Part 3

12.6K 314 8
                                    

"Kenapa kamu kaget gitu, Nak? Bukannya sebelumnya kalian sudah saling kenal?"

"I--iya, Bu. Tapi Nurlela nggak nyangka, mas Agus bisa secepat ini melamarku."

"Ya sudah, sekarang siap-siap, gih. Sebentar lagi nak Agus dan keluarganya akan datang." Ibu Nurlela segera keluar dan menutup kembali pintu kamar anaknya.

Nurlela kembali teringat tentang kejadian semalam, bagaimana bisa mimpi itu seperti nyata? Ia merasakan sesuatu yang belum pernah dialaminya, dan yang lebih anehnya lagi, kenapa pakaian yang ia kenakan semalam tiba-tiba pagi harinya saat ia terbangun, sudah terlepas?

Entahlah, ini amat membingungkan. Yang jelas, Nurlela senang kalau sebentar lagi mimpinya akan menjadi nyata meski pria yang akan melamarnya itu bukan pria yang ada didalam mimpinya.

Acara lamaranpun berjalan dengan lancar. Dan tanggal pernikahanpun segera ditentukan. Satu bulan lagi, Nurlela akan resmi disunting oleh Agus, pria pilihan kedua orang tuanya.

Sebenarnya, Nurlela tidak pernah mencintai Agus. Tapi karena takut mengecewakan kedua orang tuanya itu, akhirnya Nurlela menerima pinangan Agus.

***

Mimpi itu kembali muncul. Pria bermata elang, berbadan tinggi tegap dengan senyum yang khasnya, tiba-tiba memeluk Nurlela dari belakang, erat sekali. Sesekali menyusupkan wajahnya keleher Nurlela, hingga wanita ayu itu terlena akan buaian kasih pria misterius itu.

Seperti pasangan kekasih yang dilanda rindu, Nurlela dan pria didalam mimpinya itu, kembali melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak dilakukan oleh pasangan yang belum menikah.

Entah kenapa Nurlela begitu pasrah melakukan hal itu. Yang jelas mereka lakukan atas dasar suka sama suka.

"Nurlela, kamu telah menjadi milikku seutuhnya."

Nurlela memejamkan matanya. Tapi saat menatap wajah pria berparas tampan itu seketika berubah menjadi makhluk yang amat menyeramkan.

Ia mundur menjauhi pria itu, dan menjerit sekeras-kerasnya.

"Arrhhhh ...."

Ia terbangun dalam mimpinya. Peluh sebesar biji jagung terlihat bercucuran di pelipisnya. Dan ketika ia tersadar, lagi-lagi pakaian yang ia pakai terlepas, tubuhnya hanya ditutupi selimut tebal.

'Apa yang sebenarnya terjadi denganku?' bathinnya.

Ia melihat jam dinding masih menunjukkan pukul satu dini hari. Napasnya masih tersengal-sengal. Kemudian ia mengambil gelas berisi air putih diatas nakas, dan langsung meminumnya.

Nurlela kembali mengenakan pakaiannya yang tergeletak dibawah ranjang. Kemudian mencoba memejamkan mata. Tapi entah kenapa ia terus kepikiran mimpi yang dialaminya.

Apa maksud dalam mimpi itu? Kenapa mimpi itu terasa nyata?

Ia mencoba memejamkan mata, tapi tetap tak bisa tidur kembali. Akhirnya Nurlela membuka jendela kamarnya, menatap keatas langit yang disinari bulan purnama juga dihiasi bintang bertaburan diatas sana.

Nurlela kembali teringat masa kecilnya dulu, dimana saat itu ada seorang pria yang memberikan sebuah cincin bermata biru, yang saat ini masih ia pakai. Anehnya cincin itu masih muat dan melingkar dijari manisnya. Padahal seharusnya cincin itu sudah sempit dijarinya.

"Kamu sekarang sudah menjadi milik aku, Nurlela."

Nurlela terhenak dari lamunannya, ia sadar betul, ada yang berbicara. Wanita berambut panjang itu, menoleh ke arah kiri dan kanan, tapi tidak ada satu orangpun yang terlihat.

'Mungkin itu hanya perasaanku saja.'

Nurlela menutup jendela kamarnya kembali, mengambil kotak musik didalam laci yang ia simpan sejak lama, dan segera membukanya.

Alunan musik didalam kotak membuatnya tertidur kembali.

****

Gaun pengantin dan sanggul dikepala, juga riasan pengantin yang dipoles perias membuat  Nurlela semakin terlihat anggun dan amat mempesona. Nurlela sebentar lagi akan bergelar sebagai seorang istri dari Agus Suseno.

"Mbak, saya permisi dulu ya, mau ngambil bunga melati dalam mobil, lupa nggak dibawa."

"Njeh, Bu."

Perias pengantin itu keluar dari kamar. Tinggalah Nurlela seorang diri. Ia menatap pantulan cermin yang kini ada dihadapannya. Tiba-tiba datang sosok pria yang selalu muncul dalam mimpinya.

"Nurlela, kamu terlihat begitu cantik, Sayang."

Nurlela segera membalikkan tubuhnya, berharap pria itu benar-benar ada dihadapannya. Namun, Nurlela kecewa, Karena pria itu tidak lagi ada di hadapannya.

Tak lama kemudian, perias itu kembali dengan membawa bunga melati yang sudah rangkai sedemikian rupa, dan dipakaikan di kepala Nurlela menjuntai ke kedepan, membuat wajah Nurlela semakin cantik.

"Mbak, kok melamun." Ucap perias pengantin itu, karena sejak dari tadi melihat Nurlela termenung.

"Oh, enggak, kok, Bu."

"Pasti deg-degan, ya? Ibu juga waktu jadi manten begitu, Mbak. Hehe ...."

"I--iya, Bu."

***

Izab qabul diucapkan dengan begitu lancar oleh Agus. Merekapun kini sudah sah menjadi suami isteri.

Setelah izab qabul, acara dilanjutkan dengan pesta yang begitu meriah sampai malam hari.
Setelah acara selesai, para tamu perlahan pulang. Tinggalah sanak saudara yang tampak kelelahan yang sejak tadi menyambut para tamu undangan, begitupun dengan Agus dan Nurlela.

Nurlela masuk kedalam kamarnya, tak lama di susul oleh Agus pria yang menyuntingnya beberapa jam yang lalu.

Nurlela duduk dikursi rias, menghadap cermin sambil membersihkan sisa makeup diwajahnya, setelah itu mengganti pakaian pengantinnya dengan piyama.

Wanita bertubuh langsing itu, membaringkan tubuhnya diranjang dengan menggunakan selimut tebal, kemudian memejamkan matanya.

Agus yang sejak tadi memperhatikan Nurlela, kemudian berbicara.

"Dek, kamu capek, ya?"

"Iya, Mas. Aku capek banget."

"Ya sudah, kalau begitu kamu istirahat saja, ya."

"Iya, maaf ya, Mas. Aku belum bisa melayani Mas malam ini."

"Ya, nggak apa-apa, Dek. Mas akan nunggu sampai kamu siap."

Ada sedikit rasa kecewa dalam benaknya, tapi Agus mencoba mengerti.

***

Kokkokokooooookkkkk ....

Terdengar ayam berkokok. Nurlela menggeliatkan tubuhnya, kemudian membuka kelopak matanya. Waktu menunjukkan pukul lima pagi.

Namun saat Nurlela hendak membangunkan Agus suaminya. Nurlela kaget saat mendapati Agus berposisi mata melotot, lidah terjulur, dan kedua tangannya masih memegangi lehernya.

"Arrgggghhhhh ...."

Nurlela menjerit sekeras-kerasnya kala mendapati sang suami sudah tidak bernyawa.

Bersambung ....

TERIKAT PERNIKAHAN DENGAN GENDERUWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang