Cahaya tower pusat kota di malam hari semakin meredup bersamaan langkahnya yang kian menjauh. Diiringi dengan cahaya kuning lampu jalan di tepi linoleum trotoar dan lajur jalan yang tak dilalui oleh seorangpun menambah suasana mencekam. Distrik kecil yang dipandang indah oleh orang di luar sana ternyata berisikan hal yang begitu bertentangan. Diskriminasi yang ia terima bahwa latar belakangnya yang kurang bagus terus menyiksanya. Distrik ini punya udara yang bersih karena jauh dari pusat perkotaan, namun mengapa ia kesulitan bernafas?
❖•ೋ° °ೋ•❖
Di balik, payung hitam itu, Suzy bersembunyi. Menolak hujan untuk menyentuhnya lantaran ia tak punya baju ganti lagi. Ini sudah kali kedua ia mengganti pakaian hati ini.
Siang tadi, ketika sekelompok gadis yang ia tau betul siapa berkata tak sengaja kalau menumpahkan kuah curry pada seragamnya. Naas, bercak kuning curry tak hanya mengenai almamaternya namun juga seragam putihnya. Sehingga ia berakhir dengan seragam olahraganya saat ini.
Ini adalah hal kelewat biasa menurutnya sebagai sasaran circle besarㅡ anak-anak popular. Bully singkatnya. Suzy tak punya latar belakang yang bagus, ekonomi yang mencukupi atau sebagainya. Menjadi anak dari narapidana kata mereka seakan-akan dirinya adalah nista, sudah biasa katanya seolah-olah dirinya tak apa-apa.
Terima kasih kepada wali kelasnya yang kerap memperhatikannya meski ia akan berakhir disebut pengadu. Hal ini menjadi buah pertanyaan bagi Suzy. Apa itu perhatian sebenarnya?
Ketika orang-orang tak mengusikmu atau ketika orang-orang memperhatikanmu?
𝓓𝓻𝓮𝓪𝓶 𝓵𝓪𝓷𝓽𝓮𝓻𝓷
Gadis itu memejamkan matanya ketika seluruh tubuhnya berhasil ia jatuhkan di padang rumput. Merebahkan tubuhnya di dekat pemantang yang tenang dapat merilekskan pikirannya.
Ia gak sendiri disana. Burung-burung bersedia bernyanyi untuknya. Ia juga bersama dandelion yang terbang ketika angin bertiup kecil.
Tak berapa lama, suzy mendengar suara langkah kaki mendekat. Tapi tak ia hiraukan. Siapapun itu yang datang mendekat ia tak peduli. Tapi rasanya si pendatang mendudukkan dirinya tepat di sebelah suzy berbaring.
Dia bersenandung pelan. Suzy ingat jelas. Suasana hampir hening. Itu pertama kalinya ada seseorang yang duduk didekatnya. Meski hanya orang asing yang mungkin kebetulan lewat.
Momen hari itu bukan momen spektakuler sehingga tak ingin Suzy lupakan. Sore itu hanya hari biasa, namun ucapan random ㅡmungkin pemudaㅡ itu masih melekat jelas dikepalanya.
"Menurutku, dandelion itu seperti lentera mimpi. Kau hanya perlu menyebutkan keinginanmu"
𝓓𝓻𝓮𝓪𝓶 𝓵𝓪𝓷𝓽𝓮𝓻𝓷
Suzy
⚠mainstream plot
‼tokoh akan bertambah seiring berjalannya cerita
📩mohon kritik dan saran
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream lantern • Suzy
FanfictionShe hopes her dream can reach the celestial dimension. Dia menyebutkan mimpinya