Delapan : Purnama Kelam.

2.2K 351 29
                                    

massage from un known number : 'Bagaimana, tertarik untuk mundur teratur meninggalkan proyekmu? Tenang saja, artinya kau sudah kalah dengan cara terhormat.'

Lisa membawa dua mangkuk mie instan menuju ruang dimana Jungkook duduk di atas sofa empuk sedang berkutat dengan ponsel dan laptop miliknya.

Lisa meletakan mangkuk tersebut, ia mengambil satu, kemudian duduk di atas sofa yang berseberangan dengan menyilangkan kaki. Walau jam menunjukan pukul sebelas malam, keduanya masih belum berniat untuk tidur.

"Pesannya datang lagi." Jungkook bergumam, rautnya penuh dengan berbagai macam pikiran dan tekanan.

Lisa menggulung mie kuahnya menggunakan garpu. "Coba lihat."

Jungkook memutar laptopnya menghadap Lisa, gadis itu mencondongkan badan sambil mengunyah mienya membaca layar laptop. "Bukannya kemarin-kemarin sudah aman, ya?"

"Aku juga berpikir begitu."

"Seharusnya angka biner jika sudah ditukar tidak akan ada yang bisa membobol. Berarti," Lisa menggantungkan kalimatnya menatap Jungkook.

Sementara Jungkook menukikan sebelah alisnya bingung. "Berarti apa?"

"Berarti ada orang dalam yang mengetahui. Jangan-jangan kau! Iya, kau! Kau yang membuat semua rencana ini. Iya 'kan?" Lisa menunjuk-nunjuk wajah Jungkook menggunakan garpu.

"Cantik tapi bodohnya di atas rata-rata." Jungkook bergumam. "Pikir saja Lisaa. Astaga, mau-maunya aku masuk penjara karena ulahku sendiri." Ia menggeram, mengusap rambut legamnya.

"Aku hanya menebak, siapa tahu kau kurang kerjaan."

Jungkook mengambil laptop kemudian meraih mangkuk mie miliknya. "Eh, Lisa. Ada kerupuk?"

"Ada. Sebentar, aku ambilkan." Lisa melenggangkan langkah menuju dapur, meninggalkan Jungkook yang sudah menaruh mienya di atas meja.

Jungkook kembali fokus pada laptopnya, jujur, sepanjang mendapat teror ia belum pernah membalas pesan dari si pengirim.

Iseng, Jungkook mengetik pesan.

Jungkook : 'Hai, aku Lisa. Emm, maaf sebelumnya, maksudmu apa soal aku yang diserahkan kepadamu?'

Pesan terkirim setelah Jungkook menekan tombol 'enter'. Ia menautkan kesepuluh jarinya membuat jembatan dan meletakan dagunya di sana. Lima belas menit ia menunggu, sama sekali tidak ada balasan. Dari arah belakang, Lisa datang dengan sebungkus kerupuk putih.

"Ini." Lisa mengulurkan tangan, namun pandangannya berbelok menuju layar laptop. "Apa-apaan kau, Tuan Jeon? Maksudmu apa? Astaga."

Jungkook nyengir, pria itu memandang Lisa yang berwajah kesal. "Iseng saja."

Lisa menggeser paksa tempat duduk Jungkook, gadis itu duduk tanpa memalingkan pandangan dari layar laptop. "Astaga." Lisa mengatupkan mulutnya tidak percaya, terlebih saat pesan tersebut mendapat balasan.

massage from un known number : 'Jangan membodohiku, Tuan Jeon terhormat. Kau pikir aku bisa tertipu seperti bocah?'

Jungkook dan Lisa sama-sama melirik dengan tatapan bingung. Keduanya serempak bergegas bangun dan menjauhi laptop. Namun, ketika hendak melangkah, kaki Jungkook tersandung kaki meja, membuatnya limbung dan menubruk Lisa.

Keduanya jatuh dalam posisi bertindihan. Tidak bertindihan seutuhnya, melainka kedua siku Jungkook menjadi penumpu.

Lengang sejenak. Hanya suara jam dinding yang terdengar seperti melambat.

Jungkook menatap bola mata Lisa, begitu juga dengan gadis itu, yang menatap bola mata Jungkook bergantian. Keduanya sama-sama diam, sama-sama dibekukan waktu, juga, sama-sama berharap terus dalam posisi seperti ini. Mengaggumi setiap paras diam-diam.

Tetapi, ponsel Jungkook yang berada di atas meja berdering kencang membuat Lisa terperanjat dan mendorong dada Jungkook. "Ringtone mu jelek."

Jungkook berdiri, menyambar poselnya, kemudian melirik si penelepon.

Alis Lisa berkerut penasaran. "Siapa?"

"Chaeyoung." Jungkook menggeser ikon hijau, setelahnya nada gemuruh terdengar dari seberang.

"Halo, Jungkook. Ponsel Lisa hilang atau bagaimana? Aku sudah berkali-kali menelponnya, namun selalu dialihkan atau sibuk. Kenapa sih memangnya?"

"Kebetulan ada Lisa di sini. Mau bicara?" Jungkook menyerahkan ponselnya pada Lisa, setelah Chaeyoung mengatakan 'Iya.'

"Iya, Chae. Ini aku Lisa. Ada apa?"

"Hei! Ponselmu sudah dijual apa? Aku menelponmu setiap hari, berkali-kali malah."

Lisa mengerutkan kening. "Tidak, kemarin-kemarin juga aku sedang berkirim pesan."

"Ah, sudahlah aku tidak terlalu peduli. Aku hanya ingin menyampaikan kabar bahwa, kekasihmu, Jimin, sudah bebas lima hari yang lalu."

×+×




Waduh. Yang. Bikin. Mumet. Sendiri.

Vote komen slur, bikin cerita gak segampang nyabut bulu ketek.


Still working on my masterpiece.

With luv,

~~adhellinakook~~

With 2 [Asshole] || Lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang