ROOM 23 - 01

22.4K 1.9K 243
                                    

Huang Renjun. Seorang murid populer tetapi dirinya populer bukan karena hal baik, tapi karena sifatnya yang sombong pada anak-anak satu sekolahan. Visualnya yang benar-benar menawan membuatnya menjadi bottom idaman di sekolahnya. Sayangnya, Renjun selalu sendirian dan dia sedikit geli dengan orang-orang gay di sekolahan nya.

Dia kaya, menawan dan pintar membuat Renjun angkuh. Membuat nya dicap murid sombong yang sialnya idaman. Renjun tidak butuh teman, karena teman hanyalah sampah.

Lain halnya dengan Renjun, Lee Jeno adalah seorang top idaman bagi bottom diseluruh antero sekolahan. Jeno berbadan tegap, memiliki proporsi tubuh yang sangatlah bagus.

Jeno diidam-idamkan karena sifatnya yang baik dan ramah meskipun dia menyandang juara satu paralel sekolah. Jeno bukanlah anak yang sombong sebagaimana orang menggambarkan bagaimana sifat anak pintar, jika tidak sombong ya mungkin cuek.

Jeno mematahkan kedua sifat itu.

"Renjun, kamu sudah lihat bagaimana nilaimu semester akhir ini?" Pak Moon berbicara dengan serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Renjun, kamu sudah lihat bagaimana nilaimu semester akhir ini?" Pak Moon berbicara dengan serius. Renjun hanya menghela nafas karena lagi-lagi dia harus menerima ceramahan dari guru bahasa Korea nya tersebut.

"Jadi gimana Pak? Saya harus apa?" Renjun hanya bisa pasrah. Dia menyerah mempelajari bahasa Korea yang rumit menurut nya. Karena memang Renjun murid pindahan dari China.

Dan pada tingkat pertama masa SMA nya, dia kenyang akan omelan Pak Moon yang selalu menceramahi nya perihal nilai bahasa Koreanya yang selalu buruk.

"Saya mau, ujian tengah semester yang diadakan tiga bulan lagi kamu sudah bisa memperbaiki nilaimu. Bapak rekomendasikan Lee Jeno teman sekelas mu untuk dijadikan teman belajar," mata Renjun membulat. Lee Jeno? Demi apa dia harus belajar bersama seorang gay?

"HUANG RENJUN?" Renjun terlonjak karena teriakan Pak Moon.

"Saya tunggu bolpoin hitam saya di bahasa Korea kamu, dan itu Lee Jeno. Dia sudah mendengar semuanya jadi, silahkan keluar. Saya sudah selesai bicara," Renjun menundukkan kepalanya memberi hormat pada Pak Moon dan bangkit dari duduknya.

Renjun melirik sekilas Lee Jeno yang berdiri di depan pintu ruangan Pak Moon. Wajahnya datar, memandang Renjun tanpa minat sekalipun.

Renjun menghela nafas. Sudah berapa banyak dia menghela nafas hari ini? Sudahlah. Renjun memanggil Jeno dan mengajaknya keluar untuk membicarakan perihal belajar bersama mereka kedepannya.

Semoga saja tidak flop.

"Jadi sistem belajar kita satu hari di apartemen kamu, satu hari di apartemen aku?" Renjun bertanya sambil memakan french fries nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi sistem belajar kita satu hari di apartemen kamu, satu hari di apartemen aku?" Renjun bertanya sambil memakan french fries nya. Renjun memilih untuk mengajak Jeno ke café, karena jika mereka duduk berdua di kantin sekolah maka jangan harap pulang nanti, telinga Renjun tidak akan gatal karena omongan orang-orang.

"Bisa dibilang begitu," Jeno membenahi letak kacamatanya yang sedikit melorot sambil terus menulis rumus di bukunya. Renjun memutar bola matanya malas karena melihat Jeno yang selalu rajin dimanapun dan kapanpun.

"Bisa nggak fokus dulu sama bahasan kita, Lee Jeno?"

Jeno langsung mendongak dan menutup bukunya, juga melepas kacamata yang sedari tadi bertengger gagah di hidung mancungnya.

"Jadi silahkan lanjutkan," Jeno berkata, kemudian menyeruput frappuccino nya.

"Fix setiap hari gantian di apartemen kita?" Jeno mengangguk.

"Jadi apartemen mu dimana?" Kali ini Jeno yang bertanya pada Renjun.

"Daerah Gangnam."

"Dekat denganku, aku di Samseongdong."

"Baguslah, jadi kita bisa mulai kapan?"

"Besok."

"Okay, kalau begitu aku duluan Lee," Renjun memasukkan gadget dan juga merapikan pakaiannya sebelum meninggalkan Jeno yang kembali mengerjakan tugas sekolah nya.

Renjun hanya membatin, "dasar anak pintar."








to be continued,

hai gaes, gue bawa book baru. berusaha memenuhi keinginan ku yg seperti Roro Jonggrang hiks. Meskipun kaga selesai satu malem, tapi... cintai book ini ea

mungkin bakal pendek dan yg pasti... dahlah biar jadi surprise aja. bukan angst tenang, karena gue nulis Regret kemarin juga ngerasain regret beneran anjer. dahlah c u^^

buat kalian yg lagi ada masalah, semangat ya♥️

ROOM 23 [JenoxRenjun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang