"Sudah kuduga dia akan terjadi sesuatu."
"Maaf... Kukira rencana akan berjalan lancar..."
"Ini bukan salahmu Sol." Halilintar membalikan badannya berhadapan dengan temannya yang memalingkan wajah dengan perasaan menyesal. "Kau tau jika kesifat Dark licik dan bisa menebak rencana orang."
"Sepertinya... Kita harus cari jalan lain. Bisa bisa dia akan membunuh Taufan karena dia satu satunya mengetauhi rencana busuknya."
"Ngak perlu cari jalan lain, Cukup rencana yang tadi aja." Solar dan Halilintar pangsung terlonjak kaget melihat Gempa yang sedang duduk dijendela dengan Earth berada dibahunya.
Bruk!
Suara sepatu yang menginjak lantai ketika ia melompat, Iris gold yang melihat kedua lelaki itu melihatnya dengan tatapan menginginkan alasan yang jelas.
"Yakinlah Thorn telah meminum ramuannya."
"Dan sekarang aku akan mengajarimu."
.
.
.
Waktu begitu cepat.
Sepertinya sangat cepat.
Hingga tidak sadar besok adalah hari pernikahan.
Tangannya yang perlahan menyentuh cermin yang menampilkan dirinya yang semakin pucat dari sebelumnya, Tidak ada yang harus ia katakan melihat sekitar tubuhnya penuh luka.
Tatapannya mengosong seperti zombie, Mengingat bahwa Taufan telah ditangkap oleh mereka. Namun ia tebak jika kakaknya tidak mudah dibunuh begitu saja karena dia putra Cyclone.
Pasti akan dipergunakan.
Seperti dirinya.
"Putra Nature..." Suara ketukan dan terdengar jelas sopan dan khas membuatnya sudah menebak jika yang telah memanggilnya adalah pelayan. "Anda diajak putra Dark untuk berjalan jalan."
"Jalan jalan?" Sebelah alisnya terangkat bingung. "Tumben."
Ia tidak memilih berpikir lama hanya mengiyakan, Sambil dia menyambar jaketnya yang sering dipakai kemana mana dan memakai sarung tangannya agar menutupi luka tangannya dan tubuhnya.
Ia ingin menolak ajakan Dark dan berdiam disini aja merawati lukanya, Namun ia tau bagaimana kejamnya jika ia menolak dan bakal disiksa abis abisan.
Huh... Sulit kali ya...
.
.
.
"Ugh sial." Taufan merengut sebal ketika pertama kali ia masuk ke penjara dan pertama kali merasakan bagaimana sesaknya dipenjara.
Terutama
Bosan.
"Dia cepat kali bisa menebak." Dirinya tersandar pada dinding mencari posisi nyaman ketika tangannya serta kakinya terborgol yang terbuat dari rantai besi, Sedikit sulit bernafas ketika ia susah ingin mengerakan kedua kakinya seperti lem tidak bisa dilepaskan. "Licik tingkat dewa pulak."
"Oi oi diem." Suara tombak yang terpukul ditiang penjara menimbulkan suara keras, Syukurnya bukan kayak benda lain bergesekan dengan besi bakal ngilu luar biasa. "Kalau kau masih sayang nyawa."
Taufan menoleh sumber suara itu melihat sok sok prajurit berbeda dari sebelumnya, seorang gadis yang memiliki rambut merah dikepang dan sengaja diletakan di samping bahu , iris mata yang berwarna netra darah mengingatkan pada suami tercintanya. Tidak lupa ada jepitan bulu biru tua galaxy berada dekat telinga gadis itu.
Sebentar.
Koq pernah kenal ya?
"Rain?"
"Ya?" Rain menyahut balik dengan tatapan datar kayak setrika, Taufan semakin bingung pada gadis yang ia kenal membuatnya menimbulkan banyak pertanyaan.
"Koq... Kau jadi prajuritnya?"
Rain mengedikan bahunya sambil melirik sekitarnya jika hanya ada dirinya membuatnya bebas berbicara jika tidak ada prajurit lain lewat. "Males prajuritnya itu itu aja, Mending aku jadi prajurit penghianat."
"Lagi pula sesekali Rain masuk dalam cerita buatan sendiri yah."
"Baguslah kalau gitu." Senyuman Taufan mengembang melihat Authornya yang menjadi karakter prajurit penghianat mendapatkan peluang besar bebas dari penjara ini. "Buka pintu besinya."
"Ngak." Rain mengayungkan tombaknya lalu memukul tiang besi sekali lagi lebih keras membuat Taufan melangkah mundur merasakan telinganya berdenyut sakit. "Kau kira semudah itu kulepaskin? Kunci ngak ada. Dan prajurit berjaga disini 24 jam kayak minimarket."
"Jadi? Gimana aku mau keluar?"
"Tu." Rain mengedikan kepalanya dan Taufan menoleh apa yang Gadis itu tunjuk melihat sok sok hewan berada dijendela tengah berusaha memotong tiang besi jendela itu dengan mulutnya yang runcing itu. "Bantulah dia kalau kau mau keluar."
.
.
Rencana mau bawa Rambo(Ayem Rain), Tapi alur ceritanya jadi kebelok alurnya kayak penyakit tulang skoliosis.
.
.
.
"Indah bukan?"
Thorn mengangguk menyetujui perkataan Dark, Mereka berdua tengah berjalan jalan dihutan yang menurut Thorn menyeramkan. Kicauan burung tidak ada hanya suara jangkrik, seperti sudah malam.
Kenapa harus dihutan?
"Pasti kau menyukainya." Kekeh Dark pelan seperti manusia biasa terlepas dari seluruh sifatnya. Thorn mula mula terpesona melihat Dark yang kali ini seperti manusia normal, namun sayangnya ia tidak mempercayai sikap baik Dark lagi.
Dia telah membuat dirinya menutup hatinya.
"Kau suka, mungkin tempat ini kau akan menetap selamanya." Dia memberhentikan langkahnya mendengar perkataan aneh baginya, iris hijau tuanya menatap waspada pada Dark yang tetap tenang melangkah dengan angkuhnya mengamati setiap pohon disana.
"Apa maksudmu?"
"Mungkin kau sudah menebaknya." Dark membalikan badannya melihatnya dengan senyuman sinis dan iris netra darahnya menyala terang, dengan waktu sama muncul kelelawar menyelimuti mereka.
Thorn memekik langsung melindungi dirinya dengan kedua tangannya, matanya refleks menutup ketika banyak kelelawar mendekatinya namun itu bukan tujuan mereka. Ribuan kelelawar yang melewati Thorn berkumpul membentuk seperti dinding mencegah jika dirinya akan kabur.
Dia berbalik badan melihat jalan satu satunya keluar dari hutan ini ditutup oleh tunangannya, dia menoleh melihat Dark yang mengeluarkan pedang membuatnya melotot. Ia memundurkan langkahnya sebelum ia akan memasuki hutan dengan lariannya.
"Where are you go, My Thornie~"
Tbc
Maapkan Rain alur ceritanya terlalu cepat dan langsung gazpol
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be You[√]
FantasiBiarkan, Aku menjadi kamu Untuk melindungimu ~~~ Ship Tholar Karakter by Monsta Art by _Darkhana