Berbaik Sangka

15 2 0
                                    

Di suatu sekolah ada tiga bersahabat yakni Nesya, Wulan dan Nia. Mereka bersahabat tanpa berharap apapun, selalu bersama dalam suka maupun duka dan selalu mengatakan yang sebenarnya sekalipun itu hal yang menyakitkan. Mereka murid yang kompak dan suka membantu karena itu tak jarang banyak siswa lain datang meminta saran dan bantuan. di antara mereka bertiga Nesya ialah anak yang paling tua walaupum mudah marah Nesya terkenal sangat ramah. Yang satu ini anaknya sangat hyperactif dan tegas dengan pipi lesungnya, namanya Wulan. Sedangkan Nia anak yang paling lemah lembut dan cerdas walaupun sedikit pemalu. Hari demi hari mereka lampaui dalam keadaan apapun, bagaikan kura kura dengan tempurungnya yang selalu di bawa kemanapun.

     Hingga pada suatu hari, saat Nesya, Wulan dan Nia sedang berbincang menunggu guru datang. Mereka tertawa lepas sampai terdengar nyaring di dalam kelas hingga semua murid memperhatikan mereka bertiga. Seketika suasana hening, guru pun datang dan menjelaskan tugas yang akan diberikan. Pada saat itu guru memberikan tugas kelompok membuat proses meletusnya sebuah gunung. Setelah ditentukan ketua beserta anggota kelompok, satu di antara tiga bersahabat itu terpisah yakni Wulan. Dengan berat hati Wulan pergi menuju kelompoknya dengan wajah lesu dan kecewa.

   "Yah... kita enggak sekelompok." Ucap Nesya dengan raut wajah kecewa sebelum Wulan pergi ke kelompoknya.

   "Ahh... tidak apa. Kemungkinan hanya kali ini saja kita tidak sekelompok." Ucap Wulan dengan senyum hangat.

   "Iya juga. Maafkan kami Wulan, kami tak bisa berbuat apapun ini keputusan Bu June." Geram Nesya dikarenakan tidak terima apabila mereka tidak sekelompok.

     Sejak kejadian itu, Wulan jadi sering sendiri tanpa bersama sahabat-sahabatnya dikarenakan fokus dengan tugas dari Bu June. ke mana pun Wulan, dia selalu bersama kelompoknya, walaupun ingin sekali bersama kedua sahabatnya itu. Hari demi hari telah berlalu, hubungan persahabatan mereka kian merenggang. Merasa ada kejanggalan pada hal ini, Wulan mulai mencari kebenaran apa yang terjadi. Para sahabatnya seperti menjauhinya, dia tak mengerti alasan dibalik sahabat sahabatnya tak menghiraukan dirinya. Setiap Wulan menangkap sosok Nesya dan Nia, wajah mereka selalu murung dan dingin, seakan akan tak peduli akan dirinya. makin waktu berlalu, tak ada perubahan sama sekali. Hingga lelah dengan keadaan ini, Wulan memutuskan untuk bertanya besok hari.

   Keesokkan harinya, dengan langit biru yang dihiasi awan putih. Wulan berusaha datang lebih pagi dari biasanya agar dapat langsung bertanya kepada sahabatnya. Menyusuri jalan hingga menuju sekolah, Wulan terus berpikir panjang. Fikiranya tidak karuan memikirkan Nesya dan Nia sehingga tak fokus akan jalanan yang dilalui hingga menabrak beberapa orang yang ingin melintas pula. Sesampainnya di sekolah, Wulan mendapati sesosok sahabatnya di depan kelas, duduk bersantai menunggu bel masuk. Karena tak sabar, Wulan langsung bertanya kepada sahabatnya.

"Kalian mengapa jauhin aku?" ucap Wulan dengan nada yang sedikit meninggi. Namun mereka tak menghiraukan kehadiranya.

"Aku ngomong sama kalian, jadi mengapa kalian jauhin aku? apa salahku sampai kalian enggak nyapa sama sekali?" ujarnya sekali lagi dengan amarah.

"Bukannya kamu yang udah ga mau sahabatan sama kita !" seru Nesya dengan emosinya.

"Udah kalian jangan berantem, ini masi pagi. Ayo masuk! ga baik dilihat anak kelas lain." ucap Nia parau. Yang kemudian masuk ke dalam kelas dan membicarakan hal ini dengan baik.

"Jadi, mengapa kalian jauhin aku!" ucap Wulan yang mulai tersedu-sedu.

"Wulan, jadi gini. Bukannya kita yang jauhin kamu tetapi kamu yang menjauh. Sejak kamu sering main sama mereka, kami kira kamu udah ga mau sahabatan sama kita lagi. Sedangkan mereka juga lebih pinter dan rajin dibanding kita. Aku juga bingung kamu kok jadi gini, mungkin juga aku salah paham. tetapi setiap hari kamu ga pernah luangin waktu kamu sama kita. Jadi kita pikir kamu emang udah ga mau sahatan sam kita lagi." Ucap Nia dengan bijak diiringi tangisnya.

"maaf, aku pikir. Malah kalian yang jauhin aku. Aku ga jauhin kalian, aku masi sahabat kalian. Maafin aku!" pinta Wulan dengan rasa bersalah.

"Udah basi." ucap Nesya dengan penuh amarah.

"Nesya, Enggak boleh kek gitu. Kita itu harus saling memaafkan, dan seharusnya kita juga enggak berburuk sangka ke Wulan." Ucap Nia dengan penuh kesabaran.

"Iyaa. Aku minta maaf yaa udah buruk sangka ke Wulan." ucap Nesya lesu.

"Iya, gaapa kok. maafin aku juga ya." ucap Wulan dengan senyum hangat, bagai putri raja. Yang diangguki oleh kedua sahabatnya.

   Setelah kejadian itu, mereka kembali bersama dalam kegembiraan yang sama namun dengan cara yang berbeda. Memang unik persahabatanya, membuat semua siswa lain iri melihatnya. Tak disangka waktu telah berjalan begitu cepat hingga kenaikan kelas pun tiba, murid-murid kelas 7, 8 dan 9 saling mempersiapkan ujian yang akan datang begitu pula dengan Wulan, Nesya dan Nia, mereka mempelajari materi bersama dengan bersungguh-sungguh. Hingga setelah ujian kenaikan kelas selesai, pembagian rapor tiba mereka mendapatkan nilai yang memuaskan.

   Apapun yang terjadi, dimanapun itu, janganlah berburuk sangka. Tetap berpikir positif, walaupun ada sesuatu yang mungkin berbeda dari orang lain. Jangan terlalu difikirkan dengan apa yang kamu lihat namun dalami dan mencari tahu kebenaran yang merupakan alasan seseorang melakukan hal itu.

Secarik KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang