Welahanane penggalih
Kawula tan isa manah
Ratri wis nendra lan lungse
Nanging ulun manindawa
Merga prana marana
Tan wales wulangun ulun
Sing duwe atmaka mendraArtinya:
Belahan hatiku
Aku tidak bisa berpikir dengan benar
Malam sudah larut
Tapi aku masih terjaga
Karena hatiku sakit
Kau tidak membalas cintaku
Ku pastikan kamu matiDesa Wono, 1968
Wanita yang berumur sekitar 25 tahunan duduk bersila sambil melantunkan tembang asmarandana. Sudah setengah jam ia menunggu kedatangan seseorang. Namun yang ditunggu tak kunjung datang. Sesekali ia mengusap keringat yang mengalir dari dahinya. Tiba-tiba sebuah delman dengan kuda berwarna cokelat berhenti di depan rumah peyot tempat wanita itu duduk. Turunlah seorang pemuda yang gagah. Setelah memberikan beberapa lembar uang kepada kusir delman, pemuda itu mendekati wanita yang sedari tadi menunggu kedatangannya.
"Sudah lama menunggu Sukesih?" tanya pemuda kepada wanita bernama Sukesih.
"Tidak Kang Darman," jawab Sukesih.
"Maafkan aku. Kuda delman tadi sempat tidak mau berjalan. Jadi kami terpaksa untuk membujuknya sejenak," ujar Darman sambil mengipaskan tangannya karena gerah.
"Tidak apa-apa Kang,"
"Sudah beberapa hari ini kau selalu mengajakku bertemu di rumahmu. Setiap kutanyakan kau pasti menjawab tidak ada apa-apa. Apa yang bisa kubantu untukmu?"
"Kakang tidak akan bisa membantu permasalahan saya,"
"Kalau kau sendiri tak mau bicara bagaimana caranya aku bisa mengerti permasalahanmu,"
"Sudahlah Kang. Tak perlu berpura-pura. Kakang sebenarnya sudah tahu permasalahannya. Masalah dalam hidup saya adalah saya mencintai Kakang dan Kakang tidak pernah mencintai saya,"
"Maafkan aku Sukesih. Tidak seperti itu maksudku. Aku tahu kau begitu mencintai diriku. Tapi sayangnya aku tak pernah bisa menganggapmu lebih selain sahabat pada masa kecil,"
"Itulah masalahnya Kang. Saya tak bisa melupakan Kakang,"
"Sudahlah Sukesih. Kau cantik dan molek, tidak mendapatkan lelaki sepertiku bukanlah masalah yang sulit. Di luar sana banyak lelaki yang masih membutuhkan dirimu,"
Sukesih terdiam sejenak, berusaha mencerna perkataan Darman dan melihat beberapa orang berlalu lalang di depan rumahnya. Para tetangganya akan membicarakan dirinya esok hari seperti biasa. Sebagai wanita murahan yang mengincar kekayaan Darman. Padahal Sukesih yakin, dia benar-benar mencintai Darman setulus hati.
"Apakah orang-orang masih membicarakan kita?" tanya Darman membuyarkan semua garis-garis kehidupan Sukesih.
"Iya," jawab Sukesih singkat.
"Kurasa mereka belum bosan mengurusi kehidupan kita,"
"Bukan salah mereka. Tetapi salah dirimu sendiri yang membuat orang-orang berpikir buruk tentangku. Andai saja kau bisa mengalah demi cintaku, orang-orang tidak akan berpikir seperti itu,"
“Maafkan aku Sukesih. Sudah berapa kali aku katakan kepadamu, aku tidak bisa mencintaimu. Lagipula aku akan menikah dengan Ratri bulan depan,”
Tiba-tiba Sukesih mengeluarkan pisau dari belakang tubuhnya. Matanya melotot berwarna merah. Napasnya memburu sambil menodongkan pisau.
“Apa yang kau lakukan Sukesih?” tanya Darman bingung. Dia perlahan mundur dari tempat duduknya. Dia ingin meminta pertolongan warga tapi tidak ada seorang pun di sana. Beberapa warga tadi sudah pulang ke rumah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mustaka Ke-13 (Teaser)
HorrorSetiap malam Jumat Legi di desa Kantil, tembang Asmarandana mulai terdengar, maka dimulailah malam-malam penuh teror yang mencekam. Pintu-pintu mulai diketuk dan anak-anak kecil mulai hilang. Kepala anak-anak itu dipenggal untuk dijadikan tumbal pes...