Cegil - 05

352 24 3
                                    

Viana's Pov

Namanya Rizqia Occta Purnomo tapi ia tidak suka di panggil dengan sebutan Rizky meski keduanya memiliki arti yang sama. Gadis itu beralasan bahwa itu bukanlah namanya jadi dia benci jika di panggil demikian. Dan alasan itulah salah satu alasan mengapa ia dipanggil dengan nama Ririz oleh teman-temannya. Gadis cantik itu adalah pemilik sepasang mata tajam namun berkepribadian lembut. Gadis cantik itu terlihat nakal namun ia juga seseorang dengan sifat yang sangat baik. Gadis cantik itu nampak keras di luar tapi nyatanya dia berhati lembut.

Baru dua hari sejak kepindahan ku dan baru dua hari pula aku berusaha mencari tau tentang dia dari beberapa teman sekelas ku. Namun rasa penasaran ku tak kunjung pudar malah sebaliknya aku semakin ingin mengenal siapa dia yang sebenarnya. Setiap tindakan yang ia lakukan semakin membuat aku penasaran dengan kepribadiannya yang sesungguhnya. Meski pada akhirnya tidak dapat ku pungkiri bahwa kenyataannya dia tidak pernah berpura-pura menjadi orang lain. Dan semua hal yang ku sebutkan tadi adalah bagian dari dirinya yang sebenarnya, tapi apakah benar-benar ada manusia dengan kepribadian seperti itu?

Setelah acara makan bersama dengan gadis cantik si Primadona Sekolah di kantin, jantung ku masih terus berulah dan berdetak tak karuan. Bahkan rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di dalam perut ku dan menggelitik ingin keluar melalui tenggorokan ku. Gadis cantik itu berpamitan untuk pergi terlebih dahulu ke arah parkiran. Ia berjalan ringan dengan menenteng paperbag berisi kotak bekal yang sudah kosong tadi. Dengan begitu aku berniat untuk kembali ke Kelas karena mungkin jam istirahat hanya tersisa beberapa menit lagi.

Namun aku sempat duduk-duduk terlebih dahulu sekitar sepuluh menit baru setelahnya aku beranjak menuju ke Kelas karena lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Aku sangat malas untuk mengitari lapangan, jadi aku memutuskan untuk berjalan lurus dari kantin melewati lapangan. Baru saja aku melangkah sekitar setengah dari luas lapangan seseorang menghentikan langkah ku dari arah yang berlawanan. Pergerakannya sukses membuat ku mematung di tempat bahkan tanpa sadar aku menahan nafas. Pipi ku memanas saat seseorang itu tiba-tiba saja mengubah posisinya berjongkok di hadapan ku.

"Kamu ini ceroboh sekali, seharusnya kamu memperhatikan tali sepatu mu. Jika tidak, saat kamu berjalan dan tanpa sengaja menginjaknya kamu akan jatuh." ucapnya lembut setelah sambil  mengikatkan tali sepatu ku.

Aku masih mematung saat mendapatkan perlakuan manis dari gadis cantik si Primadona Sekolah yang bahkan tidak pernah ku bayangkan sebelumnya. Ya Tuhan jantungku benar-benar terasa ingin meledak hanya karena sebuah senyum manis gadis cantik di hadapan ku ini. Mimpi apa aku semalam sampai-sampai aku mendapatkan perlakuan manis seperti sekarang ini. Aku masih membeku sambil menundukkan kepala melihat bagaimana dengan telaten tangan Primadona Sekolah itu membenarkan kembali tali sepatu ku yang terlepas. Setelah selesai, ia kembali bangkit  berdiri lalu mengacak gemas rambut ku dengan tangannya. Bahkan ia melakukannya sambil memberikan senyuman hangat yang lagi dan lagi membuat jantung ku berulah.

Terlalu larut dalam kejadian indah barusan membuat ku baru menyadari bahwa ternyata semua siswa sudah berkeliling mengitari lapangan dengan tampang terkejut. Jangankan mereka, aku pun juga sama terkejutnya dengan tindakan tiba-tiba yang di lakukan gadis cantik ini. Ini benar-benar gila, gadis cantik si Primadona Sekolah ternyata sangat berpengaruh dan sampai segininya. Aku yang masih terdiam membuat gadis cantik di hadapan ku ini malah terkekeh pelan yang malah menambah kesan manis di wajah rupawannya itu. Persetan dengan apapun tapi harus aku akui bahwa tidak salah jika dia di sebut sebagai Primadona Sekolah karena paras cantik dan pesonanya yang tidak tertahankan itu.

Ririz's Pov

Aku terkekeh pelan melihat reaksi yang di tunjukan gadis di hadapan ku ini, coba lihat bagaimana menggemaskannya gadis ini dengan wajah memerahnya. Aku heran, setiap kali dia bertemu dengan ku maka dia akan berlaku seperti orang bodoh. Entah mengapa dia sangat suka menampilkan ekspresi yang sama seperti yang tengah ia lakukan sekarang ini. Meski sebenarnya jika boleh jujur, dia tetap terlihat menggemaskan menurut ku. Tapi tetap saja dia seperti orang yang loading-nya lama dan sangat menggemaskan di waktu yang sama. Dia selalu memasang wajah bodoh yang sama setiap kali secara tiba-tiba aku berada di dekatnya. Entah kenapa rasanya aku sungguh gemas dengan tingkahnya yang lebih terlihat seperti anak kecil yang baru berusia lima tahunan.

Ya Tuhan aku tidak bisa menahan diri ku lagi dari rasa gemas akibat gadis cantik di hadapan ku ini. Tangan ku terangkat begitu saja dan aku mengacak gemas rambut lurusnya itu. Lihatlah bukannya marah atau menunjukan penolakan, dia malah menatap ku dengan tatapan berbinar. Apa aku jelek hingga dia menatap ku seperti itu? Tapi aku bahkan bisa menjamin bahwa aku cukup cantik untuk ukuran seorang anak manusia. Dan berhubung hanya dengan mengacak rambutnya saja dia masih tetap tidak merespon ku, sebuah ide jahil terlintas di kepala ku. Aku mendekatkan wajah ku dan mengecup pipinya dengan cepat lalu pergi begitu saja. Sebelum pergi aku bisa melihat ada rona merah yang seketika menjalar di pipi gadis menggemaskan tadi. Aku hanya tersenyum riang dan tidak mempedulikan seluruh warga Sekolah yang sejak tadi sudah memandangi kami.

Viana's Pov

Sebuah kecupan mendarat di pipi kiri ku yang sukses membuat rona merah dan hawa panas tiba-tiba menjalar di pipi ku. Huaaaaa Mommy jantung ku mungkin benar-benar bermasalah dan harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Saat aku mendapatkan kesadaran ku sepenuhnya justru gadis cantik yang membuat ku syok setengah mati tadi sudah pergi entah kemana. Tapi ku rasa bukan hanya aku yang mendapatkan seluruh kesadaran ku, semua orang yang menyaksikan adegan tadi pun ikut mendapatkan kesadaran mereka. Karena setelah itu mereka mulai berbisik-bisik bahkan ada yang menyindir ku secara terang-terangan.

"Gila ya itu si anak baru pake pelet apaan sih sampe bisa narik perhatian si Primadona Sekolah kita?" sindir salah satu siswi yang berduri tak jauh dari tempat ku.
"Iya gila sih ini bener-bener gila, kita aja yang mati-matian nyari perhatian dan cuma dapet balesan biasa aja. Lah ini anak baru juga masuk beberapa hari kok udah sok kecakepan banget." timpal gadis lain yang kini ikut menatap ku dengan tatapan tajam.
"Bangsat memang anjing lah, gue aja pernah pura-pura pingsan depan Primadona Sekolah, tapi bukannya Doi yang bawa gue ke UKS malah Doi nyuruh si Asep. Kan bangke banget, ini cuma benerin tali sepatu doang yang ngga parah ampe jatoh aja Doi malah mau lakuin sendiri sampe jongkok di depan tuh anak ganjen pula." maki siswi lain sambil melotot tak bersahabat.
"Yang lebih parah lagi gue kasih tau lo pada ya, lo pada kagak liat dia tadi di gandeng sama gebetan gue terus makan bareng di kantin berduaan pula. Udah gitu gue denger yang masak bekalnya Doi sendiri, sumpah ya gue iri anjing." kali ini bukan murid perempuan yang membuka suara tapi seorang siswa yang terlihat cukup tampan.
"Ahhh bangsat lo pada ngga liat tuh cewe di cium juga sama Doi. Huuaaaaa gue juga pengen." rengek siswa lain yang berdiri di samping siswa sebelumnya.
"Bukan cuma lo doang kali, kita juga mau."

Aku masih nunduk karena ada banyak kata-kata tajam yang tertuju untuk ku dari orang-orang yang berkumpul di sana. Haiiisss ternyata begini rasanya punya haters yang merupakan fans berat seorang Primadona Sekolah. Mungkin mulai sekarang aku harus lebih menyiapkan hati untuk hal semacam ini dan mulai membiasakan diri. Aku berjalan cepat menuju ke Kelas karena tidak tahan dengan tatapan sinis dan jangan lupakan kalimat tajam yang mereka lontarkan tanpa perasaan. Kepala ku masih menunduk dalam dan kali ini aku akan jadi bahan pembicaraan satu Sekolah karena kelakuan Cegil tadi.

Tak lama bel masuk berbunyi dan proses belajar mengajar kembali di lanjutkan sesuai dengan jadwal yang ada. Aku bahagia, bahkan sangat bahagia hari ini, bahkan sejak tadi pun sesekali aku mencuri pandang kearah gadis cantik itu. Di dalam hati aku tak berhenti menggumamkan pujian saat melihat dia yang tengah memasang wajah serius dengan kacamata baca yang bertengger manis di hidungnya. Sungguh indah ciptaan Mu ya Tuhan, bolehkah aku memilikinya? Sesaat ketika aku sadar dengan pikiran ku sendiri, dengan refleks aku menggelengkan kepala ku sambil merutuki kata-kata ku dalam hati.

"Itu Viana kenapa geleng-geleng kepala? Lagi sakit? Kalau sakit lebih baik ijin ke UKS saja daripada ngga konsentrasi dengan pelajaran." tegur Bu Lucia yang sejak tadi tengah menjelaskan materi di depan.
"Ahhh maaf Bu, tadi sedikit pusing tapi saya ngga papa Bu." jawab ku sambil meminta maaf kepada beliau.
"Baiklah jika begitu mari kita lanjutkan pelajarannya." ucap beliau yang membuat ku seketika menghela nafas lega.

Huft hampir saja, tidak lucu sama sekali bukan kalau aku ketahuan mikir yang iya-iya sama calon masa depan ehehe. Bodo amat lah dia cakep kok, apa salahnya mikirin dia ehhh tapi kan lagi pelajaran harus balik fokus Viana. Ingat sekarang masih jam pelajaran jadi harus fokus ke pelajaran bukan ke pujaan hati. Kalimat itu terus ku ulangi agar aku bisa mulai kembali mengumpulkan konsentrasi untuk mengikuti pelajaran. Ini baru pertama kali terjadi di sepanjang hidup ku karena sebelum hari ini aku adalah anak yang paling ambisius dalam hal belajar. Bukankah sudah ku katakan sebelumnya bahwa aku adalah salah satu dari sekian banyak manusia yang tidak suka melanggar peraturan yang ada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Cegil" (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang