Bibir Jinyoung mulai melumat belahan ranum milik Daehwi dengan ganas. Penantiannya selama ini untuk bisa kembali mendapatkan Daehwi membuatnya serba tak sabar. Tangannya mulai bergerilya menyapa setiap lekuk tubuh kekasihnya, milik seorang yang sudah ia rindukan sampai hampir gila.
Daehwi tak bisa berbuat banyak. Gengsinya yang besar terkalahkan oleh hasrat yang sama membaranya dengan Jinyoung. Pria berusia 26 tahun itu mulai membalas serangan kekasih yang setahun lebih tua darinya dengan sama kuat. Pergulatan lidah dan pertukaran saliva itu memanaskan seluruh tubuh keduanya. Kedua tangan Daehwi yang awalnya berada di dada bidang Jinyoung mulai naik dan melingkari leher sang kekasih. Kakinya berjinjit, berusaha untuk menyamakan tinggi mereka dan menempelkan sebanyak mungkin bagian tubuh keduanya. Ia sama tak sabarnya, sama merindunya. Sentuhan yang sudah lama tidak ia rasakan akhirnya bisa kembali ia nikmati. Bohong kalau selama ini ia kuat. Bohong kalau selama berpisah dengan Jinyoung, ia sama sekali tidak ingat dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh pasangannya dulu, dari yang lembut dan penuh kasih sayang hingga yang panas dan memabukkan.
Dua tahun menahan diri untuk tidak berinteraksi dengan Jinyoung benar-benar membuatnya tak karuan. Upayanya untuk bisa move on dari hubungan indah yang mereka jalankan tidak begitu saja mudah ia lakukan. Meski ia berhasil mengalihkan banyak perhatiannya untuk mengurus pekerjaan, tak bisa dipungkiri ia masih sesekali membuka kembali rekaman momen kebersamaan mereka dalam benak. Apalagi ia tidak punya siapa-siapa saat di Busan. Membuatnya merasa semakin kesepian.
Ya, memang dirinya lah yang memilih mundur dari hubungan yang mereka jalani, karena permasalahan yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan sikap dewasa. Dua tahun lalu, Daehwi masih berpikir bahwa dirinya dan Jinyoung adalah sepasang belahan jiwa yang akan selalu menikmati masa indah bersama selamanya. Sungguh kliese memang, sehingga kietika ia dihadapkan pada satu masalah yang tidak biasa, ia jadi kecewa. Padahal rasa kecewa itu adalah dampak dari ekspektasinya sendiri yang terlalu tinggi atas hubungan sepasang kekasih yang saling mencintai.
Keputusannya untuk kembali bekerja di perusahaan milik sepupunya di Busan pun merupakan jalan pintas agar ia bisa lebih mudah mengalihkan perhatian dari rasa rindunya pada Jinyoung. Daehwi akui ia sangat kecewa dengan Jinyoung, namun rasa cinta itu tetap ada. Harga dirinya yang terlalu tinggilah yang membuat ia bukannya menyelesaikan masalah dengan bijak, tetapi malah memperkeruhnya. Bukannya mencoba untuk memahami situasi yang terjadi, ia malah memilih untuk mengakhiri hubungan yang sudah lama dibangun begitu saja.
Awal mula bencana itu adalah ketika Daehwi begitu marah saat melihat perhatian lebih Jinyoung pada Hyunsuk. Selama sebulan ia mengamati tingkah laku Jinyoung yang sulit untuk ia temui. Setelah mengetahui bahwa Jinyoung lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Hyunsuk, ia mulai terusik. Kecemburuannya mengalahkan akalnya. Kenyataan bahwa Hyunsuk adalah adik tiri dari Jinyoung tidak menghentikannya untuk menaruh curiga pada Jinyoung. Ia mulai mengabaikan perhatian Jinyoung dan selalu mencurigai perilakunya setiap kali ia kedapatan sedang memainkan ponsel di tengah kebersamaan mereka.
Terlanjur menyimpan pikiran buruk, semakin hari dirinya semakin menaruh rasa benci pada Hyunsuk dan Jinyoung. Bodohnya ia, tidak pernah menyampaikan perasaannya ini pada Jinyoung. Ia membiarkan Jinyoung merasa bersalah tanpa tahu apa-apa. Ia membiarkan Jinyoung terus menerus meminta maaf ketika menghadapi sikap dingin Daehwi yang enggan mengatakan alasan sikapnya. Saat itu Daehwi berharap Jinyoung bisa memahami sendiri penyebab sikapnya demikian dan berharap bisa mengubah sikapnya pada Hyunsuk. Tapi tanpa komunikasi keduanya, semua pesan tersirat itu tidak bisa sampai pada Jinyoung. Sampai akhirnya kekecewaan itu memuncak, dan Daehwi memutuskan untuk pergi. Begitu saja, tanpa memberi penjelasan pada Jinyoung. Satu-satunya yang ia katakan pada Jinyoung hanyalah, “nikahi saja adikmu jika kau terus memprioritaskannya”.
*U*
Cumbuan panas mereka terus berlanjut. Ciuman mereka semakin liar seiring tangan Jinyoung yang mulai mencari area-area sensitif Daehwi. Satu tangannya mulai meremas bokong sang kekasih, dan tangan lainnya mencari jalan masuk ke dalam sweater ungu yang Daehwi gunakan. Sentuhan sensual tangan Jinyoung di bokong dan punggungnya membuat Daehwi melenguh di tengah-tengah ciuman mereka. Bibir Jinyoung mulai mencari mangsa baru. Ia mulai mengincar rahang dan leher Daehwi. Daehwi yang sudah terlena dalam kenikmatan itu dengan mudah memberi jalan pada Jinyoung dengan mendongakkan kepalanya. Desahan pelan mulai terlontar dari bibirnya yang sudah merekah. Hisapan bibir Jinyoung di perpotongan lehernya membuat ia menjambak pelan rambut sang kekasih. Pinggulnya secara tak sadar mulai bergerak mendekat pada teritori Jinyoung. Bagian bawahnya mulai terasa ketat. Ia menginginkan lebih. Ia menginginkan Jinyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If...?
Fiksi PenggemarOne Shot Bae Jinyoung x Lee Daehwi b x b AU; Bahasa Indonesia; Romance; Flashback(s); NC 🔞 you've been warned "...are we truly a soulmate?"