III

31 3 0
                                    

Happy Reading Guys

***

Bertempat di tanah lapang yang amat luas tersebut telah berbaris rapi dua kubu yang sudah siap melancarkan serangan masing masing.

"Masih ada waktu untuk menyerah Raja Chan, mungkin Moriz akan mempertimbangkan nyawamu." Kata Gill yang berada diatas tunggangannya.

Raja Chan mendengus sinis melihat kesombongan dari bawahan Moriz itu. Meskipun prajuritnya kalah jumlah dengan kerajaan Amon dirinya tak akan menyerahkan kerajaannya begitu saja apalagi ketangan penguasa yang kejam dan bengis seperti Moriz itu. "Simpan semua kata-kata konyolmu itu Gill, kerajaanku tak akan menyerah begitu saja kita lihat nanti."

Felix, Gill, dan juga Carlos tertawa geli melihat Raja Chan yang sangat percaya diri akan kemenangannya dalam peperangan nanti. Jika dilihat sekilas jelas sekali jika kerajaannya akan kalah.

Bunyi terompet berdengung di tanah lapang tersebut tanda dimulainya peperangan masing-masing kubu telah bersiap

"SERANG!"

Di kerajaan Amon Moris tengah menyesap anggur merah dengan tenang sambil berdiri di lorong dengan menatap lurus ke luar jendela mengamati burung-burung yang bertebangan seakan terjadi sesuatu yang sangat hebat di sana.

Moriz sangat menikmati suara dentingan pedang yang berada jauh disana ingin dirinya langsung menghabisi semuanya langsung dengan tangannya sendiri tetapi hal itu sangat membuang-buang waktu berharganya. Buat apa jika para bawahannya bisa melakukan semua itu sendiri.

"Aku akan mendapatkan apa yang selalu aku inginkan dengan cara apapun." Seringaian sinis terpatri di wajah bengisnya dengan sengaja dirinya melayangkan gelas yang berisi anggur merah tadi kehadapan-nya.

Pyarrr.....

Gelas itupun pecah menjadi serpihan- serpihan kecil. Selesai dengan mengamati keadaan yang berada jauh darinya ia membalikan badannya dan menghilang dari sana.

Batin Annora bergejolak tak enak dirinya merasa akan ada hal buruk yang terjadi. Dirinya masih berada di dalam istananya dengan didampingi panglima kedua kerajaan ini.
"Ares apakah sudah ada kabar dari medan perang?" Tanyanya sesaat setelah Ares berbicara dengan pembawa pesan.

Ares menggelengkan kepalanya. "Pasukan kita banyak yang gugur putri kurang dari setengah yang masih bertahan." Ucapnya yang membuat kekhawatiran Annora semakin menjadi-jadi. " Kita harus mempersiapkan hal terburuk yang akan terjadi. Saya akan memerintahkan penutupan gerbang istana secepatnya." Jelas Ares setelah itu pamit meninggalkan Annora yang masih berdiri mematung disana.

Tanah yang tadi masih berhiaskan pasir bersih sekarang telah ternoda dengan darah dari pasukan-pasukan yang telah dihabisi oleh pihak lawan. Disana Raja Chan masih tangguh menyerang Gill sedangkan panglima besar kerajaannya membendung serangan dari belakangnya.

Trangg...

Suara pedang mereka bertubrukan. "Kau tak akan menang kali ini, dan kau tau Raja kami menginginkan batu bulan yang tersembunyi didalam kerajaanmu dan juga didalam tubuh..."ucapnya disela sela pertarungan mereka.

"Putrimu." Lanjutnya.

Seketika mata Raja Chan membulat mendengar purtinya disebut-sebut. Serangan membabi-buta kembali dilayangkannya dengan kekuatan penuh. "Tak akan kubiarkan kalian menang." Geramnya.

"Aggghhhhh..." Teriakan kesakitan oleh panglima besar kerajaan Bulan terdengar amat keras.

Raja Chan mendorong Gill dengan kekuatan penuh sampai Gill tersungkur ke tanah. Raja Chan mengalihkan pandangannya kebelakang melihat ke tempat panglimanya.

"ORLAN"  teriaknya saat mengetahui sebuah tombak menancap menembus dada panglimanya.

Disana panglimanya masih berdiri tegak mencoba menahan kesakitan dengan memandang Rajanya yang tengah menatapnya.

"Jangan hiraukan aku Yang Mulia, sudah tugasku untuk melindungimu dan kerajaan Bulan." Ucapnya yang setelah itu tubuhnya jatuh menyentuh tanah.

Srassshhh....

Gill tak membuang waktu dirinya berdiri dan melayangkan pedangnya menyerang kearah kaki Raja Chan. Raja Chan jatuh terduduk dengan mata masih memandang tubuh panglimanya yang sudah tergeletak.
Pedang yang berada ditangan Gill sudah berada dilehernya.

Mendongakkan tatapannya dirinya menatap bawahan Moriz itu dengan tatapan tajam dan datar.

"Apakah ini memang akhir dari nasib kerajaan ku." Batinya bergumam lirih sebelum pedang itu dilayangkan oleh Gill.

***

Bagian III selesai...

Semoga kalian suka dan jangan sungkan memberikan saran dibawah sini.

Thankyou yang sudah baca cerita ini dan sampai jumpa di part selanjutnya.... :*

18:30
chocobeer_

Princess MonthsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang