Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nanon menghembuskan nafasnya panjang setelah menghirupnya kuat-kuat. Ponselnya ia kunci, lalu ia letakkan di sudut meja belajarnya.
"Yok, bisa yok."
Ia menyemangati dirinya sendiri, kemudian membuka bukunya. Lamat-lamat ia membaca tiap bagian dari buku yang mayoritas berisi angka tersebut, berusaha untuk mencernanya di dalam otak.
5 menit masih oke.
10 menit?
"AAAAAH GA NGERTI!!" Nanon mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia melirik ke arah ponselnya, lalu meraihnya.
"Si jelek mana sih?" gumamnya sambil membuka ponselnya yang tak menunjukkan notifikasi dari orang dengan nama kontak "Ohmjelek". Ia menggerutu tak jelas sambil mengetikkan pesan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia merebahkan dirinya di kasur---masih sambil menatap layar ponselnya. Walau bilang tak mau ditelepon Ohm, tentu saja sebenarnya ia mau. Ia hanya malas mengakuinya karena sedang sedikit kesal dengan Ohm yang sering bersikap tak serius. Nanon kan juga ingin seperti abangnya, Pluem, yang disemangati pacarnya saat akan menghadapi Musyawarah Mahasiswa. Sedangkan Ohm? Bukannya menyemangati, malah meledek tanpa mengucapkan kata penyemangat apapun. Bagaimana Nanon tak kesal jadinya?
Jangan-jangan, karena bilang tak mau, Ohm benar-benar tak jadi meneleponnya? Namun, akhirnya ponsel Nanon berdering, tanda ajakan video call dari Ohm masuk.
"Ay?"
"Apa?" jawab Nanon masih dengan nada kesal.
"Galak banget jawabnya..."
"Bodo."
"Kangen."
"Yaaaa."
"Kamu ga kangen aku?"
"Dibilang aku males sama kamu."
"Males napa sih?"
Nanon mendecak. Ohm tuh beneran ga peka atau bego sih?
"Ayyy, jelek kalo ngambek terus... Jangan ngambek yaa?" bujuknya. Namun Nanon masih (sedikit) kesal.
"Ay, aku punya tebak-tebakan," kata Ohm dengan wajah semringahnya. Duh, kalau Nanon sudah melihat ekspresi Ohm yang begitu, hatinya langsung luluh seketika. Rasa kesalnya langsung menguap, beralih menjadi pertanyaan: ngapain sih gini doang ngambek gue?
"Tebak-tebakan apa?" Mendengar respons Nanon, Ohm makin terlihat gembira wajahnya.
"Dengerin ya," ada jeda dengan dehamannya sebelum ia melanjutkan kata-katanya, "Benda mati apa yang bisa joget?"
"Bisa joget? Hmm... itu bukan sih, boneka iron man yang bisa joget ada kan?"
"Salaaah."
"Boneka monyet yang main drum?"
"Salah. Nyerah?"
"Iya deh."
"Jawabannya..... kursi goyang! Hahahaha."
Nanon mendengus. "Apa sih? Garing banget anjing."
"Berarti aku lucu ya kayak anjingnya papa aku?"
"Seraaaah." Walau menjawab begitu, ada senyum yang tersungging dari sudut bibir Nanon. Ohm tersenyum lebar melihatnya.
"Lagi ga?"
"Kalo garing lagi, ga usah. Kasian nanti kalo jangkrik harus diem."
Ohm mengernyitkan dahi. "Kenapa gitu?"
"Soalnya kamu ga lucu."
"Aku emang ga lucu, soalnya aku ganteng. Yang lucu cuma kamu."
"Apa sih... alay," balas Nanon sambil terkekeh.
Ohm bangkit dari duduknya. "Tebak aku di mana?"
Nanon berusaha menerka latar belakang dari video Ohm. Loh? Itu kan...
"Kamu di kosan aku? Katanya..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tok, tok, tok.
Dengan cepat, Nanon berlari ke arah pintu. Ia membuka pintu kamarnya dan menemui sosok pria yang baru saja meneleponnya.
"Misi, pakeeet."
Nanon tersenyum lebar melihat Ohm kini berdiri di hadapannya. Tak lupa, ia juga membawa makanan kesukaan Nanon.
"Maaf tadi aku lagi di jalan, jadi ga bales chat kamu," katanya. "Terus aku beli ini... kamu suka rasa Green Tea kan? Soalnya tadi aku bingung, mau beliin yang mana. Terus..." Sebuah kecupan mendarat di pipi Ohm.
"Makasih Ay."
".... Lagi dong?"
Bukan kecupan, kini kepalanya dipukul keras oleh oknum bernama Korapat Kirdpan. Saat mengaduh, Nanon malah tertawa.
"Sakit nih. Tanggung jawab!" ujar Ohm seraya memeluk Nanon erat, seakan tak ingin melepasnya.
Setelah ini, akankah Nanon belajar Fisika dengan lebih semangat atau justru tak belajar sama sekali?