Book 7

1K 125 6
                                    

There is always a mountain to climb
.

.

Pertengkaran mereka untungnya cepat mereda. Keduanya menyadari jika tekanan akibat keadaan ini yang membuat emosi mereka tidak stabil. Keduanya sama sama merindu, sama sama menyesal dengan keadaan, dan berusaha saling melindungi. Hanya saja caranya yang mungkin tidak selalu benar.

Langit sudah menggelap, Sehun sengaja membawa Seulgi ketempat jauh dari kampus. Entahlah, dia hanya ingin berkendara berdua saja dengan kekasihnya itu. Menghabiskan waktu malamnya dengan tenang dan melupakan semua masalah yang ada di belakangnya. Ya, untuk kali ini saja.

"Kau yakin?" Tanya Seulgi sambil menoleh kearah Sehun yang menghentikan mobilnya di salah satu restoran mewah. Jujur, Seulgi hanya takut ada yang menyadari kehadiran mereka disana, terutama karena restoran ini cukup ramai.

Namun Sehun mengangguk, dia menaikkan kembali maskernya dan menurunkan topinya agar sedikit lebih menutupi wajah. "Ayo turun, aku sudah pesan tempat"

Akhirnya Seulgi hanya hisa menurut. Dia turun dan mengikuti Sehun yang sudah menunggunua di luar. Awalnya Seulgi ragu, namun akhirnya dia membiarkan Sehun menggenggam tangannya dan menunjukkan jalan masuk. Bahkan dia tidak bisa mengingat kapan terakhir kali ia berjalan sambil bergandengan tangan seperti ini di tempat umum.

"Atas nama Kang Seulgi" ucap Sehun pada seorang pekerja disana yang menunggu tak jauh di pintu masuk. Seulgi tersenyum kecil mendengar Sehun yang membuat buat suaranya agar lebih berat daripada aslinya.

Mendengar nama itu sang petugas tersenyum, lalu mengangguk dan meminta Sehun dan Seulgi agar mengikutinya. Dia terus masuk kedalam restoran yang besar itu, bahkan Seulgi tak bisa memperkirakan berapa lahan tanah yang dipakai untuk membangun restoran ini. Belum lagi mereka juga menggunakan lift untuk menuju lantai 3, lantai paling atas.

Hingga mereka sampai di depan sebuah lorong yang dipenuhi pintu pintu besar berwarna emas berkelas, layaknya hotel. "Silahkan, kami akan datang untuk mengambil pesanan anda"

Sehun mengangguk sedangkan Seulgi tersenyum sopan pada pria yang sudah membantu mereka itu. Pintu dibuka dan ternyata memang di salamnya merupakan ruangan vip untuk restoran tersebut. Mungkin biasa dipakai untuk meeting orang orang terkemuka, atau mungkin memang biasa digunakan oleh artis artis yang ingin makan tanpa diganggu.

Sehun menarik kursinya untuk Seulgi. Gadis itu terkekeh melihat perilaku Sehun. "Sepertinya pakaianku sangat tidak cocok untuk makan malam ini"

Setelah membantu Seulgi duduk, Sehun menuju kursinya di sebrang Seulgi. "Aku saja pakai baju seperti ini" ucapnya santai. "Sebenarnya aku hanya ingin mengajakmu makan seperti biasa, tapi ya seperti yang kau katakan aku harus tahu dimana posisiku. Dan posisiku memang tidak bisa makan di tempat terbuka tanpa banyak orang yang memperhatikan, jadi aku cari tempat yang tertutup" jelas Sehun.

Seulgi tersenyum kecil, "maaf kau jadi harus melakukan hal ekstra untuk aku"

"Ayolah, aku yang ingin melakukan ini, aku bahkan bisa menyewa pulau asalkan kau mau kesana bersamaku" terang Sehun.

"Jangan" ucap Seulgi tegas. Oke mungkin banyak yang akan mengira Sehun bercanda. Namun Seulgi sangat tahu bahwa Sehun sama sekali tidak bercanda. Dia bisa saja melakukan itu semua jika Seulgi benar benar mengatakan ingin jalan jalan ke pulau bersama Sehun.

The Hypocrite (SEULHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang