mp3 Player

2.6K 277 53
                                    

Ini terjadi sebelum Ohm dan Nanon betul-betul bersama...

Pritttt!!

Wasit mengangkat papan, memberitahu para pemain jika waktu sudah habis. Skor menunjukkan tim kelas X IPS 1 menjadi pemenang dalam pertandingan final sepak bola melawan X IPA 1 dengan skor 3 - 2. Si kapten, Ohm Pawat, tampak tersenyum berseri-seri. Ia mengangkat kedua tangannya, memberi tos pada semua pemainnya. Mereka akhirnya berhasil untuk mempertahankan gelar juara yang secara sudah bertahun-tahun selalu dimenangkan X IPS 1. Mereka sangat bangga, jelas. Begitupun dengan senior mereka yang sudah naik kelas XI dan XII.

"Kerja bagus! Kerja bagus!" kata Ohm tiap bertos dengan anggotanya. Saat semuanya sudah kembali ke sisi lapangan, Ohm masih berdiri di tengah lapangan. Ia menyeka keringatnya sendiri dengan jersey yang ia kenakan. Kemudian, matanya tertuju pada sosok lelaki yang duduk sambil  menunduk di pinggir lapangan.

Ia kenal pemuda itu. Namanya Nanon--Korapat Kirdpan. Kiper dari kelas X IPA 1, lawannya tadi di pertandingan final classmeeting sepak bola. Beberapa temannya tampak berusaha membujuk lelaki itu, tapi tak satupun dari mereka digubris oleh Nanon, hingga akhirnya mereka menyerah. Si kiper dari kelas X IPA 1 itu kini duduk sendiri masih sambil menunduk.

Pertandingan tadi sebenarnya cukup menguras emosi. Hampir saja keduanya seri jika saja Ohm tidak berhasil mencetak gol di menit-menit terakhir. Maka, Ohm setidaknya paham jika Nanon benar-benar kecewa, apalagi ...

"Kau tidak minum?" tanya khru Gun membuyarkan lamunannya. Guru olahraganya itu menyodorkan sebotol air mineral padanya, yang dibalas dengan ucapan terima kasih Ohm sebelum menerimanya.

Mata Ohm melirik ke arah Nanon lagi, "Khru Gun, apa boleh saya minta airnya lagi?" tanyanya. Khru Gun tampak heran pada awalnya, tetapi akhirnya mengangguk dan mengambilkan sebotol air lagi.

"Sial..."

Di satu sisi, Nanon masih merutuki dirinya sendiri. Sekalipun teman satu timnya sudah berkata tidak apa-apa, ia masih merasa kecewa pada dirinya sendiri. Padahal, ia sering dieluk-elukan sebagai "Calon Kiper Timnas Thailand", tetapi bagaimana mungkin ia bisa kalah semudah itu?

Sesuatu yang dingin menempel di lengannya, membuatnya mendongak dari posisi menunduknya. Pandangannya yang agak kabur--karena terlalu lama menunduk--perlahan menjelas. Tampak seorang laki-laki berjersey hitam tengah duduk di hadapannya.

"Haus?"

Itu Ohm. Anak kelas X IPS 1.

"Khotod (maaf)..."

Nanon terkesiap. Apa Ohm mengira jika Nanon kesal padanya? Padahal kan, ia hanya kesal pada dirinya sendiri. Ia sama sekali tidak kesal dengan Ohm--ya, sedikit sih, mungkin. Pada intinya, Nanon tidak benar-benar kesal pada lelaki itu.

"Hm." Singkat. Ia memeluk kedua kakinya, menempelkan dagunya di lutut. Ohm yang semula duduk berjongkok kemudian beralih duduk di sampingnya.

"Apaan sih?!"

Refleks Nanon bergeser begitu merasakan kaki Ohm yang menempel dengan kakinya. Nanon berbalik memunggungi Ohm, tetapi hal itu justru membuat Ohm jadi bersandar padanya. Perasaannya jadi campur aduk. Ohm masih menyandarkan punggungnya di punggung Nanon, bahkan kepalanya juga disenderkan di bahu Nanon.

"Oi..."

"Pa?"

"Singkat banget."

"Ish. Ribet lo," omel Nanon. Mereka bahkan tak mengenal dekat: sekadar kenal nama saja. Nanon cukup sering memperhatikan Ohm, karena...

"Gue Ohm. Lo?"

Apaan sih kok malah ngajak kenalan? batin Nanon. Namun sebenarnya Nanon senang---senang sekali. Pasalnya, sudah lama Nanon merasa tertarik pada lelaki bermata sipit itu. Mungkin sejak awal saat masa orientasi sekolah? Entah kapan jelasnya, pokoknya sudah hampir setahunan inilah. Nanon sama sekali tak punya keberanian bahkan untuk sekadar menyapa Ohm. Ditambah mereka beda kelas, tentu Nanon jadi tak punya alasan untuk menyapanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

macarons. ohmnonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang