Kring kring kring
Bel pulang sekolah sudah nyaring berbunyi dan langsung saja semua siswa membereskan buku dan peralatan sekolah mereka tak terkecuali gadis bernama Cia ini.
"Ci, lo jadi hari ini bimbingan sama Zeus?" tanya Ovi.
"Jadi, Pi. Gue sudah bawa buku fisika nih," jawab gadis itu sambil menunjukkan beberapa buku yang sudah ia siapkan.
"Oh bagus deh. Gue doain bimbingan lo berjalan lancar dan lo bisa fokus, secara si Zeus itu ganteng pakai banget. Gue takut lo entar gak fokus ke buku nya eh malah fokus ke Zeus."
Cia yang mendengar penjelasan sahabatnya pun mendengkus kesal. "Anjir lo. Udahlah gue duluan, kalau kelamaan entar dia ngamuk. Bye." Cia segera menuju ke arah perpustakaan. Dia tidak ingin jika Zeus menunggunya terlalu lama. Apalagi ini adalah hari pertama mereka bimbingan belajar. Terasa aneh jika pemuda itu marah-marah di hari pertama mereka belajar bersama.
Hal pertama yang dia lihat adalah si penjaga perpustakaan, yang kebetulan saat itu adalah seorang perempuan. Cia pun tersenyum singkat begitu pun sebaliknya. Cia segera mencari keberadaan Zeus tetapi Zeua tidak ada di tempat. Hanya tersisa tas pemuda itu di kursi yang tersedia di sana. Gadis itu mengernyit bingung dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.
"Ke mana itu anak? Tasnya ada. Masa iya dia ninggalin tasnya di sini? Atau jangan-jangan dia dimakan penunggu di sini?. Hiii seremmm," celotehnya yang berpikiran aneh.
"Penunggunya kan lo. Emang lo bisa makan gue?" ucap Zeus yang tengah berdiri di belakang gadis itu. Pemuda itu mendengar celotehan gadis yang sudah resmi akan mengisi hari-harinya sejak saat ini. Ya, dia sudah menyiapkan mental ke depannya untuk menghadapi gadis itu.
"Eh, Zeus. Gue kira setan hehehe. Eh iya kita mulai saja kuy belajarnya." Cia mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin memulai peperangan lagi dengan pemuda itu. Untuk itu dia ingin mencari jalan aman.
"Hmmm. Buruan keluarin buku fisika lo," perintah Zeus yang langsung dilaksanakan dengan segera oleh gadis itu
"Ok." Cia pun segera mengambil buku fisikanya. Mengeluarkan buku-buku yang sudah ia siapkan dari rumah. Ya, dia mulai sekarang sudah bertekad memperbaiki nilai fisikanya.
Detik demi detik, menit demi menit Cia lalui tapi satu pun penjelasan dari Zeus sama sekali tidak masuk di otaknya ditambah lagi gadi itu mengantuk, terlihat dari tadi dia terus menguap.
"LO ITU DENGERIN GUE JELASIN GAK SIH?" Suara Zeus meninggi ketika gadis itu sama sekali tidak menanggapi ucapannya.
"Gue ngantuk, Ze," ungkap Cia santai sambil menguap.
"Lo itu niat belajar gak sih? Kalau gak niat gak usah belajar! Lo mau jadi cewek bodo? Cewek gak berguna? Buat hidup lo berguna bisa gak?" cerca Zeus dengan suaranya yang mulai meninggi.
Cia yang tidak menyukai perkataan pemuda itu pun tampak jengkel. Pemuda itu kembali merendahkan harga dirinya. "Maksud lo apa? Lo itu jadi cowok jahat banget ya! Lo bisa gak bicara sama perempuan itu yang lembut. Mama lo perempuan, kan? Nyesel gue minta ajarin lo! Gue gak butuh diajarin sama cowok yang gak pernah hargain perempuan. Dan gue pastiin lo masuk di daftar blacklist gue mulai saat ini," kata gadis itu menatap Zeus dengan pandangan membunuh. Setelah mengatakan itu semua kepada Zeus, Cia segera pergi meninggalkan pemuda itu sendirian.
"Huft." Zeus menghembuskan napas beratnya. Jujur, setelah mengatakan itu semua, dia merasa bersalah. Zeus bukan bermaksud untuk merendahkan Cia, tetapi dia hanya ingin Cia bisa termotivasi untuk lebih giat lagi belajar tetapi cara yang dia gunakan salah kali ini. Zeus pun segera membereskan bukunya dan berniat untuk pulang saja.
Rumah Cia
"Ish, apa-apaan sih itu cowok. Ngeselin! Jahat! Pengen banget gue musnahin dari dunia ini biar sekalian populasi cogan di dunia ini berkurang. DASAR COGAN ES BATU JAHAT PAKE BANGET. GUE SUMPAHIN LO JADI JELEKKKK." Cia teriak-teriak sendiri di dalam kamarnya.
Tok tok tok
"Non Cia? Non Cia? Non Cia kenapa?" Tiba-tiba saja Bi Sri menggedor-gedor pintu anak majikannya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
"Eh, Bibi. Enggak kok, Bi. Cia nggak apa-apa," teriak gadis itu.
"Oh, Bibi kira kenapa. Oh iya, Non, kalau mau makan, bibi sudah siapkan di meja makan."
"Ok Bi, sip," jawab Cia. "Huft, untung saja. Ini semua gara-gara si es batu jadinya gue teriak-teriak kagak jelas."
Hoammm
"Mending gue bobo aja deh, siapa tau ketemu cogan di dalam mimpi hehehe." Gadis itu pun segera terlelap dalam dunia mimpinya. Nyatanya dia memang bertemu cogan di dalam mimpinya dan sialnya cogan itu mirip dengan Zeus, tetapi sifatnya berbeda 180°. Di dalam mimpi, Zeus lebih terlihat seperti pemuda yang hangat bahkan beberapa kali Cia tertawa karena tingkah konyol Zeus. Sayangnya itu hanya di dunia mimpi, dan tidak akan pernah terjadi di dunia nyata. Zeus akan tetap seperti sifatnya saat ini, yang selalu membuat gadis itu kesal sendiri.
Di tempat lain, lebih tepatnya di kediaman Zeus. Pemuda terlihat berguling-guling di kasurnya, terlihat tidak nyaman. Dia sudah mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya tetapi kedua matanya sama sekali tidak bisa menutup bahkan dia malah memikirkan gadis itu terus menerus. Gadis itu kini memenuhi pikiran Zeus tanpa seizinnya. Dan tentu saja Zeus menjadi kesal sendiri.
"Anjir, akhhh. Itu cewek ngapain sih ada di otak gue. Gue lama-lama bisa jadi gila. Hush pergi lo cewek gila!" umpatnya yang bahkan tidak akan pernah didengar oleh Cia.
"Sepertinya gue harus minum itu obat biar gue bisa tidur nyenyak." Pemuda itu segera mencari obat tidur yang biasanya dia letakkan di laci mejanya. Dia segera meminum satu tablet dan tidak butuh waktu lama, Zeus pun menyusul Cia dalam dunia mimpi. Ya, pemuda itu sudah tercandu dengan obat tidur. Sudah terjadi sejak lama setelah kedua orang tuanya tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain ✔
Teen FictionLuka. Kita sama-sama terluka oleh hal yang sama tetapi luka itulah yang buat aku bertahan sampai saat ini - CIA Gue nggak tau siapa yang salah dalam hal ini. Kenapa harus lo? Kenapa harus lo yang buat mereka pergi dan kenapa harus lo yang buat gue s...