Mimpi Buruk

16 3 0
                                        

Dua hari setelah kejadian kemarin akhirnya keadaan sisil berangsur membaik, dan diperbolehkan untuk pulang. Lega rasanya meninggalkan ruangan ini.

Sambil merapikan barangnya, sisil membayangkan kasur empuknya, kucing kesayangannya, bahkan merindukan masakan neneknya. Ah rasanya tidak sabar ingin segera pulang.

Sisil kembali merapikan barang miliknya, tiba-tiba suara pintu terbuka menandakan seseorang masuk ke ruangannya.
"Assalamu'alaikum, mbak sisil." Ucap seorang pria yang mengenakan seragam dinasnya.

"Wa'alaikumussalam. Ada keperluan apa ya mas?"

"Saya perawat disini, saya hanya mau menyampaikan surat ini dari teman saya." ucapnya sembari menyodorkan sepucuk surat pada sisil.

"Euh, buat saya?" sisil nampak ragu menerimanya, pasalnya selama disini dia tak pernah berinteraksi dengan orang asing, selain tenaga medis dan pak danu yang pernah berbincang dengannya. Oh atau mungkin itu dari mbak nayla, perawatnya. Ah iya mungkin dia adalah temannya.

"Betul mbak. Dan kata temen saya mbak hanya boleh baca surat ini pada tanggal enam belas pukul 12 malam. Sebelumnya mohon maaf mengganggu kenyamanannya mbak, saya pamit dulu. Jangan lupa pesannya ya mbak, Assalamu'alaikum."

Setelah menjawab salam sisil memastikan bahwa perawat itu benar-benar telah pergi. Sisil membolak-balikan suratnya,
"Surat? Hanya boleh dibaca tanggal enam belas pada jam 12 malam? Perasaan aku ngga ulang tahun deh. Dan kalaupun hanya boleh dibaca saat itu juga, kenapa harus tengah malam begitu coba? Memangnya setelah baca surat itu aku akan berubah menjadi wujud asli seperti kisah Cinderella? Ah sudahlah itu hanya fiksi."

Sisil menyimpan surat itu ke dalam kopernya. Ia tak begitu peduli dengan isi surat itu meski sebenarnya ia juga sedikit penasaran.

***
Sisil menurunkan koper dan barang lainnya satu per satu dan dibantu oleh sopir taksi.
Baru saja sisil mengucapkan terimakasih pada sopir taksi yang telah membantunya, alya sahabatnya yang sedari tadi menunggu langsung memeluk sisil sampai tubuhnya hilang keseimbangan.

"Sisil... Aku kangen tahu ngga, betah banget sih di rumah sakit, sampai-sampai sahabat cantiknya ini dilupain." Ucap alya mengutarakan kerinduan pada sahabat kecilnya ini.

"Kangen sih kangen, tapi lepasin dulu dong pelukannya sesak nih. Sebelum acara kangen-kangenan yang berujung curcol mending kamu bantuin bawa barang-barang ke dalam."

"Oke sil okee."

Setiba dikamar sisil langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur. Seminggu lebih meninggalkan kamar ini rasanya seperti setahun. Oh tidak ini lebay.

Suasana kamar selama ditinggalkan ternyata tidak berubah. Nenek sepertinya selalu merapihkan kamarnya setiap pagi dan tidak lupa menyemprotkan pengharum ruangan beraroma green tea. Tidak ada debu disini dan udara yang masuk lewat jendela begitu sejuk. Karena rumah neneknya cukup dekat dengan pegunungan, jadi sisil tidak perlu repot untuk memasang AC di kamarnya.

"Sil.."

"Hmm"

"Sorry banget ya aku ngga jenguk kamu selama disana. Soalnya kemaren kewalahan banget dengan jadwal event yang bertambah banyak. Kamu tau sendiri kan bulan ini lagi musim kawin, jadi mereka lagi gencar-gencarnya pake WO (wedding Organization) ku."

Sisil memposisikan duduknya mengarah pada alya. "Alhamdulillah. Harusnya kamu bersyukur alee. Kamu masih diberi kesempatan buat berkontribusi di WO ini disamping kesibukan kuliah. Dan diusia yang masih muda ini, kamupun sudah bisa membahagiakan orang tua dengan usaha sendiri."

Alya menunduk malu. Sisil benar usaha yang dirintisnya dari nol ini dilakukan dengan penuh kerja keras. Alya pernah mengalami kerugian yang cukup besar dan harus menutupi kekurangan dana pada usahanya itu. Sekarang ketika usaha itu mulai berkembang dan terkenal, alya tidak boleh mengeluh dengan keadaan.

"Kalo butik kamu gimana sil? Sebentar lagi kan memasuki bulan ramadhan, pasti bakalan rame nih pesanannya."

"Alhamdulillah butik lumayan ramai pengunjung. Perkiraanku juga begitu, soalnya sekarang aja sudah banyak list pesanan yang masuk. Tapi sepertinya nanti aku batasi agar tidak mengganggu saat beribadah." ucap sisil dengan penuh syukur

Sejak kecil sisil sangat suka menggambar, dan memiliki cita-cita sebagai desainer meski entah kenapa ia kuliah dengan memilih fakultas psikolog. Tapi hingga kini ia memiliki butik bernama "Fatimah boutique". Desainnya pun ia rancang dengan tangan sendiri. MasyaAllah.

***
"Aku tidak pernah membenci papa mama. Tapi kenapa kalian tak pernah menyayangiku? Sepulang sekolah TK kalian berjanji akan menjemputku, aku menunggu lama sekali disana. Tapi kemana kalian yang aku tunggu? Waktu itu aku pulang dengan kondisi hujan lebat, berjalan kaki melewati hutan rimba sendirian, aku takut ada binatang buas yang tiba-tiba menerkamku. Aku berjalan begitu cepat, setiba di rumah aku menangis. Tapi apa yang kalian lakukan setelah melihat pakaianku basah kuyup disertai tangisan yang begitu pilu? Mengapa kalian memakiku dan mengatakan bahwa itu sebagai pelajaran. Pelajaran apa yang ku dapatkan? Bahkan ketika kalian bertengkar, aku yang menjadi sasarannya. Ingatkah, masih banyak penderitaan yang aku rasakan saat masih bersama kalian. Dan luka itu belum pulih sampai sekarang, mah pah."
Sisil menangis sejadi-jadinya di hadapan papa mamanya yang akan membunuh sisil dengan pisau di tangannya. Satu langkah lagi pisau itu menghujam jantungnya. Sisil menjerit. Tapi tiba-tiba seorang lelaki menahan tangan papa yang sedikit lagi mengenai jantung. Laki-laki itu memeluknya, sisil menangis takut dipelukannya.

Tepat pukul empat malam sisil terbangun dari mimpi buruknya. Keringat bercucuran membasahi wajahnya. Mimpi itu begitu nyata, sisil langsung beristighfar untuk menenangkan ketakutannya itu.

Hallo semuanya,, terimakasih buat yang sudah baca cerita gajeku ini. Semoga kalian sukaa💕 Jangan lupa vote ya💝

*Happy Reading"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Journey of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang