"Dia..." gumam ku
Tamatlah riwayatmu Fizah.
Laki laki itu berjalan menghampiri ku, tubuh ini seperti kaku saja sekilas menatap mata elangnya. langkah lebarnya semakin mengikis jarak dengan tempat ku berdiri. Ku remas erat rok yang ku kenakan saat ini, mungkin sudah sedikit kusut.
'Deg'
Apa ini?
Jantungku berdegup kencang antara takut dan kagum dengan makhluk tuhan yang satu ini. Netra ini tak lepas memandangnya mengenakan atasan kemeja yang lengannya di gulung asal sampai ke siku.Ya orang itu pemuda yang sama tak sengaja tertabrak olehku. Penampilannya sedikit berbeda saat ini, dia tidak mengenakan kaca mata dan dia bisa saja menghipnotis kaum hawa siapa saja yang melihatnya termasuk aku.
"Tampan" ucapku tanpa sadar, eh...
Orang itu mengernyit melihatku mematung, tangannya melambai lambai mencoba menyadarkanku yang melihatnya tanpa berkedip.
"Kau pasti pelakunya iya kan?" Tanya laki laki itu, tatapan tajamnya tanpa lepas menatapku yang mungkin terlihat ketakutan di matanya. Duh serem juga
"i...iya maaf gak sengaja" ucapku terbata tanpa berani menatap iris mata hitam nya. Kenapa dia menatapku seperti itu apa ada sesuatu di wajahku?
"Kau juga orang yang sama menabrak ku kan?" Tanyanya lagi, duh ternyata dia masih mengingatnya.
"Soal itu saya minta maaf, sumpah saya tidak sengaja Tuan" ucapku memelas berharap dia membebaskan ku.
"Hm tidak semudah itu ku maafkan Nona, kau berurusan dengan orang yang salah" tuturnya dengan seringai yang tidak ku mengerti
"Sekali lagi saya minta maaf, tolong bebaskan saya Tuan saya buru buru" mohonku menyatukan tangan di depan dada, aku bergegas pergi dari hadapan pemuda itu.
"Tunggu..." jedanya
Namun baru dua langkah kaki ini beranjak di hadapannya dia menahan, tangannya mencekal kuat lenganku.
"Lepas!"
Ringisku menahan sakit cekalannya cukup kuat, dan dia menyentuhku. Belum pernah ada laki laki yang seenak jidatnya mencoba menyentuhku. Nah dia berani sekali melakukannya.
"Tuan tidak sopan menyentuh saya seenaknya!" Tekanku kulihat wajahnya mengernyit heran.
"Oke saya lepas" entengnya
Laki laki itu merasa biasa biasa saja setelah ku berikan tatapan membunuh seperti tidak berpengaruh saja dengan raut wajah marah yang ku tunjukkan.
"Althaf..."
Tiba tiba dari jauh terdengar seseorang memanggil. Laki laki itu menoleh setelah mendengar namanya di panggil oleh seorang wanita paruh baya di depan sebuah butik, mungkin wanita itu ibunya.
"Urusan kita belum selesai"
ucapnya sebelum berlalu di hadapanku, kupandangi punggungnya yang perlahan menjauh menghampiri wanita itu.
"Dasar kejam" batinku merutuki laki laki itu.
***
Sampai di rumah kaki ku terasa pegel banget, rasanya naudzubillah. Hari ini benar bener menguji kesabaran banget. Mulai dari bang Fariz yang gak jemput, ketemu orang menyebalkan, sampai lelah lahir plus batin di tambah lagi saat melewati penjual es krim aku hanya bisa meneguk ludah melihat yang seger seger di depan mata, mau gimana lagi duit buat jajan udah habis, nasib nasib.
Jarak sekolah sampai rumah lumayan jauh lagi, sepanjang jalan aku hanya menggerutu tak jelas tak peduli orang orang yang menatapku aneh masa bodo yang penting aku sampai rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Bumi Menyapa Langit
Teen FictionKehilangan sosok Ayah yang di sayanginya membuat Afizah menutup mata dan telinga untuk siapa pun. Kabut dendam seakan menutupi rasa cinta di hatinya, tujuannya untuk menemukan pembunuh ayahnya mengantarkan dirinya harus memilih antara cinta dan ego...