intro

11 4 0
                                    

Seandainya gue bisa jadi cewek kuat,pasti sekarang gue udah bisa selesain masalah tanpa minta bantuan sama lyna, Erik dan alwos.

Kalau aja gue bisa percaya diri, mungkin gue udah bisa lewat tes akademis kepemimpinan dan mungkin juga gue udah bisa kirim teks karya puisi gue

Dan juga bisa lupain alwos mung----

Ceklek..

Lamunan ku membuyar saat pintu kamar terbuka

"Kak, ada yang nelpon dari tadi" seorang cowok remaja masuk ke dalam kamar ku dengan membawa ponsel Hitam di tangannya,dia Jodi Adik laki-laki ku

"Siapa?"aku berdiri dari duduk sambil berjalan ke arah Jodi. Adik ku sering kali masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu membuat aku kerap kali terganggu. "Besok-besok masuk ketuk dulu ya"

Jodi memberikan ponsel ke pada ku. Setelahnya berbalik tanpa mengiyakan perintah yang ku ucapkan tadi "besok-besok ponselnya di bawa, nada deringnya ganggu"ucap Jodi kemudian berlalu dari hadapan ku

Melihat jodi berlalu,aku mengunci pintu kamar dan sesekali menguncap kata sabar walaupun Jodi adik ku tetapi sikapnya tidak seperti adik pada umumnya, Jodi lebih tertutup dan sangat sulit di ajak berkomunikasi kecuali pada ibu dan teman dekatnya

Aku kembali kepada ponsel di tangan ku. Setelah mencari riwayat panggilan,di sana sudah ada nama Arzo yang menelpon sampai 6 kali. karena penasaran,aku akhirnya menelpon Arzo

"Ar,kenapa telpon gue?"ucap ku pertama kali saat ponsel sudah terhubung dengan ponsel Arzo

"Lo tanya kenapa gue telpon?gila lo nad! Lo lupa kalau flashdisk persentasi gue ada di lo?"

Aku menepuk kening kuat, aku lupa memberikan flashdisk Arzo hari ini "maaf, gue lupa" jawab ku santai membuat Arzo di sana uring-uringan

"Beli flashdisk sendiri !jangan suka minjam ke orang lain kalau lo buat susah orangnya!" Balas Arzo dengan nada kesal dari sebrang sana. Aku hanya bisa bergumam pelan di tempat dan membiarkan Arzo berbicara di sana,kalau saja Arzo berbicara seperti itu di hadapan ku,sudah dipastikan pasti lebih sakit karena ucapan Arzo tajam dan dalam.

"Lain kali gue nggak minjam apa-apa sama lo"balas ku dengan suara tegas dan keras

"Awas aja kalau nilai gue turun karena gue nggak persentasi kali ini" aku menelan ludah susah saat Arzo mengancam seperti itu. Hanya gara-gara flashdisk, kehidupan ku seakan berat karena Arzo begitu memprioritaskan nilainya yang kelewat bagus itu

Lagi dan lagi, aku hanya bergumam pelan "iya-iya! Gue bakal tanggung jawab sama nilai lo"

"Gue nggak percaya sama mulut lo!"

"Nggak per--"

Klik

Aku membuang ponsel ke atas kasur karena  geram setelah sambungan telepon terputus secara sepihak dari Arzo. Aku mengelus dada sabar dan berusaha tersenyum padahal rasanya ingin mencakar wajah Arzo dan mengatakan 'lo manusia yang paling ingin gue pukul dengan tangan gue sendiri'

Walaupun begitu,dari sekian banyaknya teman,Arzo adalah salah satu orang yang sangat ku benci sekaligus dekat. Cowok itu dari kelas IPS dan merupakan murid yang berprestasi dalam katagori akademik maupun non-akademik, Arzo bukan ketua OSIS, bukan ketua tim basket dan bukan orang yang memiliki jabatan tinggi di sekolah. Arzo tetap Arzo, seorang murid laki-laki yang terobsesi dengan prestasi dan nilai tinggi. Hal yang paling menguntungkan bagi cowok itu adalah wajah balsteran yang sangat disukai sebagian murid perempuan di sekolah ku

Mulanya hanya karena sama-sama berada dalam perlombaan yang sama,dan itu membawa dampak pertemanan sampai saat ini. Kalau ditanya apakah aku suka berteman dengan Arzo pasti aku menjawab tidak. Dekat dengan Arzo sama saja membawa diri ku ke dalam situasi merugikan karena banyak murid perempuan di sekolah ku yang menjadikan aku sebagai alat pendekat

Dari segi negatif mungkin Arzo pantas di sebut manusia tak ada rasa tetapi dari segi positif, Arzo pantas di sebut manusia perduli. Selama 4 bulan ini, Arzo selalu menjadi teman yang selalu bisa aku andalkan dalam pelajaran dan dalam hal-hal tertentu. Itu yang aku suka dari seorang Arzo

Selebihnya tidak

------

Hai pembaca wattpad
Ini cerita kedua dari oktoberayy setelah cerita "Lanka"

Mungkin ini ceritanya enggak semenarik yang pernah kalian baca. Tapi saya berharap kalian masih mau membacanya

Untuk itu jangan lupa untuk
Vote & comment

Salam hangat
Ayi








KlasikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang