TIGA

1.4K 115 4
                                    

Seojoon mengenalkan Mia pada keempat wanita lain yang sedang bersiap di ruang ganti. Mereka terlihat sangat ramah saat Seojoon memperkenalkan, tapi sangat acuh ketika Seojoon pergi.

Mia mendecih tak acuh, lagipula ia tidak akan bertemu mereka setelah hari berakhir.

Mia memperhatian meja riasnya terkejut. Perlengkapan rias wajah lengkap per individu, penerangan yang cukup baik, dan kloset pakaian yang telah disiapkan sesuai ukuran tubuh.

Tidak sama dengan Tuan Ryu—kami diminta memakai peralatan rias wajah dan pakaian panggung yang sama.

Mia berdandan ala kesehariannya tanpa menyentuh rias wajah yang telah disediakan. Ia merasa sungkan menyentuh barang mewah itu, apalagi sampai merusaknya.

"Kamu tidak berniat ikut?" Seseorang datang dan mengucapkan kalimatnya sarkas.

"Ya?" Mia memperhatikan sesosok wanita memperhatikannya lewat pantulan cermin.

"Sini aku bantu." Wanita itu menghapus paksa rias di wajah Mia. "Kamu harus melakukan yang terbaik di sini. Kamu pikir Tuan Park menyediakan peralatan mahal ini hanya untuk dilihat?"

"Ak-"

"Kamu tahu yang datang adalah orang-orang penting kan? Kamu pikir mereka akan senang dengan penampilan yang seperti ini?"

"Maaf.. Aku baru pertama kali ikut."

"Jangan jadikan itu sebuah alasan kenapa kamu tidak melakukan yang terbaik."

Wanita itu benar. Mia tidak melakukan usaha terbaik saat Seojoon memberikannya kesempatan untuk bangkit.

Ia merias dengan tema 'Goddess Look' ditambah balutan gaun emas pendek dan sepatu tinggi. Mia terlihat seperti malaikat yang baru turun dari langit.

Ia bertepuk tangan puas pada hasilnya. "Cantik!" Ia tersenyum lebar.

"Terima kasih..?"

"Ha Minyoung—asisten pribadi Tuan Park." Ia memperkenalkan dirinya sendiri. "Aku menjadi asisten Tuan Park satu dekade lamanya."

Minyoung adalah asisten paling sabar untuk Seojoon. Ia memproyeksikan detail keinginan Seojoon dengan baik seperti sangat memahami isi kepalanya.

"Banyak belajar dan selalu lakukan yang terbaik, karena Tuan Park memberimu tempat untuk bersinar di puncak acara."

Minyoung kemudian berceloteh penuh tentang apa yang harus Mia lakukan untuk memikat penawarnya agar mendapatkannya hal yang ia mau.

Minyoung tidak memfilter bahasanya. Ia pikir bekerja di tempat seperti ini tidak perlu bertele-tele.

Cerita mereka terpenggal karena Mia dipanggil ke belakang panggung untuk bersiap tampil. Minyoung memberikan semangat terakhir dengan mengacungkan kedua ibu jari.

Mia memperhatikan keempat wanita yang tampak cemas setelah turun dari panggung seperti begitu khawatir menunggu hasil final nanti.

Mia menenggak dua gelas alkohol dan melakukan perreganggan untuk melemaskan ototnya sebelum naik ke panggung.

Mia menarik nafas sedalam mungkin. Ia mencoba mengatur jantungnya yang berdegup kencang saat membuka matanya.

Netranya tidak dapat menembus kerumuman yang menonton. Ia hanya dapat melihat siluet gelap di depannya.

Musik dinyalakan—Mia mengatur pergerakannya dengan elegan dan eksotis. Ia berharap penampilannya malam ini dapat menyihir kesepuluh pria di depannya.

Mia bekerja sangat keras sepanjang tiga puluh menit penampilannya. Tidak lupa melakukan tips yang Minyoung berikan padanya, ia bisa melihat beberapa siluet duduk memajukan pandangannya.

BONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang