"Tak ada yang benar-benar kuat ketika hati sudah banyak terluka. Tapi setidaknya dengan usaha kamu bisa melanjutkan hidup dengan semestinya."
Jam menunjukan pukul enam pagi, dan sudah waktunya ashilla minum obat. Sambil menunggu perawat, ashilla menatap cairan infus yang mengalir ke dalam tubuhnya. Sudah satu minggu ia terbaring di rumah sakit. Jika bukan karena penyakitnya, ia tak ingin kembali lagi menjadi pasien rawat inap disini.
Di dalam ruangan yang begitu sepi, tak henti bibirnya mengucap tasbih berharap Allah segera memulihkan kondisinya kembali.
Namun sisil tetap bersyukur, masih diberikan kekuatan untuk bertahan sejauh ini. Dukungan dari teman-temannya membuat ia semakin bersemangat untuk sembuh.Ashila prameswari atau biasa dipanggil sisil, seorang wanita berusia 19 tahun yang memiliki trauma di masa kecil. Selain di rumah sakit, ia tinggal bersama neneknya. Karena jika ia pulang ke rumah orang tuanya, sama saja menyerahkan diri untuk segera menjemput kematian.
"Permisi mbak sisil.. Mohon maaf ya menunggu lama, ini obatnya saya taruh disini ya." ucap seorang perawat dengan senyum ramahnya.
Pelayanan di rumah sakit ini begitu baik, dimana pasien akan cepat sembuh karena dirawat oleh tenaga medis yang sangat luar biasa. Mereka bukan hanya mengobati fisik yang luka saja, tetapi mereka juga membantu memulihkan mental yang cedera. Salah satunya dengan perhatian yang mereka berikan dengan tulus kepada pasiennya.
"Tidak apa mbak, saya malah mengucapkan terimakasih banyak karena mbak mau rawat saya dengan tulus." Ucap sisil dengan senyum kepada perawat itu.
"MasyaAllah.. Ini sudah jadi kewajiban saya mbak, sebagai seorang perawat harus maksimal membantu pemulihan pasien."
"Alhamdulillah.. Mbak, sepertinya sudah lama saya tidak menghirup udara segar. Hmm apakah boleh pagi ini saya keliling rumah sakit, sebentar saja." Pintanya
"Tapi kan kondisi mbak sisil belum pulih, mbak harus banyak istirahat."
Sisil memang belum sepenuhnya pulih, tapi ia berusaha meyakinkan perawatnya. "Mbak tenang aja ya, sisil pasti baik-baik aja kok. Apalagi kalo mbak kabulkan permintaan sisil."
Perawat itu menghela nafas sebentar lalu mengiyakan permintaan sisil.
"Tapi mbak sisil tidak boleh kelelahan ya." ucap perawat yang dijawab anggukan oleh sisil.
***
Setelah meminum obat, sisil berkeliling rumah sakit dengan menggunakan kursi roda. Ia begitu bersemangat untuk melihat pemandangan taman yang begitu sejuk. Sisil pergi ke sebuah taman tanpa melewati ruangan pasien. Karena ia takut jika tiba-tiba ambulance datang dan membawa pasien yang sedang gawat darurat.Ditatapnya bunga mawar yang sedang merekah, yang akan membuat siapapun terpikat oleh keindahannya. Namun jika menginginkannya, orang itu harus berhati-hati saat memetiknya. Karena bisa jadi ia terluka oleh durinya.
Sisil tersenyum kecil, andai saja ia mempunyai perlindungan seperti bunga mawar itu. Mungkin ia bisa melindungi dirinya dari serangan luar. Namun ia merasa begitu lemah dengan pengaruh masa lalu yang begitu kuat.
"Assalamu'alaikum, bunganya bagus ya mbak.. Sampai mbaknya ngga berhenti menatapnya." Ucap seorang lelaki paruh baya yang keberadaannya mengagetkan sisil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Life
RandomTerimakasih untuk orang-orang yang sudah menyuarakan keadilan, membela, bahkan memenangkan siapapun yang tidak bersalah. Terimakasih sudah menemani perjalanan hidup yang sempat ingin ku akhiri ini. -Ashila Prameswari-