Senin.
Hari yang paling membosankan dan paling dibenci oleh semua orang terutama untuk para pelajar.
Selalu dianggap hari pembawa sial lantaran memotong hari libur mereka,dan yang pasti senin adalah hari dimana puluhan mata pelajaran yang kembali hadir dipelupuk mata,mengancam otak untuk terus diperas karenanya.Seperti biasa,senin adalah waktunya untuk mengheningkan cipta dan mengenang jasa-jasa para pahlawan atas kemerdekaan Indonesia.
Sehingga sudah pasti akan diadakan upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap seninnya.
Semua berbaris rapi menghadap tiang sebagai tempat pengerekan pusaka nantinya.
Para petugas upacara pun telah menempatkan diri,sembari mengatur nafas dan menyiapkan diri untuk unjuk gigi di depan para guru atas jerih payah dan waktu yang telah mereka korbankan demi terlaksanakannya acara rutinan tersebut.
Tapi nampaknya,ada beberapa petugas upacara yang tengah risau karena sesuatu.
Tentu saja,itu karena yang bertugas membaca UUD'45 tak kunjung menampakkan batang hidungnya."Mana si esa?kok belon nongol?tumben banget dia telat begini."Risau seseorang yang bernama Rinza.
"Iya nih,untung anak pinter,kalo ga gue gibeng kalo dia dateng."Gemala ikut menggerutu.
Sementara itu
Gadis berperawakan tinggi,berambut hitam legam panjang yang diikat kuda dengan rapi,sembari menggendong tas berwarna abu sedang berjalan cepat menuju ruang kelasnya.
Kini pukul 07.05
Artinya,bel telah berbunyi 5 menit yang lalu dan upacara pasti telah dimulai.
Terlihat sangat jelas ia tergopoh-gopoh berlari melewati gerbang yang hendak ditutup,beruntung pak satpam berbaik hati dan membukakan jalan untuknya
Lantas,ia berlari menuju lapangan dengan cepat seusai berterimakasih kepada pak satpam.Sesampainya di sana ia telah melihat semua orang tengah khidmat mengikuti upacara yang sepertinya baru saja dimulai,tanpa pikir panjang ia melepas tas dari punggungnya serta kedua tas jinjing yang ia genggam,lalu meletakannya di samping pohon kersem secara bersebelahan.
Dengan cepat,ia berlari lalu masuk ke barisan tempat dimana yang bertugas membaca UUD'45 biasa menempatkan diri,sebenarnya ia malu memunculkan diri secara tiba-tiba,apalagi sebagai petugas upacara yang seharusnya datang lebih awal dibanding peserta upacaranya,namun ia harus profesional atas amanat yang telah dipercayakan kepadanya.***
"Seluruh pasukan dan komando saya ambil alih,tanpa penghormatan bubar jalan!" Seru sang pemimpin upacara yang membubarkan peserta upacara.
Seperti biasa sebelum memasuki ruang kelas,para petugas upacara berkumpul dan membahas jalannya upacara yang telah terlaksana."Esaaaaa!lo kemana aja si?!ditungguin ga nongol-nongol tau gak?!sampe jantungku berasa lagi zumba."Omel Rinza,sahabatnya yang bersuara cempreng.
"Gausah lebay Rin,lagian gue udah di sini kan?toh upacaranya lancar,ga ada yang--"
"Ekhem"
Sontak suara yang muncul secara tiba-tiba membuat semuanya menoleh ke arah sumber suara,
Ternyata ia adalah Pak Munir,pembina OSIS di SMA Tunas Bangsa.
Setelah tahu siapa sang empu suara,tak ada satupun yang berani berbicara."Siapa namamu?"
"Teresa Nuveena Hannan pak"
"Baiklah Teresa,jelaskan kepada saya mengapa kamu bisa terlambat padahal tahu kau ditugaskan menjadi petugas upacara hari ini?"Pak Munir mulai menginterogasi.
"Karena saya harus membuat pesanan pak."
"Pesanan?pesanan apa?"
"Sosis crispy dan salad pak,itu semua pesanan teman-teman pak."Jujur Teresa.Sementara Gemala dan Rinza menepuk jidat lantaran kepolosan dan kejujuran Teresa.
"Apakah kau diajarkan disiplin dan sopan santun oleh orangtuamu?"Tanya pak Munir kembali dengan nada yang semakin dingin.
"I-iya pak"
"Baiklah,kau melakukan dua kesalahan hari ini.
Pertama,kau tidak tepat waktu untuk melaksanakan amanat dari organisasi,
Kedua,kau berbicara tanpa menatap mata orang yang berada di hadapanmu."Glek
Teresa menelan salivanya payah saat mendengar ucapan dari Pak Munir.
Di otaknya sudah timbul banyak sekali pertanyaan tentang apa hukuman yang akan ia terima hari ini?
Apakah harus berjalan jongkok mengitari lapangan?
Atau hormat di tiang bendera hingga jam istirahat pertama?
Semua kemungkinan itu membuatnya semakin gugup dan takut."Hari ini kau harus menerima konsekuensinya!"Titah tegas Pak Munir.
"Lalu bagaimana dengan makanan-makanan yang telah dipesan teman-teman saya pak?"Bela Teresa yang sebenarnya berniat untuk meringankan atau memerhentikan hukuman dengan alasan tersebut.
"Rinza!Gemala!antarkan semua pesanan dari teman-teman Teresa!"Perintah Pak Munir dengan tegas disusul dengan anggukan oleh Rinza dan Gemala.
"Dan kau Teresa,ikut saya ke kumpulan itu!"Titah Pak Munir disusul dengan Teresa yang
MembututinyaDi dalam kumpulan itu,nampak Teresa yang terkejut dengan sesuatu,
Sesuatu yang tak asing baginya,
Sesuatu yang telah membuatnya menjalin asa,hingga memutuskannya.
Apakah ini pertanda?
Jika Teresa akan benar-benar sulit mengelak dan menerima apa adanya?***
TBCYeay!
Akhirnya aku bisa upload cerita ini hehe.
Semoga suka yawwww<3Yokk voment temen temen!
Biar aku semangat upload huhuLuvv kaliannn♡
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
ActionPara pecinta dan pengagum rasa.... Rasa yang membelenggu,suatu waktu membuat tuannya kuat hingga rapuh... Walau pelbagai situasi,kekuatannya tak akan pernah sirna.... Untuk bertahan dan memerjuangkan seorang diri... ~Sang puan Banyak masa yang terbu...