tiga

4K 597 84
                                    

Beberapa shoot peluru meluncur dengan lihai ke target tembak. Nana melongokkan kepala guna melihat seberapa akurat tembakannya kali ini.

Gadis ini berdecak kala mendapati pelurunya bersarang di angka 8 dan 9. Sama sekali ga bisa tepat di angka 12.

"Ck. Ga ahli handgun kali ya, gue."

Suara tembakan ga jauh dari Nana mengalihkan perhatian cewe ini sejenak.

Pria yang hidungnya masih memerah itu menggesek hidung dengan lengan setelah meluncurkan tembakan. Kerennya, tembakannya tepat sasaran.

'Anjir. Ahli banget!'

Pandangan Nana masih terpaku. Cowo ini kembali menarik pelatuk dan menembakkan peluru. Naas kali ini pelurunya bersarang di angka 11 karena barusan dia ngerasa hidungnya gatal luar biasa.

"Hatchi!"

"Bless you."

Cowo tadi menoleh.

Tanpa melepas pelindung telinganya, ia mengangguk. Mengucapkan kata terima kasih dengan suara lirih.

"Thanks."

Kegiatan keduanya kembali berlanjut.

Bahkan tanpa sengaja keduanya jadi saingan keakuratan. Dan tentu aja Nana jauh tertinggal karena pelurunya berkali-kali bersarang di angka 8 dan 9.

Tepat di peluru ke 99 dari jatahnya, Nana berhasil menembak di sasaran angka 12.

"Nice shoot!" teriak pelatihnya dari belakang.

Dalam hati Nana menggerutu. Pelatihnya itu cuma bersuara setelah ia berhasil mencetak angka 12. Ia curiga. Jangan-jangan selama menembakkan 98 peluru tadi, pelatihnya ngopi terus baru balik sekarang.

'Kezel!' teriak Nana dalam hati.

Menamatkan shoot terakhir dengan perolehan di angka 10, Nana langsung meletakkan handgun di meja. Kemudian segera melepas alat pelindung dari tubuhnya.

"Hai." sapa seseorang di samping Nana.

Iya. Itu cowo yang tadi tembakannya luar biasa akurat.

"Hai." jawab Nana disertai senyum tipis.

Enggak, Nana bukan lagi kesel.

Hanya aja dia gak terima gitu kalo ada yang lebih ahli dari dia kayak gini. Apalagi orangnya baru dia liat selama join di club sini.

Oh, tapi itu masuk kategori kesel, sih.

Yaudah. Intinya gitu.

'Mungkin lagi lucky aja.' sanggah Nana dalam hati.

"Mark.."

Pelatihnya mendekat ke cowo tadi.

"Yes, sir?"

Mereka berdua ngomongin perihal keakuratan menembak dengan handgun. Bikin Nana gak tertarik buat mendengarkan.

Daripada itu, dia kini lebih tertarik sama smartwatch warna hitam di meja. Gak jauh dari smartphonenya.

Mengamati sekilas Mark yang masih sibuk ngobrol dengan pelatih, gadis ini berjalan menjauh dan menyalakan smartphone miliknya sendiri buat menjalankan satu aksi.

Mengotak atik kode di pengaturan dan mengunduh data dari smartwatch yang terkoneksi melalui sinyal bluetooth.

"Tembakan lo bagus. Udah lama join di club sini?"

Mark mendekat setelah selesai ngobrol sama pelatihnya. Tapi cuma dipandang sekilas oleh gadis di sampingnya.

"Lumayan."

meschinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang