Seperti biasa, pagi-pagi Arsa sudah menggerutu karena jalanan macet. Sampai di lift pun Arsa masih menggerutu. Kesal sekali rasanya sudah berangkat pagi tapi tetap saja kesiangan sampai kantor.
"Pagi-pagi sudah badmood aja, Mbak," komentar seseorang.
Arsa mencari sumber suara. Oh. Ternyata ada Ram yang berdiri di belakangnya. Arsa tidak tahu nama lengkap orang itu siapa jadi ia terus memanggilnya Ram. Arsa sebenarnya masih kesal atas kejadian ketumpahan kopi kemarin, tapi nampaknya orang ini tidak sadar kalau Arsa adalah orang yang ia tabrak. Jadi, Arsa juga tidak mau membahasnya.
"Macet Mas, bikin kesel," curhat Arsa tanpa menoleh ke arah Ram.
"Kalau macet tiap hari, keselnya tiap hari dong?"
"Iya memang."
Pintu lift terbuka. Keduanya dan orang-orang lainnya langsung masuk ke dalam lift. Arsa hendak menakan angka 28 tapi sudah keduluan oleh Ram. Ram menekan angka 25 dan 28. Well, he remembers.
Ram turun duluan tanpa basa basi atau pamitan. Well, Arsa juga tidak berharap Ram akan pamit sih.
"Pagi, guys," sapa Arsa pada timnya.
"Pagi, Mbak," balas semuanya.
Arsa menuju mejanya lalu membongkar tasnya. Ia kemudian menyalakan PC dan mengecek kalender. Tidak ada meeting eksternal.
"Mbak, aku sudah cari info soal HIS Digital. Mereka digital agency gitu bikin website, aplikasi, content management, juga ada influencer management. Itu baru tuh." jelas Lila di depan meja Arsa.
"Wah kalo website dan aplikasi kita sudah punya tim in-house sih. Terus apalagi?" tanya Arsa sambil berpikir.
"Aku dapet kontak AE-nya sih, Mbak. Kebetulan orang yang kemarin minta refund itu AE dan tadi pagi ketemu dia langsung kasih kartu nama. Mau set up meeting aja?" jelas Lila.
Arsa berpikir lagi. "Boleh deh, pengen dengerin dulu, kalau bisa dalam minggu ini ya, Lil. Besok Jumat kalau bisa juga enggak apa-apa."
"Sip, Mbak." Lila bergegas kembali ke mejanya.
Kemudian gantian Fani yang menghampiri Arsa. "Mbak, Empat Cakra sudah kirim invoce tapi lewat e-mail dan belum pakai materai. Perlu aku minta kirim ulang dalam hardcopy sudah bermaterai enggak ya?"
"Iya, kamu minta hardcopy aja, Fan. Paling telat minggu depan ya supaya cepet cair bayarannya."
"Sip, thanks, Mbak."
Hari Kamis berjalan seperti biasa. Arsa memantau hasil penjualan apakah sesuai target atau tidak. Apakah caranya mempromosikan jalanjalan.com berhasil memberikan peningkatan transaksi atau tidak. Semua berkaitan dengan campaign yang ia kerjakan bersama tim apakah berhasil atau tidak. Review segala kegiatan pemasaran yang dilakukan selama satu bulan kebelakang.
Saat jam makan siang, tim Arsa segera berjalan menuju gang samping gedung yang banyak menyediakan banyak pilihan makan siang. Hari itu, pilihan mereka jatuh pada warteg. Arsa bukan orang yang pemilih, ia bisa makan di mana saja, mau di warteg, pinggir jalan, restaurant mahal atau apa pun Arsa masih bisa makan. Selama makanannya enak, Arsa tidak akan banyak protes.
"Hi Lila!!"
Tiba-tiba ada yang menyapa Lila dengan excited. Arsa, Ody, Yasa, Egi dan Fani langsung ikutan menoleh ke asal suara. Le dan Ram. Lagi. Kenapa mereka jadi sering bertemu begini sih? Entahlah. Tapi kan tempat makan samping gedung hanya satu, jadi kemungkinan mereka bertemu pasti ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
START ✓
RomanceArsa Vidya Wigani sangat mudah jatuh cinta, tapi ia tidak ingin berpacaran dan menjalani hubungan serius dengan pria. Ia lebih memilih untuk memiliki hubungan singkat yang tidak terikat. Beberapa kali Arsa dekat dengan pria, tapi ia membatasi diriny...