3

18 6 0
                                    

Di sebuah lorong dengan cahanya yang remang-remang serta keadaan sekitar yang tampak sepi menambah kesan manakutkan di sana.

Terliahat dua sosok yang saling berhadapan namun sama-sama bungkam disana saling menatap satu sama lain.

Bukk

Terlihat sebuah kantung plastik sampah dilemparkan oleh salah satu diantara mereka.

" Berterimakasih lah " ucap sosok yang telah melemparkan kantung plastik sampah tersebut dengan nada angkuhnya.

Sedangkan orang dihadapannya hanya melirik sekilas pada plastik sampah tersebut lalu kembali manatap orang yang berani menunjukkan sifat angkuh padanya.

Hening

Tidak ada suara dari sososk yang diminta untuk berterimakasih tersebut, ia hanya memandang sosok dihadapannya denagan tatapan datar.

" Apa kau tidak denagar aku memintamu untuk berterimakasih tadi "  sosok denagan topi hitam itu krmbali bersuara setelah tidak mendapatkan respon dari lawan bicaranya.

" Budek ya lo!! , gue suruh lo ucapin makasih sama gue! " sosok dengan topi hitam itu berucap dengan emosi setelah lagi-lagi ucapannya tidak digubris.

" Untuk " setelah beberapa kali tak memperdulikan ucapan lawan bicaranya kini sosok yang memakai jaket hitam dengan penutup kepala itu membuka suara.

" Pakek nanya lagi " sosok dengan topi hitam itu berucap dengan kesel.

Ia merasa tak dihargai, seharusnya orang yang ada di hadapannya mengucapkan terimakasih  padanya karena ia telah membantunya.

Tapi yang ia dapat hanya tatapan datar dan setelah lama bungkam hanya satu kata yang diucapkannya itu pun bukan yang ia harapkan.

" Gue kan udah bantuin buat ambil ini barang " sosok dengan topi hitam itu menjelaskan dengan sisa kesabaran yang ia punya.

" Menang sanya minta " ucap lawan bicaranya dengan setia memasang muka datar.

" Goblok ya lo!! kalau seandainya nggak gue ambil terus ada yang nemu ini bisa jadi kasus dan cepat atau lambat polisi bakal tau tentang bisnis kita " dengan rasa bangga sosok bertopi hitam berucap.

" Ok " setelah mendapat jawaban dari lawan bicaranya sosok bertopi hitam tersenyum puas.

Memang sangat sulit untuk mendapatka satu ucapan terimakasih dari orang dihadapannya ini.

Sosok berjaket hitam dengan wajah yang tertutup sebagian oleh penutup kepala dari jaketnya itu melangkah mendekat.

Setelah jarak keduanya hanya tinggal satu langkah, sosok berjaket itu mengeluarkan sebuah pisau dari saku jaketnya dan tanpa aba-aba menusuk perut sosok lain di hadapannya dengan pisu tersebut.

Sosok berjaket tersebut mendekatkan wajahnya ke telinga korbannya dengan senyum manis yang terukir di bibir merahnya.

" Terimakasih " ucapnya kemudian mundur beberapa langkah lalu berbalik dan peegi begitu saja dari tempat tersebut.

Meninggalkan sosok yang tengah sekarat karna ulahnya, juga sebuah plastik sampah yang tergeletak disana.

Tanpa rasa bersalah ia pergi dengan senyuman yang tak pudar dari bibir merahnya.

Sedangkan sosok yang tengah sekarat itu barusaha mancari punselnya yang berada di saku.

Setelah dapat ia menelfon seseorang, belum sempat panggilannya dijawab suara tembakan lebih dulu terdengar.

" Bodoh " ucap pelaku penembakan tersebut yang tak lain adalah orang yang telah membuatnya sekarat.

Kini sosok berjaket itu benar-benar pergi meninggalkan sosok mayat dengan luka tusukan di perut dengan pisau yang masih menancap dan peluru yang beesarang di kepalanya.

Setelah jauh dari mayat korbannya sosok beejaket itu melepas penutup kepalanya.

Rambut hitan sepunggungnya melambai tertiup angin malam kulitnya yang putih bagai salju tetlihat bersinar di bawah sinar sang rembulan yang bersinar terang malam ini dengan ditemani bintang-bintang yang bertaburan.

Dengan wajah cantik dan senyum manisnya tak akan ada yang menduga bahwa ia sebenarnya adalah seorang pembunuh.






S E C R E T Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang