Double K

2.1K 73 6
                                    

Kita tak pernah tahu kapan dan kepada siapa cinta akan datang

*****

Kendra dan Keyra adalah dua orang yang tidak pernah bisa akur barang semenit pun. Keduanya sama-sama duduk di kelas 11 IPA2 dan sama-sama memiliki andil dalam tim basket sekolah. Kendra sebagai kapten tim basket dan Keyra sebagai manager tim basket. Namun itu semua belum cukup untuk membuat mereka kompak.

Setiap hari ada saja hal yang membuat mereka bertengkar. Suatu masalah yang sepele akan menjadi besar di mata mereka berdua. Seperti saat ini, hanya karena sebuah bola basket mereka jadi ribut.

"Lo pikir gue ini pembantu lo apa?" hardik Keyra.

"Ya emang, bukannya lo didaulat buat jadi pembantunya tim basket?" Kendra memamerkan senyum sinis penuh ejekan.

"Iih.. muka lo minta ditampol ya? jadi orang ngeselin banget!"

"Coba aja kalo lo berani!" tantang Kendra.

"Ck, lo berdua nggak puas ya kalo nggak berantem? Nih, gue ambilin bolanya." Gasta menggelindingkan bola basket ke arah Kendra dan Keyra berdiri dan otomatis mengalihkan pertengkaran Kendra dan Keyra. "Heran gue, ada aja topik mereka buat berantem." gumam Gasta.

Kendra mengambil bola basket yang ada di samping kakinya. "Kalo buat ngambilin bola basket aja lo nggak sanggup mendingan lo pergi ke ekskul tari sana!" ujar Kendra berlalu.

"Dasar Kendra ngeseliiin!" teriak Keyra tertahan.

Kendra terus berjalan tanpa menghiraukan Keyra yang masih menghentak-hentakkan kakinya. Senyum kemenangan tersungging di sudut bibirnya.

Kendra mulai mendribel bola basket yang sedari tadi dia pegang dan mengoperkannya pada Gasta. Dalam sekejap saja permainan basket sudah tercipta. Anak-anak basket sudah larut dalam permainan yang mereka gemari itu. Sementara Keyra masih berdiri di tepi lapangan seorang diri.

Keyra baru akan melangkahkan kakinya menuju kursi besi yang ada di pojok lapangan ketika Gasta menyerukan namanya. Keyra menoleh dan 'dugh' bola berwarna oranye itu jatuh tepat di ubun-ubun kepalanya. Belum sempat Keyra mengeluh pandangannya sudah berubah buram dan dia jatuh seketika. Kontan anak-anak basket berlari ke arah Keyra.

"Pingsan nih, lo sih Ken. Gimana dong?" kata salah satu anak basket.

"Bawa ke UKS lah, minggir lo." Kendra berjongkok di sebelah Keyra dan dengan sekali hentakan dia mengangkat tubuh Keyra menjauhi lapangan basket diikuti oleh Gasta.

Penjaga UKS hampir saja mengunci pintu UKS untuk pulang karena waktu pulang sekolah memang sudah berakhir satu jam lalu. Gasta buru-buru menahannya. penjaga UKS tersebut segera melepas sepatu Keyra setelah Kendra menurunkannya di tempat tidur yang tersedia.

Gasta berdiri di sebelah penjaga UKS yang saat ini tengah mengganjal dan mengolesi telapak kaki Keyra agar segera siuman. Sedangkan Kendra hanya diam dan menyandarkan tubuhnya di tembok agak jauh dari tempat Keyra dibaringkan. Tidak ada ekspresi di wajah tampannya. Gasta tahu ada kekhawatiran dalam matanya. Gasta juga yakin mata adalah satu-satunya organ yang tidak bisa berbohong. Tapi Gasta tetap pura-pura tidak tahu.

Tidak berselang lama Gasta melihat pergerakan Keyra. Keyra sudah siuman.

"Duh, kepala gue pusing banget." keluh Keyra sembari mengelus kepalanya. Keyra bangun dibantu Gasta

"Ini minum dulu." penjaga UKS menyodorkan segelas teh hangat. Keyra menerimanya.

"Makasih, Bu." Keyra menyeruput tehnya.

"Bikin panik deh, Key, kena bola basket aja pingsan." Kata Gasta duduk di tepi tempat tidur.

"Sakit tahu, Gas. Lagian gue kan belum makan dari pagi jadi wajar dong kalo gue pingsan. Siapa sih tadi yang ngelempar?"

Unperfect StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang