Mereka pergi dengan jemari terkunci bersama, bahkan Jungkook tidak malu menunjukkan kemesraannya di ruang publik.
Mia tersenyum kagum memperhatikan panorama di depannya saat Jungkook menangkap momen tersebut.
"Kamu tahu? Kamu bisa jadi model."
Mia mendecak, mungkin lebih mendecih.
"Aku serius!"
"Mana ada model yang sepertiku?"
Sekarang giliran Jungkook yang mendecak. "Kamu jadi dirimu." Jungkook menekankan kalimatnya. "Kamu bisa jadi apapun dengan dirimu yang sekarang, Mia."
Begitu lucu Jungkook pikir—perbedaan Mia dan Aera seperti langit dan bumi. Mia dengan keraguannya dan Aera dengan perwiranya.
Tidak pernah terpikir oleh Mia, Jungkook bisa bernasehat layaknya seorang bapak yang menangkap anak dibawah umur minum alkohol. Pria ini begitu serius tidak berhenti walaupun Mia sudah memberikan sinyal.
Rasanya sangat menakjubkan bagaimana pria itu memberikan sebuah pidato tentang self boost.
Well, tidak salah sih. Jungkook memang pria berkelas. Pria ini selalu punya aura sekalipun dalam balutan kaus longgar dan sandal.
Netra mereka berpapasan dengan kesengajaan—memantulkan warna campuran dasar laut yang paling indah sepanjang masa.
Sebuah senyuman terulas di bibir favorit Jungkook belakangan ini. Begitu mudah Mia mengecup milik masternya. "Terima kasih, master."
Sikap menggemaskan Jungkook belakangan ini telah merubah sudut pandang Mia. Ternyata pria menyeramkan ini punya hati tulus yang jarang ia tampakkan.
Ponsel Jungkook berdering untuk kesepuluh kalinya. Mia melirik Jungkook yang tengah terus menerus menolak panggilannya.
"Hey, angkat saja. Aku akan menunggu." Mia meyakinkan Jungkook. Mia yakin siapapun yang memanggil Jungkook dengan niat sebesar itu pasti punya kabar genting.
"Kamu yakin?"
"Tentu saja. Mereka pasti punya hal penting untuk dibicarakan padamu." Mia melirik ponsel Jungkook. "Aku akan menunggumu di sini."
Jungkook mengecup pipi Mia sebelum menyisihkan dirinya, sementara Mia melanjutkan aktivitasnya berkeliling tak jauh dari sana. Mia menemukan dirinya pada sebuah toko herbal oleh pemilik toko yang umurnya sangat tua.
Aromanya begitu tak lazim di hidung Mia. Wangi tokonya mirip endapan lapuk rempah dan herbal leluhur.
"Itu suamimu?" Kakek pemilik toko menunjuk Jungkook yang tengah bersibuk di sela telinganya—sesekali menyelipkan tekanan yang biasa ia lakukan.
"Ah-hm bukan-" Mia berhenti sebelum tersenyum pada pasangan yang terlihat masih akur di jendela akhir mereka. "Ya, bersama suamiku."
"Sepertinya suamimu adalah pria yang sangat sibuk." Mungkin semua orang bisa tahu hanya dari geriknya. "Apa kalian dapat waktu yang cukup pada bulan madu ini?"
Astaga, mungkin obrolan ini sudah sangat melenceng dari faktanya bahwa mereka sedang tidak berbulan madu untuk merayakan pernikahan yang tidak pernah terjadi.
"Ambil herbal ini." Kakek memberi sebotol gelas kaca ukuran kecil ke tangan Mia.
"Apa ini?" Mia memperhatikan likuid di dalamnya dengan seksama—sesekali menhirup baunya.
"Herbal ini untuk mengangkat stamina suamimu yang super sibuk itu." Ia menjelaskannya dengan suara merendah seperti tidak ingin orang lain tahu, padahal hanya ada tiga kepala di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOND
FanficHidup dengan keterbatasan finansial memaksa Mia berpartisipasi pada acara lelang, dimana ia dipertemukan dengan penawar yang memenangkannya, Jeon Jungkook-seorang misterius tanpa latar belakang. Jungkook mengirimkan sejuta kilat ketika ia menyentuh...