One misstep, you are mine!

5.3K 339 90
                                    

"Bibi Shion!"

Yang dituju menoleh pada sang keponakan. Shion menghentikan langkahnya ketika hendak menaiki tangga kereta kuda yang berdiri di halaman rumah. Sore menjelang malam, kedua orang bersurai pirang pucat itu memang berencana untuk pergi ke katedral milik keluarga Uzumaki di ibukota. Melakukan doa rutin, itulah yang biasa Ino lakukan. Kali ini dengan mengajak sang bibi.

"Ada apa?" sahut Shion memandang sang keponakan yang tengah berlari menyusulnya setelah mengunci pintu kediaman.

"Kau meninggalkan keranjang bunganya." Ino menyodorkan sebuah wadah buatan tangan yang disusun secara telaten dari jerami.

"Ah, terima kasih! Aku benar-benar melupakannya." Ujar Shion dengan raut bersalah. Ino yang mendengarnya tersenyum seraya menggelengkan kepala.

"Baiklah, ayo kita berangkat!"

.

Dante Fiorenza

Disclaimer ©Masashi Kishimoto

Storyline ©Yukirin Shuu

Warning! This content may include AU/OOC/Shounenai/Typo/etc.

DON'T LIKE DON'T READ!

.

.

"Selamat datang, tuan besar."

Pelayan wanita tua bersurai putih membungkuk hormat pada sang atasan yang menguasai mansion tempatnya bekerja. Uchiha Sasuke tentunya tak terlalu menghiraukan segala ucapan dari orang-orang yang bekerja di kediamannya itu.

Beberapa elit berjalan mengikutinya. Berbalut jubah hitam yang khas mengayun seiring langkahnya menapak. Agenda hari ini hanya satu, menyusun strategi perang. Terlalu awal memang. Tidak, Uchiha Sasuke tak ingin berlama-lama. Pria itu hanya tak gemar menunggu.

Pintu bercorak rumit menyapa pandangan manik hitam tak bercahaya. Pelayan mansion membungkuk sekilas sebelum membuka daun pintu dengan sopan, mempersilahkan pimpinan dan elit yang lain untuk memasuki tempat perundingan.

"Pelayan,"

Suara pria bersurai raven menyapa indera pendengaran. Para elit ia perintahkan untuk masuk terlebih dahulu ke tempat. Uchiha Sasuke masih punya satu urusan sebelum itu.

"Iya, tuan besar." Respon pelayan tua tersebut penuh taat. Bahkan untuk menatap langsung pada tuan besarnya pun ia sungkan.

Mata elangnya melirik sekilas pada peti jam yang berdiri tegak di sudut ruangan. Matahari memang masih menunjukkan sinarnya. Pria itu memang sengaja kembali lebih awal ke mansion karena ingin melihat anaknya itu.

"Dimana dia?" nadanya mengalun tanpa emosi.

"Tuan muda berada di kamar, tuan besar. Sekitar lima belas menit yang lalu ia baru kembali dari akademi." Terang pelayan tua.

Sasuke belum kembali bersuara setelah mendengarnya. Pria itu masih bergeming. Setelah itu, ia berlalu pergi dengan langkah panjang. Hal itu membuat sang pelayan membungkuk hormat tanpa diberi perhatian.

𝓓𝓪𝓷𝓽𝓮 𝓕𝓲𝓸𝓻𝓮𝓷𝔃𝓪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang