Songong

15 5 0
                                    


"Aku malah seneng masuk kepsek"

"Hah?!lo gila?!"

"Iya soalnya--"

"TERESA!!"
Teriak seseorang yang jangkung dengan rambut acak-acakan dan keringat bercucuran,tanpa terkecuali matanya yang merah menahan amarah.Tanpa memberikan kesempatan untukku jawab ia sudah terlebih dahulu menghampiriku dengan langkah lebar dan tentu saja sangat tergesa.

"Siap-siap,untuk berjemur di lapangan dua kali lipat lebih lama dari yang tadi" Tukasnya sambil menekankan satu persatu kata yang ia ucapkan,aku bergidik kala itu juga,apa yang akan kembali ia lakukan kepadaku?aku benar-benar takut kali ini karena suaranya terdengar sangat mengancam.

"Baik Fian Afazhar,oh maksudku kak Fian Afazhar" Aku tentu saja tak mau kalah dengan si songong di depanku ini,aku pun mengikuti gaya berbicaranya saat ini yang menekankan satu per satu kata-katanya.Yah,walaupun jantungku berdugun-dugun ria,tapi aku ra olih keton lemah neng ngarepe kan ya? wadon ben bisa lah ya [Gak boleh kelihatan lemah di depannya kan ya?perempuan juga bisa dong].

"Oh Apik lah nek kaya kue"
[Baguslah kalau begitu] Ungkapnya disusul dengan kepergiannya.

"Oh ya lupa,bukan buat kamu saja Teresa,tapi berlaku untuk semua siswa baru SMA Tunas Bangsa" Tambahnya lagi saat baru berada di ambang pintu,dan setelah ia mengucapkan itu,ia meninggalkan kelas kami yang lantas riuh karna semuanya mengeluh dan pastinya satu per satu menyalahkanku.

"Teresa sih,kita jadi kena imbasnya kan"

"Aku tar pura-pura sakit aja deh,males ginian"

"Duh masa Teresa yang salah kita yang kena imbasnya?"

Ya kurang lebih seperti itulah riuh mereka,aku hanya mampu menatap mereka satu-satu dengan tatapan bersalah,yah tanpa bisa membantu mereka ataupun meringankan beban mereka lantaran aku pun ikut di dalam sandiwara ini,bahkan parahnya aku lah sang penyebab.

Bel berdengung panjang menandakan jam istirahat telah usai,kakak-kakak kelas kami yang tidak mengikuti acara jalannya kelas sepuluh memasuki kelas mereka masing-masing.Sedangkan kami yang baru masuk satu hari langsung kena imbas karena kesalahan satu orang,siapa lagi kalau bukan aku yakan?

Semua siswa baru berjalan malas menuju ke lapangan,sangat nampak langkah gontai mereka menyusuri koridor sembari menatapku yang kukira itu adalah tatapan menyalahkan.
Ya Tuhan!Awalnya aku angkuh tapi sekarang kenapa menciut?
Aku takut bukan untuk diriku,tapi untuk orang lain yang ada di sekitarku,yang terkena akibat dari tingkahku,dan yang tidak tahu apa-apa menjadi turut andil.
Sayangnya aku tak bisa mau mengadu atas ketidak adilan ini kepada guru-guru,tapi mana peduli?ini kan kegiatan pengenalan sekolah jadi yang mengurusi hanya anak osis dan paskibra tentunya,mereka mana paham?huh! Lagi pula kalau aku mengadu aku akan di cap sebagai orang yang wanine wadulan [Beraninya mengadu] namaku pastinya akan semakin tercoreng kalau begitu.

Priiittt!! Priiittt!! Priiittt!!

Suara peluit yang memekakkan telinga kami semua telah ditiup,pertanda kami harus cepat untuk menyusun barisan sesuai kelas kami.Kami hanya diberi waktu 3 menit sampai semuanya rapi,siap dan senyap.Mereka tidak peduli apa yang diderita oleh kami para siswa baru yang ada di sini,mana peduli ada yang belum sempat makan karena jam berbenturan dengan waktu shalat dhuhur?,mana peduli mereka kalau kita kehausan atau kelaparan?tapi kali ini aku sedikit beruntung karena sudah mencomot separuh roti milik Almira,ya karena aku hari ini gak shalat karena tamu bulananku datang,dan ketahuilah baris berbaris membuatku semakin tersiksa! coba pikirkan bukannya bersenang-senang di sekolah baru kami malah bagai di penjara!
Setelah ini,aku benar-benar pengen ngadu deh,eh tapi kalau ngadu cemen banget ga si?lemah banget ga si?au ah!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang