Siau Cap-it Long menarik napas dingin, ilmu pedang sehebat itu sungguh belum pernah ia saksikan.
"Taraf kami hanya dapat mengendalikan arus pedang sejauh tujuh tombak, pedangnya juga pendek sebobot
yang kami miliki."
"Kalau tarafnya setingkat lebih tinggi, kami bisa mengendalikan sejauh belasan tombak dengan pedang
panjang tiga kaki. Itu baru berhasil pada kelas pertama. Kelas pertama itupun sudah mampu hawa murni
mengendalikan pedang."
Li Ang-ing menghela napas gegetun, "Untuk mencapai kelas pertama itu, kami masih butuh waktu sepuluh
tahun lagi."
"Karena kelas pertama dengan pedang terbang itu kami belum berhasil, hal ini jelas sangat menguntungkan
dirimu."
"Kalau nanti kau pikir dapat mengalahkan dengan keuntungan senjatamu yang lebih panjang, aku yakin kau
pasti kalah."
"Kenyataan pedang kami bisa mulur lebih panjang dari pentungmu, gabungan kekuatan kami jelas lebih
kuat, hal ini kukira kau juga maklum."
Sudah tentu Siau Cap-it Long juga tahu, maka ia tidak menyangkal bahwa taraf ilmu pedang kedua orang ini
sungguh jauh di luar perkiraannya.
Hong Si-nio juga menyaksikan permainan sinar pedang yang dikendalikan hawa murni tadi. Tanpa sadar
sekujur badannya basah kuyup oleh keringat dingin. Betapapun ia tidak bisa tinggal diam, mengawasi Siau
Cap-it Long mampus di tangan kedua kakek itu demi dirinya. Tapi kondisi sendiri tak mampu bergerak,
hanya mendelong jadi penonton, betapa hatinya tak sedih, pilu dan menangis.
Siau Cap-it Long akhirnya menarik napas dalam, katanya tenang, "Sekarang kalian siap berapa jurus
mengalahkan aku?"
"Tiga jurus."
Tentu tiga jurus.
Sebagai tokoh besar, jelas tidak akan mereka menawarkan satu jurus lebih banyak dari tigajurus yang
ditawarkan Siau Cap-it Long.
XVI. SUNGAI BESAR MENGALIR KE TIMUR
Hanya dalam sekejap, mentari sudah menghilang di ufuk barat, kegelapan menyelimuti seluruh jagat raya,
sinar bintang tiada, rembulan belum menongol dari peraduannya. Dalam kegelapan, bayangan Ang-ing dan
Lok-liu mirip sukma gentayangan yang muncul dari neraka.
Wajah nan pucat dingin, demikian pula sorot mata yang berkilau di kegelapan kelihatan seperti lentera setan
yang menggiriskan. Padahal pedang pendek di tangan mereka memancarkan cahaya yang kemilau
gemilang seperti dialiri listrik tegangan tinggi.
Pentung kayu sepanjang satu tombak dua kaki di tangan Siau Cap-it Long melintang datang, tangan kanan
dan kiri berjarak enam kaki. Demikian pula jarak antara Ang-ing Lok-liu kira-kira lima enam kaki.
Serempak suara pedang pendek di tangan mereka melesat bersama, ibarat dua naga yang saling membelit,
seperti dua jalur kilat menyambar, begitu berkelebat yang diserang adalah bagian mematikan, di bawah
tepatnya di belakang sepasang telinga Siau Cap-it Long. Kecepatan serangan pedang ini susah diukur