"Selamat pagi Ze, lo udah sarapan belum? Gue udah dong. Tinggal nunggu harapan biar lo bisa peka aja yang belum," cerocos Cia di pagi hari yang cerah ini. Nyatanya Zeus sama sekali tidak menghiraukan keberadaan gadis imut itu. Dia terus saja berjalan dengan wajah dinginnya. Sepertinya pemuda itu tampak masih kesal meskipun kemarin gadis yang menyapanya itu sudah mengutarakan kata maaf.
Cia berniat untuk menyapa pemuda itu pagi ini. Supaya hubungan keduanya menjadi lebih baik. Sepertinya gadis itu ingin membangun relationship yang baik. "Ish Zeus, lo budek atau bisu sih? Gak bisa ya bales sapaan gue?" kesalnya yang tidak mendapat respon dari pemuda itu.
"Ohhh gue tau nih, lo lagi sakit gigi, kan? Pantesan aja itu mulut sama hati lo ketutup mulu. Ke dokter sana biar itu mulut lo kebuka dan bisa bicara lagi. Sekalian biar hati lo kebuka buat gue," lanjutnya dengan pemikiran gila yang selalu hinggap tiba-tiba di kepala cantiknya itu. Pemuda itu hanya diam tak ada niatan menjawab. Bahkan gombalan-gombalan dan godaan yang dilontarkan oleh Cia sama sekali tidak mempan kepadanya.
"Ish yaudah deh gue ke kelas aja. Gak guna gue bicara sama lo.” Dan akhirnya gadsi itu pun segera pergi meninggalkan Zeus dengan perasaan dongkol. Tanpa ia ketahui, diam-diam Zeus memperhatikan nya hingga dia hilang dari penglihatan Zeus.
Sorry ...
Kata maaf yang tidak sempat terucap.
"Huft." Cia menghembuskan napasnya kesal ketika bokongnya sudah mendarat di bangku tempat duduknya dan di sebelahnya sudah ada Ovi.
"Lo kenapa?" tanya Ovi bingung melihat sang sahabat yang datang dengan wajah ditekuk sepagi ini. Tidak biasanya karena gadis itu selalu terlihat ceria di luar tetapi rapuh di dalam. "Gue lagi kesel sama Zeus. Masa gue tadi nyapa dia, terus dianya cuek dan gak balik nyapa gue,” ceritanya.
Ovi yang mendengar jawaban dari temannya itu pun hanya bisa menggelegn. "Ini masih pagi dan lo udah kesel aja. Mungkin si Zeus lagi gak mood buat diajak bicara," ucap Ovi yang masih berpikiran positif kepada pemuda yang selalu menolak keberadaan sahabatnya ini.
"Dia mah tiap hari gak mood bicara. Gue curiga dia beneran PMS hahaha." Cia terbahak-bahak dengan kerasnya.
“Dasar. Btw, lo sudah kerjain tugas fisika belum?" tanya Ovi yang membuat gadis itu membola terkejut.
"Mampus! Gue lupa."
"Eh ogeb ini anak. Buruan cuy jam pertama tuh," ungkap Ovi yang semakin membuat sang sahabat bertambah panik.
"Ok, ok. Mana tugas lo, gue mau copas."
"Najisin lo. Kalau fisika selalu nggak mau mikir," cibir Ovi dan hanya dihadiahi ketawa oleh Cia. Namun tawa itu seketika menghilang kala mendengar bel pertanda masuk berbunyi.
"Anjir. Mampus gue! Sialan emang yang bunyiin itu bel! Gue baru nulis juga," tukas Cia kesal.
"Selamat pagi anak-anak." Dan lebih sialnya lagi sang guru datang lebih cepat hingga Cia pun belum sempat menyalin tugasnya. "Silahkan kumpulkan tugas fisika minggu kemarin ke depan," ucap Pak Kumis selaku guru yang mengajar.
"Mampus gue, Pi, ini kenapa Pak Kumis bisa masuk cepat banget, sih?" bisik Cia kepada Ovi.
"Ya gue gak tau Ci. Gimana dong tugas lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain ✔
Novela JuvenilLuka. Kita sama-sama terluka oleh hal yang sama tetapi luka itulah yang buat aku bertahan sampai saat ini - CIA Gue nggak tau siapa yang salah dalam hal ini. Kenapa harus lo? Kenapa harus lo yang buat mereka pergi dan kenapa harus lo yang buat gue s...