Perhatian !!!
Cerita ini murni dari pikiran dan otakku sendiri jadi jika menemukan cerita yang sama mohon maaf saya tidak tahu.Cerita ini hanya untuk mengeluarkan beberapa ide dari otakku karena jika tidak dikeluarkan bisa berakibat fatal bagi saya.
Jadi yg hanya ingin baca dipersilahkan dan yg ingin mengapresiasi saya silahkan vote. tidak suka ? Jangan dibaca.
Saya tidak memaksa kalian untuk vote+comment, itu terserah kalian sendiri.
Feedback ? Mungkin tak tauOke segitu aja
∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆
Kondisi cuaca tidak mendukung saat ini. Hujan yang semakin deras dan tidak memungkinkan untuk berkendara di jalan. Karsa Diantara, lelaki berumur 17 tahun itu memberhentikan motornya di dekat poskamling dan segera berteduh.
Hujan yang lebat, jalanan licin plus motornya yang mogok mengharuskan dia berteduh sejenak hingga hujan reda. Rambut bersurai hitam, kulit kuning langsat ciri khas anak Indonesia itu mengelap kepala dan tubuhnya yg basah.
“ ada-ada aja kemarin minta hujan malah panas, sekarang minta panas malah hujan nanti apalagi ? ”
Selama menunggu ia mengucapkan sumpah serapah dalam hati, menyalahkan hujan, dirinya, sekolah, negara, dunia. Yea di mata Karsa semua dianggap salah.
Memenjamkan mata perlahan pikirannya mulai mengingat masa lalunya saat berumur 7 tahun bertemu dengan sahabat pertamanya. Candra Gayatri.
Kini itu hanya sebagian memo bahagia sekaligus suram dalam hidupnya. Tersenyum simpul matanya melihat ke atas langit yang mendung
“ ra..... kamu dimana sekarang ? Apa masih ingat aku ? Apa kabarmu ? ”
Disisi lain.................
Lampu 25 watt menerangi ruangan ini. Di luar jendela hujan masih lebat dan suara petir masih menggelegar. Seorang gadis berumur 16 tahun menghempaskan tubuhnya ke kasur mengambil headset, memakainya dan mulai menghidupkan lagu favoritnya. Harmoni musik suling dan biola.
Candra Gayatri. Rambut ikal bersurai hitam sepinggang dengan kulit kuning langsat khas Indonesia serta Mata bermanik coklat terang.
Perlahan ia menutup matanya dan menghayati setiap detik dari musiknya. Mencoba mengingat seberkas memori saat ia berumur 6 tahun bertemu dengan sahabat pertamanya. Karsa Diantara.
Memo itu selalu diingat setiap malam sebagai penutup kegiatan harinya yang cukup melelahkan.
“ sa....... kamu dimana sekarang ? Gimana kabarmu ? Masih ingat aku ? ”
Tak berselang lama seorang ibu paruh baya datang menghampiri dan membawakan nampan berisi susu hangat dan beberapa cemilan.
“ nggak perlu bawa itu sampai kekamar, Candra bisa sendiri ” Candra
“ ibu dari tadi manggil kamu tapi kamu ndak jawab ya sudah ibu bawa kekamarmu dan juga ibu mau ngomong sesuatu ” Ibu Candra yang akan memulai perbincangan serius
“ hal apa ? ” jawab Candra dengan penasaran
“ kita akan pindah ke rumah kita yang dulu, kamu masih ingat kan ? ”
“ iya Candra ingat tapi untuk apa kita pindah ? ”
“ ikut aja apa kata ibu, nanti ibu urus surat perpindahan sekolahmu ”
“ ya udah ”
“ mulai kemasi barangmu jangan ada yang tertinggal. Ibu ke sekolahmu dulu ” beranjak pergi meninggalkan Candra di kamarnya
“ bu tunggu, ibu nggak lagi bertengkar kan sama bapa ? ”
“ tidak kok, ibu pergi dulu ” tersenyum simpul dan pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
[Cinta, Rasa & Karsa]
Teen Fiction"Ing Madya Mangun Karsa" - di tengah memberi semangat eh tapi ini bukan tentang sejarah negara namun, ini sejarahku dan dia. Candra Gayatri Bukan tentang saling memiliki Bukan sekedar saling mencintai Disini hanya ada, Berjuang bersama dalam kejamny...