"Sebentar... Thorn bukan manusia biasa?"
"Ya." Angguk Gempa. "Dia dulu hampir menghancurkan istananya guna akarnya karena mengalami syok berat." Solar diam melihat Gempa yang melangkah perlahan berkeliling disekitar tempat ini, Halilintar hanya memilih diam bersandar di dinding tidak menanggapi apapun. "Dia penyakit serangan jantung sejak dulu, Dia akan ketakutan besar jika berada ditempat gelap."
"Tapi dia... Selama ini ngak terkena penyakitnya?"
"Penyakitnya akan kambuh jika orang berharganya terluka berat dihadapan kedua matanya, Mengingatkan masa lalunya dimana ia kehilangan Ibunya." Gempa mengelus burung kesayangannya secara perlahan sambil berdiri diluar jendela sebelum ia menerbangkan Earth. "Aku sebelumnya bagian dari kerajaan Nature, Tapi diusir jika aku dalam pelaku membunuh Ibunya."
"Aku tidak percaya jika kau adalah pembunuhnya."
"Mereka lebih memikirkan kearah negatif daripada positif." Gempa menghela nafas, dia mengangkat kepalanya keatas melihat matahari yang bersinar cerah membuatnya harus menyipitkan matanya. "Mereka tidak tau bahwa penyihir memiliki aturan tidak boleh memakai sihir sembarang."
"Kami mempercaya mu Gem." Gempa tersenyum kecil mendengar perkataan temannya. "Walau kau cukup ribet sih."
"Kau juga Sol, ngaca." Solar mendadak bingung ketika Gempa mengeluarkan sesuatu dari saku celananya sebuah botol berisi ramuan aneh lagi.
"Ramuan apa tu?"
"Mending kau ikutin perintahku aja." Gempa memutar kedua bola matanya malas menjelaskan sambil membuka tutup botol itu sebelum ia menarik kasar dan menyumbatkan botolnya kemulut Solar. "Minum." Orang yang menjadi korban Gempa memberontak memukul tangannya beberapa kali yang mencekik lehernya membuat dia sulit meminumnya.
Tapi entah kenapa setelah meminumnya membuat rasa aneh pada kepalanya yang berdenyut sebelum ia ambruk dalam kegelapannya.
.
.
.
Tolong aku...
Dirinya tengah ketakutan berlari ditengah tengah hutan tidak ada tanda tanda untuk beristirahat, pipinya yang pasah oleh air matanya karena ketakutan. Sambol kepalanya menoleh belakang jika tunang- ralat musuhnya tidak mengejarnya.
Namun ia tetap saja berlari, sudah menebak jika musuhnya bisa teleportasi kearahnya setiap saat.
Tidak kalau begini saja ia bisa mati jika tenaganya akan berkuras habis kelelahan, Ia butuh tempat sembunyi untuk beristirahat.
Thorn terkejut melangkah mundur mencari jalan lain untuk kabur jika hadapannya dihandang oleh Dark, Dia sepertinya akan sulit dan luang kesempatan kaburnya hanya secuil semut yang akan terpijak kaki manusia.
Dia tidak sengaja tersengol batu membuatnya terjatuh membiarkan kotoran tanah itu mengotori dirinya daripada darah, Ia kembali terjatuh ketika merasakan kakinya tertarik sesuatu yang dingin dan membuatnya merinding.
"I win~"
.
.
.
"Ugh..." Erangnya kesakitan merasakan kepalanya ditabok keras oleh batu atau lainnya. "Aku dah mati ya?" Melihat jika ia tidak berada di hutan yang menyeramkan dan sekarang ia berada di kamar yang mewah.
"Masih hidup." Suara yang membuatnya dirinya mengarah sumber suara itu lalu melihat ada sok sok yang sudah lama yang ia jumpai. "Ini kamar bukan surga ya."
"Udah lupa kau pingsan gara gara dipaksa minum ramuan tu?"
"Gemgem? Hali? Kok..." Thorn berkedip kedip beberapa kali merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan baginya bingung. "Bukannya aku di hutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be You[√]
FantezieBiarkan, Aku menjadi kamu Untuk melindungimu ~~~ Ship Tholar Karakter by Monsta Art by _Darkhana