BAB 3

20 2 0
                                    

"Vio aku mau bicara!" Teriak Afgan dari lobi seraya berjalan kearahnya, Vio menghentikan langkahnya. Derap langkah Afgan semakin dekat dan berdiri tepat didepanya.

"Mau apa?" Tanya Vio ketus.

"Sayang plis maafin aku, aku khilaf aku nggak ada niatan mau main dibelakang kamu" Afgan mencoba meraih tangan Vio namun ditepisnya.

Vio menarik sudut bibirnya hingga membentuk lengkungan senyum.Afgan yang menatapnya semakin merasa sesak, senyum yang slalu ia rindukan kini hanya tinggal angan-angan, senyum Vio yang menjadi candu baginya mungkin bukan untuknya lagi.

"Gue udah maafin lo Gan, semua kesalahan lo slalu gue maafin KECUALI PERSELINGKUHAN!" Vio menekankan kata-kata terakhirnya.

"Iya aku tau sayang aku janji aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi" afgan kembali memohon, menelungkupkan kedua tanganya berharap Vio akan memaafkanya.

"2 tahun bukan waktu yang singkat Ar! 2 tahun kita pacaran kita lalui suka duka bersama tapi sekarang lo tega main dibelakang gue yang lebih parahnya main sama sahabat gue sendiri! Hubungan kita END!"

Vio melangkah pergi dengan air mata membasahi pipinya, entah apa yang ia rasakan antara lega atau bahkan semakin menyiksa. Ia tidak pernah menyangka lelaki yang slalu ia banggakan kini membuat luka yang teramat dalam.

Vio menghempaskan dirinya dibawah pohon beringin ia menjambak rambutnya, ia benar benar frustasi dengan keadaan saat ini. Ia berdiri lalu menghantam tembok berulang kali, hingga ada tangan yang menarik memeluknya, siapa lagi kalau bukan Fathan.

Fathan membawanya duduk, Vio masih sesegukan dengan tatapan sangat sayu dan pucat, baru kali ini ia menatap Vio serapuh ini.

"Lo kenapa?" Tangan fathan menyibakan poni Vio.

"Nggakpapa"

"Bohong"

"Gue pengen pulang"

"Gue anter"

"Nggak usah"

Fathan menarik tangan Vio, tidak ada perlawanan dari gadis itu. Ia Faham dengan keadaan Vio saat ini.

"Masuk" vio menuruti perkataan fathan, dengan cepat ia melajukan mobilnya menuju apartement milik sepupu Fathan yang kapan saja ia bisa kesana.

"Apartemen?"

"Iya, lo butuh ketenangan kan? Tenang gue nggak bakal macam-macam" Fathan dan Vio menuju kamar 201

"Lo istirahat, gue bakal kesini lagi  kalau ada apa-apa telfon gue" ucap Fathan

"Lo mau kemana?"

"Balik ke sekolah"

"Yaudah hati hati"

Fathan hanya tersenyum seraya berlalu dari hadapanya, kini ia hanya seorang diri didalam apartemen. Perut Vio bunyi minta diisi ia menuju kulkas.

"Gilak, ini kulkas baru diisi kalik ya sayuranya masih seger seger" ia mengambil beberapa sayuran dan mulai memasak.

****

Alih-alih ke sekolah Fathan malah pergi ke apotik dan super market terdekat. Ia ingat betul tangan Vio berdarah.

Entah semenjak mengenal Vio sikap Fathan berbeda, dia mulai sedikit peduli terhadap hal kecil, meskipun Fathan baru mengenalnya beberapa hari terakhir, rupanya dia salah persepsi menilai Vio.

Gadis yang terkenal 'Bad Girl' rupanya memiliki hati yang tulus dan jiwa sosial yang tinggi meskipun rada oon.

Ceklekkk!

Vio terkejut melihat Fathan diambang pintu dan menenteng beberapa tas belanjaan.

"Loh katanya sekolah?"

"Sekali kali bolos"

"Udah makan?"

"Belum"

"Yaudah sabar ya gue baru masak nih, untung dikulkas ada sayuran"  Ucap Vio seraya membenahi kucir rambutnya.

"Emang bisa?"

"Ahli"

Vio menghidangkan ca kangkung, ayam goreng dan dadar telur. Demi apa baunya enak banget.

"Gimana? Enak?" Fathan menggigit ayam goreng dan berfikir sejenak.

"Kok manis?"

"Hah manis??" vio terkejut.

"Kamu" imbuhnya, pipi Vio auto Blushing baru kali ini ia mendapat gombalan maut dari sang Cold Prince, demi apapun jantung Vio berdetak  20x lebih cepat.

Sehabis makan bersama Vio membereskan peralatan sedangkan Fathan asik bermain game.

"Pinjem hp lo dong"

"Buat apa Than?"

"Siniin"

"Nggak boleh, hp gue itu privasi oke anda punya hak apa pinjem hp gue" sarkas Vio.

Tanpa aba-aba Fathan menarik ponsel Vio,Vio terkejut bukan main sekaligus panik.

"Gue nggak macem macem "

"Balikin thann!"

"Nggak"

Vio panik, bagaimana kalau Fathan membuka galeri miliknya bisa malu luar biasa.

"Kita tukaran HP 1 minggu"  Vio melongo

"Apa apaan sih Than enak aja mau tukaran!"

"Ini apaan?" Tanyanya polos, Vio semakin panik keringat dingin mengucur dipelipisnya.

"Itu.. a..nu"

"Pokoknya tukaran HP seminggu!" Fathan menyodorkan hp miliknya.

"Dasar otak mesum!" Umpat Fathan

"Apa lo bilang?!"

"Otak mesum!"

"Ya suka suka gue hp hp gue!"

"Hp lo banyak dosa!"

"Yuk pulang!"

"Balikin dulu Fathan!"

"Nggak!"

Dalam perjalanan suasana hening, Vio cemberut dari Apartemen sampai depan rumahnya.

Vio segera keluar dari mobil namun Fathan menariknya hingga kini mata mereka saling bertemu sepersekian detik, Vio memutuskan kontak matanya.

"Apa lagi!" Tanya Vio ketus.

"Maaf"

"Bodo amat" Vio segera keluar dan masuk ke dalam rumah.

Vio ingin berteriak meluapkan segala emosi dalam dirinya, Kenapa semua tidak adil baginya kenapa rasanya sesak setelah berpisah dari Afgan, lelaki yang pernah dicintainya hingga detik saat ini. Rasanya ia ingin memeluknya erat seraya berkeluh kesah tentang hari ini seperti biasanya namun hanya angan.

Vio memeluk erat boneka Panda pemberian Afgan saat ulang tahunya ke 17 tahun.

"Kenapa lo tega Gan kenapa lo tega!" Teriaknya seraya meremas boneka tersebut lalu dibuangnya asal.

"kenapa lo tega Ar" ucapnya disela isakan tangisnya.

"Kenapa lo tega hancurin gue dan hubungan gue!"

HY READERSSSSSS JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENT!!!!

My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang