CHAPTER 1|| Khumairah Qiyamul Azzahra

1.1K 63 4
                                    

you can call me trik

sebelum lanjut jangan lupa vote dulu ya

Jangan lupa tinggalkan komentar yang menarik dan memotivasi supaya trik makin semangat buat lanjut ceritanya

plagiat harap mundur karena trik ga bakalan ridho. terinspirasi boleh, meniru jangan.

"Ini memang keputusan yang berat, tapi saya yakin jika ini pilihan yang tepat."

1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. Khumairah Qiyamul Azzahra

"Astaghfirullah kesiangan..."

Dengan terburu-buru ara turun dari kasur. Masih dengan badan sempoyongan dan pandangan berkunang ara berlari ke kamar mandi, mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat subuh.

Setelah selesai sholat subuh ara bersiap untuk berangkat ke sekolah. Walaupun sudah hampir satu minggu tidak ada kegiatan belajar dan mengajar karena program classmeeting semester ganjil. Namun, SMA Erlangga hari ini mengadakan acara bazar. Hal itu memang menjadi kegiatan rutin akhir tahun.

Ara mengambil hijab segi empat syar'i warna abu-abu yang tergantung rapi di lemarinya. SMA Erlangga termasuk sekolah yang mewajibkan seluruh siswi yang beragama islam untuk mengenakan hijab. Sedangkan ara sendiri sudah menggunakan hijab sedari kecil.

Kaos kaki sudah terpasang dan jam tangan pun melingkar indah di pergelangan tangan kirinya. Jari jemarinya sedikit merapikan hijab yang ia kenakan di depan cermin.

"Ara sarapan dulu sayang." Ucap maura –bunda ara– dari depan pintu. "Iya bunda, ini ara tinggal turun." Sahut ara setelah membuka pintu kamarnya.

Ara menghampiri maura dan memeluk pinggang bunda nya itu dengan erat sambil meloloskan satu kecupan singkat di pipi maura. "Selamat pagi bunda ku yang cantik."

"Selamat pagi juga sayang nya bunda." Jawab maura sambil mengusap penuh kasih sayang kepala ara. "Yaudah kita turun. Ayah kamu udah nungguin dari tadi."

Mereka pun berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Ternyata benar, wildan –ayah ara– telah duduk rapi dengan satu cangkir kopi di salah satu kursi meja makan.

"Selamat pagi ayah." Ucap ara sambil berhambur memeluk wildan.

Wildan tersenyum hangat lalu membalas pelukan hangat puteri bungsunya itu. "Selamat pagi juga tuan puteri nya ayah."

"Bagaimana tadi malam? did you have a sweet dream dear?" Lanjutnya sembari mengusap pelan kepala ara.

Wildan memang sosok ayah idaman bagi anak- anaknya. Berlaku lemah lembut dan bertanya tiap hal kecil pada mereka merupakan bentuk kecil dari kasih sayang wildan pada kedua anaknya.

ARAFASYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang