two

4K 391 23
                                    

Lee Jeno mengernyit heran saat melihat sebuah taksi berhenti tepat di depan sebuah kantor peternakan. Sepertinya kali ini Heechul akan kembali kedatangan seorang tamu, turis yang mungkin seorang pemula, renungnya dalam hati.

Biasanya sebagian besar tamu yang setiap tahunnya menghabiskan musim panas di peternakan ini akan memilih mengendarai mobil Van, atau bahkan SUV, dibandingkan datang dengan menggunakan jasa sebuah taksi.

Sang pengemudi taksi keluar dari kendaraan itu, lalu membuka pintu bagasi. Dan Jeno nyaris terjungkal dari tangga saat melihat seorang pemuda manis melangkah keluar dari dalam taksi.

Pemuda manis itu mengenakan setelan jas rapi berwarna putih, yang dia yakin jas itu lebih cocok dikenakan seorang mempelai pria disaat pesta pernikahan dibandingkan untuk berkunjung ke sebuah peternakan.

Dia mengangkat sebelah alisnya, berbulan madu mungkin, pikirnya.

Jeno tidak bisa menahan diri untuk tidak menatapnya. Rambut pemuda manis itu berwarna hitam pekat dan terjatuh lembut menutupi dahinya. Pemuda manis itu tidak lebih tinggi darinya, hanya sekitar seratus tujuh puluh lima sentimeter, tinggi rata-rata seorang pria Asia pada umumnya. Kulitnya putih bersih dan terlihat lembut, seperti susu yang dihasilkan oleh sapi di perternakan, tubuhnya sedikit berisi namun justru menambah kesan sensual dengan lekukkan yang berada ditempat yang tepat, bahkan bokongnya terlihat padat dan kencang.

Dari jarak sejauh ini, dia tidak bisa melihat mata pemuda manis itu, tapi dia tahu manik mata itu sejernih dan seindah mata air di Pulau Jeju.

Salah satu sudut bibir Jeno terangkat. Sudah lima tahun dia tidak pernah melihat pemuda manis itu, tapi selama itu juga dia terus membawa bayangan pemuda manis itu di benak dan hatinya setiap hari.

Pemuda manis itu selalu memesona dan kernyitan di dahinya semakin dalam saat dia merasakan rasa panas menjalari dadanya, rasa cemburu yang tiba-tiba menyeruak untuk pria ataupun wanita yang cukup beruntung menikahi pemuda manis itu.

Dia menunggu, ingin melihat seperti apa pilihan seorang Na Jaemin.

Pemuda manis itu terlihat berbicara kepada supir taksi, lalu menyeret kopernya menuju kantor itu, jutaan helaian miliknya melambai lembut tertiup angin ketika dia berjalan dengan anggunnya.

Sialan! Pemuda manis itu bahkan lebih dari sekedar memesona.

Jeno cepat-cepat membalikkan badan, berpura-pura mengamati pengumuman yang tertempel di papan pengumuman.

Apa yang sebenaranya Jaemin lakukan di sini? Dan bagaimana bisa dia menghindari pemuda manis itu?

Dia melirik sekali lagi ke arah taksi, bertanya-tanya dimana mempelai pria atau wanitanya. Bahkan ketika taksi itu melaju meninggalkan peternakan, tidak ada seorangpun yang turun bersama Jaemin.

Bel di atas pintu berdenting pelan saat pemuda manis itu membuka pintu dan melangkah masuk. Menyadarkan pria tampan itu jika tidak ada mempelai pria maupun wanita?

Dikuasai rasa ingin tahu, Jeno tergoda untuk mengikuti pemuda manis itu masuk, tetapi dia baru saja kembali dari melakukan perjalanan berkuda yang jauh bersama belasan tamu penginapan dan dia lebih membutuhkan mandi air hangat, lalu meminum segelas wine kesukaannya.

Lagipula, dia pernah bersumpah tidak akan lagi berbicara dengan Na Jaemin, tidak dalam kehidupan saat ini atau yang akan datang.

Sembari menggeleng-geleng, Jeno menyingkirkan pemuda manis itu dari benaknya dan pergi menuju ke kandang.

•dude ranch bride•

Jaemin melemparkan tasnya ke atas tempat tidur, kopernya dia biarkan di samping tempat tidur ganda di dalam pondoknya. Lalu seraya menghela napas, dia mendudukan tubuhnya di atas tempat tidur. Paradise Ranch di sinilah dia berada sekarang.

Dude Ranch Bride ¦ nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang