10. Terbiasa Menerima Keadaan

2.5K 156 23
                                    

"Bisa-bisanya ya Dokter Alya gak ikut party kemaren." Ucap Cindy.

Sedari pagi tadi, Alya selalu meminta maaf kepada semua dokter magang sambil menyatukan kedua telapak tangannya tanda meminta pengampunan.

Tidak ada masalah dengan dokter magang lainnya. Tapi tidak bagi Revan dan Cindy yang selalu meledeknya.

"Kasihan Revan. Dia kayanya marah." Ryan masuk sambil mengambil gelasnya untuk minum.

Alya menghela napas kasar. Ia menatap Ryan yang ikut-ikutan memanas-manasi keadaan.

"Dokter Revan dimana?" Tanya Alya.

"Emmm, dia ada jadwal operasi sekarang. Mungkin setengah jam lagi selesai." Jawab Cindy.

Alya menjentikkan jemarinya.
Sambil kembali memakai jas dokternya.

"Eh, mau kemana? Bukannya kita mau ke kantin?"
Tanya Cindy kaget saat melihat Alya berjalan kearah pintu ruang rehat para Residen.

"Mau ketemu Revan lah." Ucapnya sambil berlalu menuju ruang operasi. Dengan begitu, Revan tidak bisa menghindarinya lagi.

Aihhh!
Bukan maksud tidak ikut.
Tapi insiden kemarin membuatnya lupa akan janjinya untuk ikut Party para anak magang.
Lagipula, sampai rumah dan selesai menelpon Detektif Arnold, ia ketiduran.

Mungkin karena lama telponan itu, sehingga semua telpon masuk dialihkan. Alhasil Revan pun tidak mendapatkan kabar darinya.

Astaga!
Alya memang teman yang jahat.

--------

"Revaaannnn...."
Rengek Alya sambil tetap memegang jas dokter pria itu dan mengikuti kemanapun Revan pergi.
Revan pergi ke kantin dan Alya tidak melepaskan ujung jas Revan dari tangannya yang ia genggam.

"Moccacino satu." Ucap Revan pada sang penjaga stand minuman di kantin RS ini.

Alya mengangkat tangannya sambil menongolkan kepala dari belakang tubuh Revan.
"Aku juga! Pake float!"

Revan mendengus geli sambil mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dari dompetnya dan memberikannya pada si kasir.

"Revaannn!! Capek nih megangin mulu."
Rengek Alya.

"Siapa yang suruh coba?"

"Ih! Habisnya gak dijawab dari tadi minta maaf juga!"

Lagi-lagi, Revan diam. Ia hanya ingin mengerjai si Alya ini. Bisa-bisanya ia diberi harapan palsu untuk berangkat bareng ke party anak magang.
Well, pada akhirnya ia berangkat bareng Ryan dan Cindy. Tapi, tetap saja kan nih anak satu udah janji bakal ikut.

"Tuhkan! Diem lagi!" Kesal Alya.

Revan mengambil pesanan mereka dan memberikannya satu pada Alya.
Alya menerimanya sambil tersenyum.

"Yeee.. Kalo dibeliin aja senyam-senyum! Urus dulu itu bibir."

Alya tertawa kala Revan mengacak rambutnya dengan gemas.

"Jadi, dimaafin yaaaa??"

"Ni anak! Orang mah minta maaf yang bener ya. Malah kek nuntut. Ga mau ah kalo gitu." Ucap Revan meninggalkan Alya.

Alya kaget dan ia pun berlari menyusul Revan. "Eh iya, iya deh. Maaf, maaf. Daku minta maaf buat kemarin."

Alya menggaet lengan Revan. "Maafin ya, please! Revan baik deh."

"Penjilat."

Alya tertawa membuat Revan ikut tertawa.
"Yaudah iya, dimaafin. Tapi tetep kontek-an ya abis magang ini. Kali aja kan jodoh ama RS ini."

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang