2

196 38 14
                                    





Berjalan membawa setumpuk kertas sendirian tak membuat gadis itu mengeluh. Ini bukan masalah besar dibanding semua beban yang ada dipundaknya.

Omong-omong ini sudah dua minggu setelah sedikit bebannya hilang. Sekelompok anak-anak yang kerap membantunya telah di drop out dari sekolah. Tentu Sekolah tak membuka mata karenanya. Sidang hari itu dilaksanakan karena circle tersebut telang meresahkan masyarakat sekitar.

Meski begitu, bukan berarti gadis itu telah mendapatkan kehidupan sekolah seperti anak umumnya. Ia masih sama. Masih diabaikan dan tak seorangpun menoleh kepadanya. Ia juga bersyukur. Menurutnya ia mendapatkan 'peduli' yang ia pikirkan.

Terimakasih kepada harapan dandelion yang menurutnya bodoh meski, mungkin cukup manjur?


❖•ೋ° °ೋ•❖



"OSIS?"

"Ya, bukankah kau harus masuk club atau organisasi? Menurut bapak menjadi anggota OSIS bisa mendapat pertimbangan untuk beasiswamu. Masuk OSIS sekedar jaga-jaga dan mendapat pengalaman, kan? Nilaimu bagus sayang kalau nanti kau gagal karena masalah kecil"

"I-iya, tapi saya merasa saya kurang kompeten. D-dan lagi pula apa bisa saya masuk OSIS sedangkan pelantikan OSIS sudah dilaksanakan tiga bulan lalu" Ucapnya sambil membereskan tunpukan kertas yang sedari tadi ia pegang.

"Karena itu, masuk OSIS dapat menaikkan kinerjamuㅡ"

" ㅡDan kau bisa temui Julian. Katakan dirimu atas rekomendasiku"

Suzy mengangguk mengerti. Kemudian pergi seraya berpikir apakah memungkinkan baginya untuk masuk organisasi.

Lagi, ia melangkahkan kakinya dengan berat. Satu persatu kakinya melangkah menuruni anak tangga. Meski belum begitu sore, suasana sekolah udah sepi. Memilih arah kiri, sepertinya Suzy benar-benar satu-satunya siswi yang berada di koridor. Suara langkah kakinya terdengar jelas karena ruang kosong disana.

Benar-benar sepi. Tapi ia sanggupi. Ini adalah hal biasa ketika dirinya ditinggal sendirian.

Setelah sampai diruangan paling ujung lantai dua di depan ruangan yang ia yakini ruang OSIS, Suzy mengetuk pintu kayu yang dilapisi cat hitam sehingga berbeda dari pintu pintu lain di sekolah yang umumnya berwarna coklat.

'Tuk tuk tuk'


Gadis itu tak kunjung menemukan jawaban. Sepertinya tak ada orang di dalam sana. Membuatnya mengurungkan niatnya untuk bergabung di OSIS.

Suzy memutar langkahnya berlawanan dengan tujuannya tadi. Sepertinya memang tak seorangpun ingin kehadirannya.

"Tunggu!"

Suzy kemudian menoleh. Kepalanya mendongak. Irisnya menangkap pemuda yang cukup tinggi dan ia yakini seangkatan dengannya. Seseorang dengan kemeja yang tak dikancing dan seragam cukup berantakan bersama iris hitam pekat yang menatapnya tajam. Kemudian menarik senyum manisnya seraya mengulurkan tangan mengajak berjabat,

"Theo. Kau mau bergabung?"






𝓓𝓻𝓮𝓪𝓶 𝓵𝓪𝓷𝓽𝓮𝓻𝓷






𝓓𝓻𝓮𝓪𝓶 𝓵𝓪𝓷𝓽𝓮𝓻𝓷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theo King

Dream lantern • SuzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang