Chapter 1

461 37 0
                                    

Alexa masih berjalan cepat menuju rumahnya. Sesekali ia menoleh kebelakang berharap pria itu tidak mengejar. Tadi setelah kejadian di kafe, ia melepaskan tangannya secara paksa, dan berlari secepat mungkin.

Sial, tidak ada taksi yang bisa ia tumpangi, kebanyakannya sudah penuh terisi. Alexa masih berjalan cepat, ia kembali menoleh ke belakang.

Brakkk.

"Mau kemana, love? "

Sekarang Alexa merasa jantungnya akan lepas saat itu juga. Pria yang dihindarinya kini ada di hadapannya. Ia beringsut mundur perlahan, kesialan kembali menghampiri, ia tersandung kakinya sendiri. Berakhir jatuh ke atas aspal dengan punggung terlebih dulu. Ini persis seperti di dalam mimpinya.

Terlebih lagi ketika Alexa melihat pria itu sudah menampilkan wajah aslinya yang menyeramkan, terlihat sangat bergairah ketika menatap leher terbukanya.

"Jangan bunuh aku... Ku mohon, " isaknya sudah mengeluarkan air mata.

Pria itu menyeringai sangat menyeramkan, walaupun Alexa tidak menampik bahwa pria ini juga sangat tampan.

"Aku tidak akan menyakitimu, love. Hanya sedikit," suara beratnya terdengar lagi, disertai seringaian menakutkan itu. Alexa semakin beringsut mundur, air mata terus mengalir.

"Ku... Mohon jangan, " ucapnya terbata. Namun gigitan itu tidak bisa dihindari, gigi taringnya kini sudah menancap sempurna pada leher Alexa. Wanita itu mengerang kesakitan disaat ia merasakan darah mulai tersedot keluar.

Wanita itu hampir kehilangan kesadarannya, ia mencengkeram kemeja hitam yang di pakai pria itu. Saat itu pikiran Alexa hanya satu, ia akan mati ditangan vampir. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang Alexa sempat melihat pria itu menyeringai sambil menyeka sisa darah di bibirnya.

***

Sapuan dingin pada pipinya membuat Alexa menggeliat, perlahan ia membuka mata sebelum menyadari bahwa dia ada di tempat asing, dan tangan seseorang tengah membelai pipinya.

"Dimana aku? " ucapnya serak.

"Tenang, love. Kau ada di tempatku. " Alexa nyaris melompat saking kagetnya, ia membulatkan mata menatap pria yang saat ini juga menatapnya.

"Kenapa kau membawaku kesini? Siapa kau sebenarnya? " seringaian itu kembali dilihatnya lagi.

"Kalau kau lupa aku adalah pria yang akan menikahimu. Takdirmu. "

"Hey, itu tidak mungkin, " serunya, lalu mulai menuruni tempat tidur.

"Mau kemana kau? Kau lupa dengan yang terjadi semalam? " Gerakannya terhenti di tepi tempat tidur, ingatan Alexa terlempar pada kejadian tadi malam. Gigitan itu. Alexa menyentuh lehernya yang sudah terpasang plester luka.

Wanita itu sudah berdiri menjauhi tempat tidur dan beringsut di dinding. "Kau vampir? " tanyanya, terlihat gurat ketakutan pada wajah Alexa kini.

"Ya, aku vampir, " ucap pria itu yang kini sudah berjalan menghampiri. Alexa menelan ludahnya. Semakin menempel pada dinding.

"Hahaa... Wajahmu sangat lucu ketika sedang ketakutan, Apa yang kau takutkan, love? " jaraknya semakin menipis seiring langkah lebar itu.

Alexa menggeleng. "Jangan sakiti aku lagi. " Pria itu sudah ada di hadapannya sekarang. Meraih dagunya membuat kepala Alexa mendongak, bisa ia lihat pergerakan mata pria itu yang mengamati bibirnya, lalu kembali menatap sepasang mata Alexa.

"Asal kau menurut, aku tidak akan menyakitimu, " ucapnya, semakin mendekatkan wajah mereka, bahkan kini hidung mereka sudah bersinggungan. Alexa menahan napasnya, mencoba mendorong pria di depannya kini, namun sia-sia.

"Namaku, Lorenzo. Kau bisa memanggilku, Enzo. " ucapnya tepat di depan bibir Alexa. Ketukan pada pintu membuat Enzo mengerang kesal, siapa yang mengganggunya sepagi ini. Alexa menghembuskan napas lega.

"Kenapa? " tanyanya ketus, setelah membuka pintu berwarna coklat itu.

"Kau membawa wanita pulang ke rumah? " pria yang ada di depan pintu itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Enzo, lalu melirik wanita yang masih setia menempel pada dinding.

"Apa itu penting bagimu, sekarang keluarlah. Kau menggangguku! "

"Ini pertama kalinya kau membawa wanita kerumah. Aku hanya penasaran seperti apa wanita itu."

"Evan! Ku peringatkan kau untuk tidak menyentuhnya! " desis Enzo, ketika Evan- saudaranya- Stevano Dalton, hampir menyentuh wanitanya. Evan terkekeh.

"Baiklah, sekarang aku pergi, " ucapnya tapi sebelum pergi ia sempat melirik ke arah Alexa sebentar. Enzo membanting pintu dengan kasar, lalu memelesat ke hadapan Alexa. Melihat pergerakan yang sangat cepat itu Alexa tercengang dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Sampai mana kita tadi? "

"Makhluk apa kau sebenarnya? "

"Aku, vampir seperti yang kau lihat. Kau perlu bukti lagi? " Alexa menggeleng cepat.

"Aku ingin pulang! "

"Tentu saja, kau boleh pulang. Aku tidak akan menjadikanmu tawanan. "

Semudah itu, Alexa pikir dia akan dikurung di rumah ini, dan menjadi gudang darah untuk makhluk di depannya kini. Enzo terkekeh pelan dan menjauhkan wajahnya dari Alexa.

"Kau bisa pulang sekarang, love."

Alexa ingin protes dengan panggilan itu, terasa aneh di telinganya.

"Aku punya nama. "

"Ya, aku tau. Alexa Rowena, bukan? "

"Dari mana kau tau? "

Enzo menyeringai, mendekatkan lagi wajah mereka, Alexa menahan napasnya. "ini! Kau pikir aku vampir bodoh yang buta huruf. " ucapnya sembari memperlihatkan name tag dari tempatnya bekerja.

"Ba-Bagaimana ada padamu? " ucapnya terbata. Enzo merasa gemas dengan Alexa, ia mengacak rambutnya pelan.

"Baru saja aku mengambilnya dari dadamu, " sahut Enzo prontal. Wajah Alexa memerah, refleks ia menyentuh dadanya. Lagi-lagi Enzo tertawa melihat tingkahnya.

"Pulanglah sekarang! Sebelum aku berubah pikiran untuk membawamu ke ranjang ku lagi. "

Wanita di depannya mengerjap salah tingkah. Lalu mulai berjalan menuju pintu. "Tunggu dulu! "

Alexa membalikkan badannya ketika mendengar seruan Enzo. "Apa? "

Pria itu berjalan ke arahnya, menyematkan kembali name tag di dada Alexa. Damn it, perasaan apa ini Alexa merasa ada gejolak aneh di dalam dirinya. Lalu kecupan singkat mendarat di pipi mulus Alexa.

"Seorang supir sudah menunggumu di bawah. Hati-hati di jalan, love. "

Oh, astaga. Pria di depannya kini sangat tampan ketika tersenyum. Tidak ada lagi seringai mengerikan yang dilihatnya tadi malam. Enzo hanya terkekeh melihat Alexa yang kini menatapnya tanpa berkedip. Memang dia memiliki wajah yang tampan, kulit yang pucat dengan mata hazel- nya, serta rambut yang bewarna hitam legam. Wanita yang melihatnya pasti lupa caranya berkedip.

Dia Lorenzo Dalton, seorang vampir berusia ribuan tahun. Namun, tubuhnya stuck diusia 28 tahun. Kehidupannya yang panjang membuat seorang Enzo tidak takut dengan apapun. Beberapa kejadian yang buruk pernah ia alami, bahkan kejadian kelam sekaligus, termasuk kematian kedua orangtua nya yang juga seorang vampir. Kini Enzo hanya tinggal berdua dengan kakaknya, Stevan Dalton yang juga seorang vampir.




The Bride Of VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang