Semuanya tampak tenang. Begitu juga dengan ruang club di sore ini. Suzy mengetuk pelan sepatunya. Ia gugup. Suzy dan pemuda tinggi seumurannya benar benar dalam situasi canggung. Mereka bersebranganㅡ benar-benar memisahkan diri. Mereka menjaga jarak, mungkin sekitar delapan meter.
Gadis itu mengutuk dirinya. Harusnya hari ini tak terjadi
❖•ೋ° °ೋ•❖
"Julian?"
"Ya, Julian Pearce. Kau Suzy bukan?"
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Tepat di depannya berdiri pemuda tampan luar biasa yang ia yakini utusan wali kelasnya. Tentu saja orang yang harusnya ia tuju untuk masuk OSIS.
"Kau benar ingin ikut OSIS kan?"
Lagi. Kepala mungil itu menganggukkan kepalanya. "Aku sudah keruang OSIS dan bertemu seseorang beberapa hari yang lalu. Dan sudah mengisi formulir, kau tak perlu repot
Telapak tangannya terbuka membuat sepuluh jarinya tegak kemudian mengipasnya kearah Julian. "Jangan khawatir," Kata Suzy lagi.
"Sudah mendaftar ya? Tapi aku tak melihat data baru. Kau yakin kau benar-benar sampai ke ruang OSIS? Omong-omong siapa yang kau temui?"
"Aku yakin. Ugh, siapa ya namanya?"
Kepalanya berpikir keras. Tak menemukan apapun di memorinya. Lekas gadis itu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengotak atik kontak. Melihat kontak terbaru yang terdaftar di ponselnya. Dan muncul satu nama.
"Oh ya, Theo, Theo King"
Julian menautkan alisnya kemudian tertawa. "Kau yakin Theo King?"
"Yakin sekali"
"Bagaimana lagi ya, berarti kau gagal masuk OSIS?"
"Maksudmu?"
"Theo king itu wakil ketua club basket. Jadi kemungkinan kau masuk club cheerleader nona"
𝓓𝓻𝓮𝓪𝓶 𝓵𝓪𝓷𝓽𝓮𝓻𝓷
Dalam hatinya ia bersumpah serapah. Niatnya tadi ketika masuk OSIS dia hanya akan mengerjakan tugas sambil diam dan menghilangkan eksistensinya. Tapi bagaimana dengan cheerleader? Bagaimana caramu menghapus eksistensimu ketika cheerleader sendiri adalah club sekolah yang paling tersorot? Apalagi latar belakang dirinya yang bisa dibilang tak mengenakkan.
Bisa-bisanya ia seceroboh itu sampai tak teliti dalam mengisi formulir.
"Anggota baru?"
"Iya"
"Krystal Johnson," Sapa perempuan dengan surai gelombang di depannya. Katanya ia adalah pemimpin cheerleader dan tampaknya memang begitu.
"Suzy Blake"
"Benar-benar berminat?"
"Sebenarㅡ"
"Ternyata tidak," Potong Krystal. Iris coklat gelapnya menatap Suzy tajam. Begitu dengan ucapannya, to the point. "Tenang saja. Aku tak marah. Tapi kau takkan aku keluarkan hanya karena tak minat. Kami kekurangan banyak orang setelah mereka di drop out"
"Tapi kau tau kan aku, maksudnya latar belakangku" Suzy tampak ragu dan sedikit takut dalam mengatakannya. Kepalanya tertunduk. Dan jari-jarinya saling mengikat. Ia benar-benar penasaran apa dirinya dan latar belakangnya diterima disini. Apakah ia langsung dibuang agar tak merusak reputasi club.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream lantern • Suzy
FanficShe hopes her dream can reach the celestial dimension. Dia menyebutkan mimpinya