidak mau ambil pusing dengan urusan orang lain. Sebenarnya ada Kak Tiwi, kamar nomor 3. Kamarnya tepat didepan kamarku, Kak Tiwi dan Penghuni No.8 satu angkatan disekolah. Tapi kuperhatikan mereka juga jarang berkomunikasi. Mentoknya, Penghuni no.8 hanya beteriak seperti :


"Tiwi..udah makan belom?" atau "Tiwi..kamu udah mandi belom?" atau "Tiwi..lagi tidur nggak?" atau sekedar memanggil "Tiwi.." dengan nada sedikit manja tapi tetap terkesan jutek. Tapi hanya begitu saja, jika Kak Tiwi sudah menyahut dan menjawab pertanyaannya, yasudah tamat tidak ada sambungannya.

***

Kali ini, musik dari kamanya terdengar menggoda. Aku sama sekali tak paham bahasa korea, tapi karena penghuni No.8 sedang memutar lagu ballad aku jadi sedikit bisa menikmatinya. Biasanya dia akan lebih suka mendengarkan lagu beat sambil teriak-teriak mengikuti lirik yang dia hafal. Aku penasaran bagaimana cara dia menghafal lirik itu, bahasa korea kan susah?. 

BLAM


Suara pintu terbuka kudengar samar diantara alunan lagu ballad. Aku tengah mengambil wadah sabun untuk segera mandi di sebelah tangga, dan kurasa penghuni no.8 juga akan melakukan hal yang sama dengan yang akan lakukan. Wajahnya saat keluar dari kamar menakutkan sekali, raut jutek ditambah kantung mata panda yang tebal membuatku cepat-cepat melangkah menuju kamar mandi. Lidahku kelu untuk sekedar bilang "selamat pagi" atau "baru bangun ya?". Biar saja dia mengira aku sombong karena tak pernah menyapa, yang penting aku tak mengusiknya. Itu saja prinsipku.

***

Ini hari Minggu, dan aku sudah menyelesaikan cucianku yang menggunung. Waaah...leganya. Aku menengadah menatap awan, semoga hari ini hujan tidak turun dulu. Stok pakaiannku sudah menipis, kan tidak mungkin aku harus pinjam baju Kak Tiwi atau roomate ku. Aku juga sudah membuat janji dengan Anjani (roomate-ku) akan pergi ke toko sepatu mumpung ada diskon. Jadi aku tinggal siap-siap. Sebelum aku masuk kamar kembali, aku berpapasan dengan Penghuni No.8. Ooh..ternyata dia baru selesai bersih-bersih kamar rupanya.

Kepalanya di tutup dengan slayer kotak-kotak dibentuk segitiga seperti bando jaman 80-an. Poninya tetap menyumbul rapi. Sebenarnya penghuni no.8 sangat memperhatikan penampilan, mungkin terinspirasi dari idol-idol korea kesukaannya itu. Tapi ku akui kadang walaupun cara berpakaiannya aneh tetap saja bisa kelihatan seimbang dengan karakternya sendiri.

"Oh my God!" pekiknya tiba-tiba. "Buset ini debu diatas buku ku banyak sekali! isshh" celotehnya.

Bahkan celotehannya terdengar seram. Suaranya melengking, dan bernada galak sekali seperti seorang emak yang tengah memergoki anaknya mencoret tembok rumah dengan krayon berwarna. Dan penghuni no.8 sering sekali berbicara sendiri, aku sering tanpa sengaja mendengarnya. Terkadang meledak tawa entah karena baca manga, novel atau karena menonton laptopnya, entah acara apa yang dilihatnya hingga sebegitu ngakaknya. Walaupun kadang mengganggu, tetap saja kami tak berani menegurnya. Jangan-jangan saat kami mengeluh, justru kami yang didamprat.

Pernah saat itu, payung yang dia gantung di luar kamarnya, ditemukannya dalam keadaan tidak tergulung dengan rapi. Tiba-tiba dirinya meraung dari lorong. Tatapannya garang sekali, seperti singa yang siap menerkam mangsa. Astagaa.

"SIAPA YANG BARU SAJA MENGGUNAKAN PAYUNGKU!?" tak usah kujelaskan bagaimana nada biacaranya.

Kami yang sedang ramai-ramai menonton televisi membeku. Suasana seketika hening. Tidak ada yang berani menjawab.

"KALAU MAU PINJAM BOLEH, TAPI KEMBALIKAN DENGAN BENAR DONK!! HERAN DEH, BUKAN BARANG SENDIRI MAIN COMOT AJA"

Setelah penghuni no.8 masuk kamar kembali, kami cepat-cepat mematikan televisi dan masuk kamar masing-masing dengan kaki berjinjit tanpa suara.

Sejak kejadian itu, ada beberapa penghuni kos lain berunding untuk pindah kos. Katanya, terlalu mengerikan jika terus bertahan di kos ini.

Tapi..saat niatku juga sudah hampir bulat untuk pindah kos aku menyadari sesuatu.

Hari itu hujan deras sekali dan aku masih disekolah karena kegiatan extrakulikuler. Aku belum mengangkat jemuran yang sudah kunanti-nanti kering sejak 2 hari lalu. Pikirku jemuranku pasti sudah basah seperti jemuran yang dijemur tanpa diperas. Tapi aku menarik napas lega, saat ku tengok jemuran sehabis pulang sekolah, ternyata jemuranku terselamatkan!. Bagaimana mungkin?. Siapa? barulah saat itu aku sadar, hanya pintu kamar penghuni no.8 yang tidak terkunci. Dia sudah ada di dalam kamar rupanya. Dia juga yang sudah mengangkat jemuranku. Bahkan bukan cuma jemuraku, tapi semua jemuran penghuni kos. Terima kasih...ucapku dalam hati.

Lalu disatu kesempatan aku pernah memesan galon air, kalian tahukan galon air besar yang sering diletakkan diluar indomaret atau alfamart itu?. Iya galon yang besar itu. Aku sedang pergi beli nasi bungkus, saat kuterima pesan bahwa galon pesananku sudah diletakkan didepan pintu kos. Aku lupa meminta agar galon tersebut dihantarkan naik ke lantai atas, karena aku tak akan mungkin mampu mengangkatnya naik ke lantai atas kos. Sedangkan petugas pengantar galon sudah pergi. Haah...entahlah bagaimana caranya aku mengangkat galon itu naik. Saat aku pusing mencari cara, aku melihat galon yang dimaksud tidak ada didepan kos!. Aku langsung menelpon si pengantar galon.

"Tapi beneran mas...galonnya nggak ada, jangan-jangan salah alamat mas" sergahku.

"Waduh mbak..alamatnya saya sesuaikan pesanan kok. Coba mbak cek dulu diatas, siapa tahu sudah ada yang menolong mangangkatnya keatas" jawab si tukang galon.

"Yaudah deh. Aku cek dulu mas. Makasih ya."


Aku mengakhiri panggilan di telpon dan buru-buru mengecek. Dan benar saja galon itu sudah bertengger manis didepan kamarku. Dan sekali lagi kulihat hanya pintu penghuni no.8 yang bebas dari gembok kamar. Hanya dia yang sedang berada dikos saat itu.

Aku curiga. Sepertinya Penghuni no.8 adalah tipe orang yang suka membantu orang lain saat orang lain tidak melihatnya.
***

Ooh tidak! pagi ini pun hujan lagi. Aku bahkan belum sempat beli payung karena uangku selalu tak cukup. Jika nekat berangkat sekolah, resikonya aku harus duduk dibangku dengan keadaan basah kuyup. Aku masih mematung di depan gerbang kos dengan pikiran buntu harus bagaimana.

"Nih, aku punya 2 payung. Pakai saja ini."


Aku menoleh.

Haa??. Penghuni no.8 menyodoriku payung!. Waah..sangat pas sekali. Bahkan saat menawarkan payungnya, gadis berambut sebahu itu tersenyum tulus. Suaranya juga tidak terdengar garang. Dia terlihat sangat baik hati pagi ini. Aku berpikir, sebenarnya selama ini kami yang salah menilai atau memang gadis ini sedang baik hati hari ini saja?. Tapi jika baik hatinya ter'jadwal' bagaimana dengan jemuran dan galonku waktu itu? Atau kebaikan-kebaikan lainnya yang belum pernah kami lihat?.

Aku menerima sodoran payungnya, walau ragu setidaknya aku tak boleh menolak bantuan yang datang tepat waktu begini kan?.

"aku duluan ya, aku harus menjalani hukuman pagi ini karena kemarin lupa mengerjakan PR" tawanya riang.

"ah iya. Terima kasih Kak.." untung aku sempat melihat nametagnya. "Kak Joy.." ucapku.

"Oke sama-sama."


Tidak semua yang bisa dilihat dengan mata selalu sesuai dengan apa yang ada dibaliknya. Ibuku selalu berpesan jangan menilai orang dari luarnya saja. Dan jangan menghakimi seseorang jika kamu belum mengenalnya. Ternyata kata Ibu benar, aku selalu menilai Penghuni no.8 yang sekarang ku tahu namanya Joy sebagai gadis angkuh dan tidak mau berbaur dengan penghuni kos lain. Menurutku Joy hanya seorang gadis yang memang tidak tertarik dengan aktivitas orang lain hanya agar orang lain tidak terganggu dengan kehadirannya. Dia gadis yang melakukan hal seperti itu agar orang lain juga melakukan hal yang sama terhadap dirinya. Dia tidak mau peduli dengan urusan orang lain, tapi bukan berarti dirinya tak mau menolong orang lain. Caranya dalam menjaga barangnya memang sedikiti posesif, tapi kurasa itu hanya bagian dari caranya bertahan. Bertahan agar orang lain tidak bisa memperlakukannya seenak hati. Dan semua orang pasti punya sisi itu, hanya saja kadang mereka tidak mau terlalu menunjukkannya karena takut. Dan aku sangat menghargai Joy, karena berani menunjukkan bagaimana dia, tanpa merasa khawatir pendapat orang. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Penghuni Kamar No.8Where stories live. Discover now