"Hei, jangan sembarangan dong kalau jalan!" seru Arsa mengomel pada laki-laki yang baru saja menabraknya dan sukses menumpahkan iced coffee ke blouse-nya. Sialan. Mana hari ini Arsa harus meeting dengan vendor.
Laki-laki itu menoleh, tapi tidak menghampiri Arsa. "Sorry banget, sorry.. Gue enggak sengaja."
"Enggak sengaja sih enggak sengaja. Jangan kabur gitu dong lo!" seru Arsa lagi dengan keras. Orang-orang di lobby sudah mulai memperhatikan Arsa yang heboh mengomel.
Laki-laki itu lagi-lagi cuma menampilkan gesture minta maaf lalu buru-buru berlalu. Arsa menghela napas panjang. Kesal. Memangnya di dunia ini yang buru-buru cuma laki-laki itu doang apa?! Mengesalkan sekali.
Namanya Arsa Vidya Wigani. Umurnya sekarang 28 tahun dan ia sudah menjadi seorang marketing manager di perusahaan start up yang baru berdiri tahun 2016 silam. Ia sudah satu tahun setengah bekerja di perusahaan e-commerce ini dan Arsa sangat mencintai pekerjaannya. Bekerja di tempat baru selalu menyenangkan bagi Arsa karena ada tantangan baru yang ia hadapi setiap hari, apalagi bekerja di perusahaan start up seperti ini Arsa harus rajin putar otak.
Setelah ketumpahan kopi barusan, Arsa langsung kembali lagi ke mobilnya untuk mengambil baju cadangan. Untungnya ia selalu siap sedia baju cadangan di mobil. Jadilah setelah mengambil baju ia langsung menuju kantornya di Lantai 28. Ia menyapa beberapa rekan kerjanya lalu bergegas menuju toilet untuk ganti baju.
"Ganti baju, Mbak?" tanya Lila--salah satu anak di timnya saat melihat Arsa menenteng baju.
Arsa mengangguk. "Iya nih, parah banget tadi ditabrak orang terus ketumpahan kopi."
"Ya ampun... Untung bawa baju ya Mbak," kata Lila. "Oh btw mbak, vendor billboard MataHati barusan info meetingnya diundur ya, orangnya sakit. Nanti dikabarin lagi katanya."
"Hah? Oh ya udah, coba kamu cari-cari vendor lain yang oke ya, soalnya sudah mepet nih billboard harus tayang Januari tahun depan. Cari alternatif lain enggak apa-apa. Atau minta MataHati kirim sales yang sehat ya."
Lila menganggukkan kepalanya mengerti.
Kemudian Arsa berjalan ke arah mejanya. Ia duduk lalu mengehela napas panjang. What a hectic morning. Ia kemudian menyalakan PC dan mengecek kalender. Meeting pukul 2 siang dengan Sandaran Hati Digital, lalu pukul 4 sore dengan Empat Cakra, setelah itu Arsa bisa pulang.
Arsa melirik amplop coklat yang ada di mejanya, lalu membolak-baliknya. Ia kemudian berdiri dan menunjukkannya pada Lila. "Apaan nih Lil?"
"Oh itu invoice dari Mata Elang mbak, itu loh billboard buat bulan Desember," sahut Lila.
"Oke thanks," balas Arsa lalu ia membuka amplop itu. Masih ada beberapa amplop lagi di mejanya yang belum ia buka, jadi sekalian saja ia buka semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
START ✓
RomanceArsa Vidya Wigani sangat mudah jatuh cinta, tapi ia tidak ingin berpacaran dan menjalani hubungan serius dengan pria. Ia lebih memilih untuk memiliki hubungan singkat yang tidak terikat. Beberapa kali Arsa dekat dengan pria, tapi ia membatasi diriny...