Jiraiya Senju... Siapa yang tak mengenalnya?
Pria tampan dengan surai putih panjang sepinggang dan iris mata berwarna coklat gelap, dengan badan kekar berbalut setelan jas formal tersebut sedang berdiri terpaku di gang sempit celah pertokoan.
Irisnya kini melebar melihat pemandangan yang asing baginya, terlihat dalam penglihatannya sekarang disebrang jalan berdiri seorang anak kecil.
Sebenarnya bukan itu saja yang membuatnya terkejut seperti itu, namun.. Anak kecil dalam pandangannya sedang memakan sebuah sampah.
Sampah burger sisa makan orang!!
Sungguh.. Jiraiya tak habis fikir sekarang ini, otak cerdasnya mendadak beku melihat pemandangan seperti ini.
Seolah sedang syok ia terhuyung hingga harus menahan beban tubuhnya dengan tangan kanan menopang pada tembok toko sebelahnya. Entah kenapa matanya memerah seperti menahan amarah entah kepada siapa, tangan kirinya terkepal erat hingga menyebabkan kuku jarinya memutih.
'Ggrrttt'
Menggertakkan gigi dengan mata berkaca Jiraiya menyaksikan kegiatan seorang anak (yang kita ketahui bernama Naruto) sedang mengunyah burger sampah dimulutnya.
'Brengsekk!! '
Umpatnya dalam hati, merasa amat miris dengan apa yang dialami naruto kecil didepannya.
Jiraiya yang sudah lama menantikan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya, yang sungguh mendambakan buah hati dalam ikatan pernikahannya selama bertahun - tahun, kini sedang menangisi nasib bocah malang disebrang jalan.
Meratapi betapa mirisnya takdir bocah bersurai pirang didepannya.
Sungguh.. Jiraiya tak habis fikir kenapa dengan bocah malang ini berakhir seperti ini.'kenapa? '
'Bagaimana bisa? '
Seperti itulah gambaran pertanyaan dikepalanya.
"Haaahhhh" Menghembuskan nafas dalam - dalam, dengan langkah kaki pelan dibawah guyuran hujan mencoba mendekati sesosok bocah pirang didepannya.
Tap.. tap.. tap..
"Makanan seperti itu tak baik untukmu nak" Dengan bersuara lirih Jiraiya mencoba memberitahu bocah itu agar tidak terkejut.
Deg
Dengan badan menegang Naruto menolehkan kepalanya perlahan ke belakang mencoba mencari tahu pemilik suara tersebut.
"A.. aa aak.. ak" Terbata Naruto kecil mencoba mengatakan sesuatu.
"Ka-kamu tak apa nak?" Ucap Jiraiya khawatir melihat bocah didepannya bergetar dengan mata berkaca menahan tangis.
'D-dia kenapa? ' batin Jiraiya bertanya - tanya.
"Hey tenanglah paman bukan orang jahat" Ucap Jiraiya seraya berjongkok didepan Naruto mencoba menyamakan tingginya agar tak membuat naruto kecil ketakutan.
Mencoba mengelus surai pirang bocah didepannya Jiraiya mengernyit mendengar sayup - sayup gumaman Naruto.
"Tu-Tuhan tolong aku hiks.. hiks.. Tolong aku hiks.." Lirih Naruto kecil ketakutan saat ini.
'Grebb' Rengkuh Jiraiya pada Naruto karena tak tahan melihatnya ketakutan seperti ini.
"Tenanglah nak, kamu aman bersama paman" Ucap pelan Jiraiya berupaya menenangkan Naruto yang bergetar hebat dalam rengkuhannya.
"Hikss.. hikss.. Huwee hikss.." Tangis pilu Naruto pecah kala Jiraiya dengan hangatnya memeluk dan mengelus kepalnya, seolah mendapat perlindungan dari figur seorang ayah, hatinya menghangat hingga bisa melampiaskan semua emosi tertahannya selama seminggu ini dalam tangisannya.
"Yah tak apa, menangislah nak paman ada disini jangan takut" Ucap lembut pria paruhbaya itu seraya mengeratkan pelukannya, mengabaikan lelehan air mata yang mengalir di pipinya.
"Hikss huwaa hikss hikss huwaaa pa-pamann hikss hikss huwaaaa"
"Iya nak paman ada disini, jangan takut ya sayang" Oh sungguh.. Seumur hidupnya baru kali ini Jiraiya merasakan kesedihan seperti ini setelah kematian orang tuanya belasan tahun lalu.
Hatinya terasa berdenyut nyeri melihat bocah dalam dekapannya menangis pilu, sungguh ia tak suka melihat tangisan pada wajah polos bocah pirang ini.
.
.
.
To Be Continued~
Halloo kakak" yg baik hehe mohon dong dikoreksi karya'ku yg jelek ini hehe😁
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life
HumorCerita tentang kehidupan seorang Uzumaki Naruto yang kehadiranya tak di ingin kan oleh keluarganya sendiri. Langsung saja yuk!!