Chapter 1💫

29 5 0
                                    

Heyyyooo semuanya 👻

Hari hari Devan di SMA Nusantara akhir akhir ini membosankan, bahkan sangat membosankan, tak pernah dirasakannya aura menegangkan, menyenangkan, bahkan semangat belajarnya pun berkurang.

Apalagi hari senin, hari yang sangat sangat membosankan bagi Devan. Mungkin kalian juga pernah merasakannya. Mendengar kata hari "senin" sudah bisa membuat kedua pundak menjadi layu. Apalagi hari senin setelah ia mendengar arahan saat upacara, lalu jam pertama adalah pelajaran matematika, pelajaran yang sangat dibenci oleh Devan, entahlah apakah karena dia anak IPS yang tak menyukai hitung hitungan, atau karena dia memang memprogramkan otaknya agar membenci pelajaran itu, atau karena sosok gadis yang menyimpan kenangan bersama si matematika yang telah pergi. Devan tak mengerti.

"Bu, saya permisi ke uks ya, bu"

Hari ini mungkin hatinya sangat kacau, hingga Devan berpura pura sakit agar bisa menghindar dari suasana kelas yang sangat membosankan. Untung saja saat itu bu Astuti sedang baik hati mau mengizinkan Devan permisi.

Di koridor sekolah menuju uks, ia melihat seorang gadis berperawakan wajah imut, dengan rambut sebahu berponi tipis tengah sibuk merapikan kertas kertas yang bertaburan di lantai koridor. Tak ada yang membantu gadis itu, karena konon murid di SMA Nusantara percaya bahwa gudang di samping uks itu adalah ruangan angker yang dulunya dijadikan tempat bunuh diri salah satu murid disana. Jadi sebisa mungkin semua murid akan menuju jalur lain.

Devan sebenarnya tak niat membantu gadis itu, namun karena kertas kertas itu menutupi jalannya menuju ruang uks terpaksa ia harus membantu mengumpulkan semua kertas yang bertaburan itu.

Gadis itu tak melihat Devan yang kini berada di belakangnya tengah membantu ia merapikan kertas yang bertaburan itu.

"Uuhh please arwah jangan ganggu Ocha" Monolog gadis itu

Devan yang mendengar ucapan gadis itu hanya tertawa kecil di belakang.

" Ok skarang tinggal beresin yang dibelakang"

" Haaaaaaaaaaaa" Gadis yang kerap dipanggil Ocha itu menjerit ketakutan karena mendapati sosok Devan yang memantung menjulurkan tangannya yg berisi kumpulan kertas dengan wajah datar nya.

"Gue manusia" Jawab Devan menjawab ketakutan Ocha.

Refleks Ocha menenangkan hatinya yang kini terasa seperi speaker di kondangan. Berdetak kencang.

"Oh My Gosh. Sorry sorry kak, Ocha ga tau ada orang di belakang,lagian kakak juga datang nya ga ada suara sedikit pun , kan Ocha jadi terkejut"

"Nih " Devan menjulurkan lebih panjang salah satu tangannya yang menggenggam kumpulan kertas tadi ke wajah Ocha.

"Ohh iya, thanks kak"

Tak digubris sedikit pun oleh Devan, cowok itu langsung menuju ruang UKS meninggalkan Ocha sendirian.

"Eh eh eh eh kak kaaaakk" Panggil Ocha seketika saat Devan sudah 3 langkah jauh dari Ocha.

" Apa?"

" Bisa minta tolong ga?"

" Paan?"

" Bantuin  Ocha bawa kertas nya dong ke kelas, takutnya jatoh lagi , plisssss"

Devan menaikkan alis matanya yang tebal itu satu keatas, tak pernah ada adik kelas yang berani seperti Ocha ini, biasanya para juniornya akan berlagak sok imut dan caper untuk menarik perhatian Devan.

"Ga ah, lo punya tangan 2 kan"

" Iya, tapi kan kedua duanya penuh "

"Penuh apanya, cuma bawa kertas doang kok"

Nada DevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang