Di sini
Di ruang ber cat serba putih dengan 5 meja berderet rapi dari sisi kanan ke sisi kiri,dan kertas-kertas yang entah apa isinya berjajar rapi dari masing-masing meja,dan aku duduk di meja nomor dua berhadapan dengan seseorang yang mungkin akan menerkamku."Jadi,siapa namamu?"Tanya seorang guru muda di hadapanku.
"Teresa Nuveena Hannan"Jawabku tanpa mengeluarkan ekspresi dan mengumpat dalam hati karena lagi-lagi ada yang bertanya namaku,padahal aku telah mengalungkan nametag kardus segilima dengan lebar 30cm.Apa mereka yang berhadapanku minus?sehingga tak bisa membaca namaku yang ada di dadaku? Sial! Padahal aku bisa membaca nametag guru di hadapanku ini yang bernama Aqila zidni yang notabenya ukuran tanda nama itu lebih kecil dari punyaku!ya Tuhan,apa yang sedang terjadi?!
Sejujurnya aku masih syok dengan apa yang terjadi tadi,tapi yah apalah daya,diruangan ini ada ac yang jadi penyejuk raga dan pikiranku,sepintas aku bersyukur karena tak perlu lagi panas-panasan di luar dan aku bisa ngadem di sini hehe.Terdengar norak
Memang,tapi memang itu kenyataannya?bagaimana?
Kali ini,aku sedang duduk di ruang BK ditemani dengan Aqila --eh Bu Aqila maksudnya yang sedang mencatat entah apa di sebuah jurnal."Baiklah Teresa,berikan saya alasan mengapa tadi kamu bersikap seperti itu?"
"Ya saya capek bu"
"Kamu tahu tidak?tadi itu tidak sopan?"Tanyanya lembut,yang membuatku kangen ibu yaampun!
"Emm...ya...tau si....tapi kan memang capek bu,masa 2 jam gak istirahat?kita kan manusia bukan robot bu."ya memang begitu kenyataannya kan?
"Iya ibu ngerti,tapi gak seharusnya kamu kayak gitu kan sama kakak kelas?itu kan lebih tua dari kamu,jadi harus hormatin dia."Bu Aqila kembali memberi pengertian kepadaku.
"Aku gak bentak kok bu,ga bicara keras juga,kurasa tadi aku bicara sopan,kakak kelasnya aja yang songong,emosian pu--"
"Oh gitu?"Suara di balik pintu itu sontak membuatku kaget,karena familiar dengan suara itu lantas kutolehkan kepala ke belakang.
"Ka-kakak?"
"Namaku bukan songong"Ujarnya yang terdengar dingin tapi menusuk.
"Bu,kurasa bimbingan konselingnya sudah cukup" lanjutnya yang langsung menggamit lenganku dan menyeretku keluar tanpa menunggu persetujuan dari Bu Aqila.
Dia membawaku menuju koridor,dan pasti akan membawaku ke lapangan lagi,lalu menghukumku dengan hukuman yang entah apa,mungkin akan memalukan."Kak?mau kemana?"Heranku karena dia membawaku ke ujung koridor dan berbelok ke kiri,sedangkan arah lapangan adalah ke arah kanan.
Namun,pertanyaanku tidak direspon olehnya,dia hanya diam seribu bahasa dan tetap menatap jalan lurus.
Kami melewati deretan kelas 12 yang kebanyakan cewe-cewe dengan tatapan kagum yang kutebak itu karena Kak Fian."Fian!nanti malem ngafe mau?" Ajak salah satu cewe yang tiba-tiba berbicara dan berjalan mensejajarkan dirinya dengan Kak Fian.
"Liat nanti" Respon Kak Fian kemudian dengan nada yang sama seperti sebelumnya,dingin.
Dia tetap menggamit lenganku dan kali ini berada di ujung bangunan yang dari kejauhan berukuran besar dengan pintu kacanya,semakin mendekatinya aku yakin Kak Fian akan membawaku ke sana tapi,ada yang berbeda dan mengerikan di sana karena itu adalah ruang kepala sekolah!artinya aku akan bertemu kakeknya?! Ya Tuhan! Apa yang akan dia lakukan?!
"KEJUTAN!"Teriak Kak Fian yang melepaskan cekalannya kasar dan mendorongku masuk yang berakibat kakiku menabrak meja kebesaran kakenya itu.
"Ada apa ini Fian?" Suara itu menggema,apa itu adalah--
"Kek,dia telah memermalukan cucu kakek di depan semua siswa baru dan rekan-rekan paskibraku!" Dia emosi lagi?ya benar dia emosi lagi di sini.
"Memang apa yang dia lakukan?"
"Tanya sendiri saja"
Kemudian Kepala sekolah a.k.a kakek Kak Fian a.k.a pemilik sekolah ini menghampiriku pelan lalu memersilahkanku duduk dan menenangkan diriku."Jadi Teresa,ada apa sebenarnya?"
Oh ya Tuhan!suaranya terdengar tenang dan lembut,sangat berbeda dengan cucu tengilnya itu.Baru jadi cucu kan?belum jadi pemilik sekolah ini?aku ngeri apa jadinya jika sekolah ini telah berpindah tangan kepadanya.Oh ya satu lagi,kakeknya ini tidak bertanya nama kepadaku itu artinya dia bisa membaca nametag ku,berbeda dengan cucunya.
Kemudian aku menceritakan semuanya yang terjadi tadi,tanpa kutambah atau kukurangi."Hmm" Beliau manggut-manggut tanda mengerti.
"Jadi,siapa yang suruh para siswa baru gak beristirahat setelah 2 ajm latihan Fian?" Tanyanya kemudian kepada cucunya.
"Baru dua jam kek,lagian aku sama temen-temen paskibra lain kuat latihan bahkan lebih dari dua jam,teman-temannya juga gak ada yang ngeluh,dia doang yang banyak nge-les"
Aduh emang banyak bacot nih oramg ya,serasa pen cakar bacotnya ih kesel bet dah."Kan kondisi fisik masing-masing berbeda Fian,kenapa harus kamu paksakan orang lain setara dengan kamu?kakek yakin siswa lain ada yang gak kuat kayak Teresa.
Oh ya satu lagi,apa ada yang pingsan?""Ada pak!"Tukasku cepat sebelum terpotong bacotan si Fian lagi,eh maksudku Kak Fian.
"Fian,setelah ini istirahatkan para siswa baru itu atau kakek sendiri yang turun tangan dan memaki-maki kamu di sana?!" Tegas pak kepala sekolah yang kini berdiri menghadap Kak Fian yang tengah bersender santau di tembok sembari melipat kedua tangannya angkuh.
"Tapi kek,kita kan harus cari bibit unggul buat pas--"
"Istirahatkan atau kakek yang turun tangan?!"
Aku yang menonton drama kakek dan cucu ini terkekeh,ya mungkin sedikit tidak sopan,tapi lucu aja seorang Fian yang angkuh di lapangan tapi ciut di hadapan kakeknya,wanine neng kandang tok [beraninya di wilayah kekuasaanya] haha.
Tapi lantas kuhentikan kekehanku saat mata tajam Kak Fian tertuju ke arahku,kemudian dia pergi."Hffttt" Terdengar pak kepsek di hadapanku ini menghembuskan nafas lalu duduk menenangkan diri.
"Emm,maaf pak boleh saya bertanya?"
"Ya ada apa?" Beliau menjawab,tapi tetap sambil mengurut keningnya dengan tangan yang tersandar di meja.
"Kenapa,bapak seprofesional ini?padahal itu kan cucu bapak?biasanya orang-orang akan melindungi keluarganya meskipun dalam lingkaran kesalahan?" Tanyaku dengan hati-hati,ketahuilah sebenernya aku takut tanya ini tapi aku kan kepo banget hmm.
Beliau terkekeh
"Justru karena dia adalah cucu saya,makanya saya bersikap seperti tadi" kini dia mendongakkan kepalanya sembari tersenyum ke arahku,lalu kusambut dengan anggukan kepala beberapa kali sambi ber-ooh ria.
"Baiklah nak Teresa,sekarang kamu boleh keluar dan menuju ke kelasmu lagi ya"
"Siap pak,permisi"
Aku mengayunkan kakiku menuju kelas ku,dan sudah kuduga setelah masuk di sana,semua mata mengarah padaku.
Ada yang menatap miris,ada yang takjub,ada yang takut pokoknya macem-macem deh."ESA!!!!" Teriak sahabatku,siapa lagi kalau bukan Almira.
"Lo gapapa kan?kata kak Fian lo ke ruang kepsek?lo dihukum apa?gak di apa-apain kan?!" Jeritnya histeris sambil menepuk-nepuk pipiku.
"Kalem Al,kalem"
"Gimana mau kalem?!lo baru masuk udah urusan sama kepsek aja!" Almira menggerutu.
"Aku malah seneng masuk kepsek"
"Hah?!lo gila?!"
"Iya soalnya--"
"TERESA!!"
Teriak seseorang yang jangkung dengan rambut acak-acakan dan keringat bercucuran,tanpa terkecuali matanya yang merah menahan amarah.***
Yuhuuuuyyy update lagiiiIni aku ubah jadi sudut pandang orang pertama ya,jadi kalian bisa rasain jadi Teresa hehe.
Selamat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
ActionPara pecinta dan pengagum rasa.... Rasa yang membelenggu,suatu waktu membuat tuannya kuat hingga rapuh... Walau pelbagai situasi,kekuatannya tak akan pernah sirna.... Untuk bertahan dan memerjuangkan seorang diri... ~Sang puan Banyak masa yang terbu...