SATU

51 6 0
                                    

Bukan seberapa lamanya pertemanan itu terjalin nyata, tapi seberapa lamanya pertemanan itu selalu bertahan di setiap suka maupun duka.

________________________

Gadis itu mengelap keringat yang bercucuran di dahi menggunakan punggung tangannya.

Matahari makin meninggi menyilaukan mata, ditambah bisingnya suara knalpot mengganggu konsentrasinya.

Sambil terengah-engah ia mengatur nafas agar kembali normal, menumpukkan segala kelelahan dengan menopang tangannya diatas lutut.

Menggunakan baju putih abu-abu, ia berlari lagi mencari seseorang yang bisa menolong nya saat ini. Tak peduli sudah berapa butir keringat yang megalir deras dari wajahnya, ia harus tetap pergi dari sini.

Ia sedang mencari seseorang yang bisa membantunya untuk pergi dari sini.

Matanya yang sigap memandang ke kanan dan ke kiri, tak menghiraukan beberapa orang yang sudah memperingatinya agar berjalan dengan tenang, ia tetap berlari sampai menemukan seseorang tersebut.

'Nah, itu dia!!!'

Semakin cepat, ia berlari menuju orang tersebut DAN...!!!

"BANG!!! Buruan gas sekarang bang!!" Sania menepuk pundak abang gojek didepannya. Abang gojek yang sedang menyeruput minumannya itu tersedak karena ulah Sania yang datang tiba-tiba.

"Saaaniaaa... bisa gak sih datang baik-baik? keselek kan abang jadinya. Astagfirullah" sambil berucap, abang gojek itu menepuk dada.

"Aduh bang!! Udah terlambat ini!!!" Sania melihat jam ditangannya dan kembali menepuk pundak abang gojek itu.

Sebut saja bang Ilham namanya. Bang Ilham ini sudah lama bekerja menjadi gojek di daerah rumahnya Sania, jadi setiap Sania pergi ke sekolah selalu diantar dengan bang Ilham.

"Aduh abang, cepetan bang! Udah telat nih"

"Heh, yang telat kan sono, kenapa malah nyalahin kemari"

"Ih abang, udah dong ngebacotnya, Sania udah terlambat ini abang" Sania menarik tangan bang Ilham untuk bergegas pergi dari situ.

"Iya neng, sabaaarr, pakai helem dulu napa" bang Ilham memberikan helm kepada Sania.

"Hehe, maap bang, ngebut ya bang" cengir Sania sambil memakai helm dikepalanya.

Bang Ilham menyalakan mesin dan siap melaju.

Bruuummm 🚀🚀

______________________________

Sesampainya disekolah, Sania berjalan tergesa-gesa di koridor.

"Ck, udah lah hari ini hari senin, terlambat lagi terlambat lagi, malah jam pertama pelajaran Pak Herman lagi, moga aja gak dimarahin" Sania membuka pelan knop pintu dan masuk ke kelas diam-diam, berharap Pak Herman, guru agama nya tidak sadar kalau dia lagi-lagi terlambat.

Untung pintu tidak mengeluarkan suara decitannya, teman sekelas Sania yang mengetahui Sania terlambat lagi hanya melihat 'biasa aja' seperti sebuah pemandangan yang sudah emang seharusnya. Kebetulan Pak Herman lagi menulis didepan kelas.

SaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang