Book 2

1.8K 181 18
                                    

That time when we are one
.

.

.

Flashback

Suhu tubuh yang berlebihan dapat mempengaruhi suhu sekitarnya. Terutama ruang tertutup yang hanya memiliki ventilasi yang terbatas. Nafas mereka bergantung pada AC yang menyala selama 24 jam. Ya, karena mereka ada di ruangan itu selama 24 jam paling lama, dan paling sebentar 15 jam sehari. Mencurahkan semua tenaga dan keringat mereka melakukan sesuatu yang menjadi mimpi dalam hidup mereka. Meskipun harus hidup dengan segala keterbatasan, aturan, dan ketidakpastian.

Seluruh cermin yang membentang di setiap sisi ruangan kini dipenuhi uap karena suhu dan keringat dari beberapa orang yang terus berlatih menari dalam ruangan tersebut. Suara musik terus saja berdentum tak kenal lelah.

Semangat dalam dirinya tidak pernah padam, tapi terkadang tubuh tahu kapan untuk menyerah. Disaat kakinya melemah dan membuatnya terduduk di atas lantai kayu yang berdecit ketika digesek dengan sepatu menarinya, ia menarik napas dalam dalam untuk mengisi paru paru.

Tiba tiba saja sebuah botol minum menggelinding dari sisinya. Sudut matanya melihat botol tersebut yang berhenti karena terbentur tubuhnya yang sedang duduk. Kemudian dilihatnya arah botol tersebut berasal.

Seorang gadis tersenyum, sambil berjongkok di depan pintu. "Minumlah, lalu kembali berlatih" tuturnya menyemangati.


Mungkin dirinya memang butuh seseorang untuk menyemangatinya, atau memang hatinya saja yang terlalu lemah. Tapi kata kata itu benar benar membuatnya bisa memompa semangatnya kembali. Diambilnya botol minum tersebut dan di tenggaknya hingga habis. Membuat gadis tadi terkekeh kecil yang entah bagaimana bisa telinganya tangkap di tengah tengah keramaian musik.

Setelah tenaga di kakinya kembali, ia berdiri lalu menghampiri gadis tadi. Diulurkan tangannya, seuingga gadis itu menyambut sambil tersenyum. "Yang menyerah hanya orang lemah" tuturnya.

^-^

Jadi kapan sebenarnya dia akan mendapatkan istirahat? Jawabannya adalah kapan-kapan. Setelah berlatih choreography hingga pagi, mereka harus bersiap menuju lokasi syuting sebuah acara variety show. Make up memang akan menutupi wajah wajah lelah mereka, namun tenaga tetap saja akan berkurang sejalannya waktu. Dengan begitu, dopping kembali dibutuhkan.

Setelah tidur di perjalanan menuju lokasi, ia meminum kopi sambil menerima make up dari sang penata rias. Matanya menatap cermin dengan kosong, berharap bisa memejamkan mata kembali untuk tidur. Hingga sebuah suara keluar dari ponselnya.

The Hypocrite (SEULHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang